Manifesto Politik Gen Z Perlawanan terhadap Korupsi di Era Digitalisasi

6 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Kejati Jambi Turun Kelapangan, Lakukan Kampanye Anti Korupsi
Iklan

Digitalisasi sebagai senjata antikorupsi → memanfaatkan teknologi untuk menutup celah manipulasi.

***

Korupsi adalah masalah laten dalam sistem politik indonesia yang telah merusak kepercayaan publik. Generasi Z (Gen Z), sebagai generasi yang tumbuh di tengah perkembangan teknologi digital, hadir dengan cara pandang baru dalam memerangi korupsi. Mereka tidak lagi melihat korupsi sebagai hal lumrah, melainkan musuh bersama yang harus dilawan dengan strategi berbasis digitalisasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

****

Proses Perlawanan Gen Z 

1. Kesadaran dan Edukasi Digital 

Proses perlawanan dimulai dari kesadaran. Gen Z menggunakan media sosial, platform edukasi, hingga forum online untuk memahami dampak korupsi. Mereka membaca laporan, berbagi infografis, dan mengikuti kampanye antikorupsi secara digital. Edukasi ini menjadi pondasi awal agar isu korupsi tidak hanya diketahui, tetapi juga dipahami secara kritis.

2. Penyebaran Informasi dan Transparansi Publik 

Tahap berikutnya adalah penyebaran informasi. Gen Z mendorong keterbukaan data pemerintah, membagikan temuan dari lembaga antikorupsi, serta menggunakan media sosial sebagai ruang publik untuk menuntut transparansi. Misalnya, dengan membuat thread Twitter, video edukatif di TikTok, atau kampanye Instagram untuk membuka akses masyarakat terhadap isu anggaran negara.

3. Pemanfaatan Teknologi sebagai Alat Kontrol 

Di era digitalisasi, Gen Z memanfaatkan teknologi untuk mengawasi jalannya pemerintahan. Sistem e-government, aplikasi pelaporan publik, hingga open data digunakan sebagai senjata melawan manipulasi birokrasi. Digitalisasi ini mempersempit ruang praktik pungli dan mempercepat akuntabilitas pejabat.

4. Penguatan Integritas melalui Partisipasi Politik 

Gen Z terlibat aktif dalam politik, baik melalui pemilu maupun gerakan sosial. Mereka mengkampanyekan pentingnya memilih pemimpin berintegritas, bukan sekadar populer. Proses ini memperlihatkan bahwa perlawanan tidak berhenti pada kritik, tetapi juga pada tindakan memilih dan mendorong pemimpin yang bersih dari korupsi.

5. Aksi Kolektif dan Pengawasan Sosial 

Gen Z menggunakan media sosial untuk menciptakan aksi kolektif menggalang petisi online, membuat trending topic, hingga mengawasi kasus-kasus korupsi yang sedang berjalan. Pengawasan digital ini memberi tekanan sosial terhadap pejabat, sekaligus memperlihatkan kekuatan massa dalam era digital.

6. Penanaman Nilai Antikorupsi Sejak Dini 

Sebagai langkah berkelanjutan, Gen Z juga memperjuangkan pendidikan antikorupsi. Nilai kejujuran, keterbukaan, dan integritas dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dan disebarkan melalui konten digital. Proses ini bukan hanya reaktif, tetapi juga preventif untuk mencetak generasi berikutnya yang lebih bersih.

 

******

Tantangan dalam Era Digitalisasi 

Meski proses perlawanan ini kuat, Gen Z menghadapi tantangan berupa banjir disinformasi, budaya permisif terhadap uang pelicin, serta resistensi dari elite politik yang masih mempertahankan praktik lama. Namun, semangat kritis, kreativitas digital, dan akses global yang mereka miliki menjadikan Gen Z tetap relevan dalam perjuangan antikorupsi.

 

*****

Proses perlawanan Gen Z terhadap korupsi di era digitalisasi memperlihatkan transformasi dari sekadar wacana menuju gerakan nyata. Mulai dari kesadaran, edukasi, penyebaran informasi, pemanfaatan teknologi, hingga partisipasi politik, semuanya menunjukkan bahwa Gen Z tidak tinggal diam. Mereka menjadikan digitalisasi bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga senjata melawan praktik korupsi. Dengan demikian, harapan akan Indonesia yang lebih bersih dan transparan semakin terbuka.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Mariska Nayla Putri

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler