Gemar berbagi melalui ragam teks fiksi dan nonfiksi.

Mikroplastik Diam-diam Merangsek Tubuh Kita

9 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Mikroplastik merangsek ke tubuh kita tanpa disadari
Iklan

Mikroplastik diam-diam bersembunyi pada makanan sehari-hari kita.

***

Mikroplastik kini menjadi isu lingkungan sekaligus kesehatan global. Partikel plastik berukuran sangat kecil, di bawah 5 milimeter, ditemukan tidak hanya di laut atau udara, tetapi juga pada makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Fakta ini mengejutkan karena selama ini kita menganggap plastik hanya sebagai bahan kemasan atau limbah. Padahal, kenyataannya ia bisa masuk ke tubuh manusia melalui jalur makanan.

Sebuah laporan yang diulas oleh CNET menunjukkan bahwa berbagai jenis makanan umum ternyata mengandung mikroplastik. Penelitian internasional pun menegaskan hal serupa. Sebagai contoh, studi yang dipublikasikan di Environmental Science & Technology (2023) memperkirakan bahwa manusia bisa mengonsumsi lebih dari 50.000 partikel mikroplastik per tahun hanya dari makanan dan minuman. Angka tersebut bahkan bisa meningkat bila ditambah paparan dari udara dan debu rumah tangga.

Makanan laut adalah salah satu sumber utama paparan. Ikan dan kerang yang hidup di laut cenderung menelan mikroplastik dari lingkungan perairan yang tercemar. Konsumsi kerang utuh, misalnya, membuat partikel plastik masuk langsung ke dalam tubuh karena bagian pencernaannya ikut dimakan.

Masalah serupa terjadi pada garam laut. Proses penguapan air laut untuk menghasilkan kristal garam ternyata tidak hanya menyisakan mineral, tetapi juga butiran plastik mikro yang terbawa arus laut. Beberapa sampel garam dari Asia bahkan tercatat mengandung ratusan partikel mikroplastik per kilogram.

Air minum dalam kemasan botol juga tidak lepas dari masalah ini. Penelitian oleh State University of New York menunjukkan bahwa hampir 93% sampel air botolan dari berbagai merek terkenal mengandung mikroplastik. Sumber kontaminasi bukan hanya berasal dari airnya, melainkan juga dari proses pengemasan dan serpihan plastik pada tutup atau dinding botol. Fakta ini memperkuat anjuran banyak pakar kesehatan untuk lebih mengandalkan air keran yang difilter ketimbang terus bergantung pada air kemasan sekali pakai.

Produk sehari-hari lainnya yang terungkap penuh mikroplastik adalah kantong teh berbahan plastik atau campuran nylon. Saat diseduh dengan air panas, kantong semacam ini dapat melepaskan miliaran partikel plastik ke dalam minuman. Hal ini membuat alternatif teh daun atau kantong teh berbahan kertas selulosa jauh lebih aman.

Tidak kalah mengejutkan, penelitian juga menemukan bahwa beras dan gula berpotensi mengandung mikroplastik akibat proses irigasi, pemurnian, maupun pengemasan. Dengan kata lain, makanan pokok sekalipun tidak sepenuhnya bebas dari kontaminasi.

Masalah tidak berhenti di sana. Produk makanan olahan dan daging yang diproses juga menunjukkan kadar mikroplastik lebih tinggi dibandingkan produk segar. Hal ini disebabkan oleh rantai panjang pengolahan, kontak berulang dengan wadah plastik, serta penggunaan bahan tambahan yang melalui tahap produksi intensif. Sebuah studi di Eropa tahun 2022 menemukan bahwa daging ayam nugget dan udang beku breaded mengandung lebih banyak partikel plastik daripada daging segar.

Lalu apa dampaknya bagi kesehatan manusia? Walaupun riset mengenai bahaya mikroplastik masih berkembang, beberapa temuan awal cukup mengkhawatirkan. Partikel plastik berukuran sangat kecil dapat masuk ke sistem pencernaan dan menimbulkan peradangan pada jaringan tubuh.

Plastik juga berfungsi sebagai pembawa zat kimia berbahaya, termasuk logam berat dan bahan aditif seperti ftalat atau bisfenol A, yang diketahui dapat mengganggu sistem hormon. Penelitian Nature Communications (2023) bahkan mendeteksi adanya mikroplastik pada sampel darah manusia, menandakan bahwa partikel ini bisa masuk ke sistem peredaran darah. Paparan jangka panjang berpotensi meningkatkan risiko penyakit metabolik, kardiovaskular, dan bahkan kanker.

Meskipun begitu, bukan berarti kita tidak bisa melakukan apa-apa. Ada beberapa langkah yang bisa ditempuh untuk mengurangi paparan. Menggunakan filter air berkualitas baik terbukti dapat menyaring sebagian besar partikel mikroplastik dari air keran.

Mengurangi konsumsi air kemasan sekali pakai juga merupakan pilihan sehat sekaligus ramah lingkungan. Dalam keseharian di dapur, mengganti wadah plastik dengan kaca atau stainless steel akan menekan risiko kontaminasi tambahan. Begitu pula dengan memilih makanan segar dan minim proses, daripada produk instan yang melalui banyak tahap pengolahan.

Kita juga bisa mulai beralih ke kebiasaan kecil seperti menggunakan teh daun, mengurangi penggunaan kantong plastik, dan memilih garam yang telah melewati penyaringan ketat. Bahkan, mengganti papan pemotong plastik yang sudah usang dengan papan kayu atau bambu juga membantu menekan serpihan plastik halus yang mungkin bercampur dengan makanan.

Kesadaran akan isu mikroplastik ini sangat penting, mengingat gaya hidup modern membuat kita semakin bergantung pada plastik sekali pakai. Tanpa langkah pengendalian, paparan ini akan terus meningkat dari waktu ke waktu. Kabar baiknya, pilihan sehari-hari yang sederhana bisa memberikan dampak signifikan. Mengurangi plastik bukan hanya melindungi kesehatan tubuh, tetapi juga menjaga ekosistem bumi dari pencemaran yang semakin parah.

Mikroplastik mungkin tidak terlihat oleh mata, tetapi kehadirannya nyata di dalam makanan yang kita konsumsi. Fakta mengejutkan bahwa air botolan, garam, ikan, bahkan beras bisa menyimpan partikel plastik kecil seharusnya cukup menjadi alarm bagi kita semua.

Dengan memahami sumber paparan, menyadari risikonya, serta melakukan tindakan preventif, kita bisa mengurangi bahaya yang mengintai. Pada akhirnya, menjaga kesehatan bukan hanya soal memilih makanan bergizi, melainkan juga memastikan bahwa makanan tersebut bebas dari kontaminasi yang tak kasatmata. ***

 

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler