Dinamika Lingkungan Sosial dan Implikasinya terhadap Kesehatan Mental Anak

3 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Dinamika Lingkungan Sosial dan Implikasinya terhadap Kesehatan Mental Anak
Iklan

Dukungan emosional orang tua berperan penting dalam membangun daya tahan mental anak.

 

Wacana ini ditulis oleh Fairuz Azzahra, Luthfiah Mawar M.K.M., Helsa Nasution, M.Pd., dan Dr. M. Agung Rahmadi, M.Si. Lalu diedit oleh Nadia Saphira, Amanda Aulia Putri, Naysila Prasetio, Winda Yulia Gitania Br Sembiring, dan Annisa Br  Bangun dari IKM 5 Stambuk 2025, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UIN Sumatera Utara.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kesehatan masyarakat umumnya dipahami melalui sudut pandang medis, namun dimensi sosial juga memiliki peranan yang tidak kalah penting. Bagi seorang anak, pendidikan, pendapatan keluarga, kondisi sekolah, serta kualitas relasi sosial merupakan faktor yang ikut menentukan kesejahteraan jiwa dan raga. Lingkungan sosial yang mencakup keluarga, pertemanan, hingga komunitas sekitar menjadi arena utama pembentukan pola pikir, perilaku, dan kebiasaan yang berdampak langsung pada kesehatan fisik sekaligus kesehatan mental. Seorang anak yang tumbuh di lingkungan penuh risiko, seperti keluarga dengan kebiasaan merokok atau pertemanan yang negatif, lebih rentan mengalami gangguan kesehatan. Sebaliknya, ketika seorang anak dibesarkan dalam ekosistem yang sehat dan suportif, kondisi fisik maupun mentalnya akan lebih terjaga.

Keluarga merupakan lingkaran pertama yang membentuk arah tumbuh kembang anak. Dari keluarga, anak belajar pola makan, kebiasaan hidup bersih, serta perilaku hidup sehat. Selain itu, dukungan emosional orang tua berperan penting dalam membangun daya tahan mental anak. Anak yang tumbuh dalam kehangatan, penuh perhatian, serta mendapatkan arahan positif dari orang tuanya lebih mudah mencapai kestabilan mental. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan tidak semua keluarga mampu memberikan lingkungan yang sehat. Kehidupan rumah tangga yang sarat kekerasan, konflik, atau ketegangan ekonomi dapat menimbulkan trauma psikologis, menciptakan stres berlebihan, bahkan membuat anak menanggung beban yang seharusnya belum menjadi tanggung jawabnya.

Seiring bertambah usia dan memasuki jenjang pendidikan, lingkungan pertemanan mulai mengambil peran dominan. Relasi dengan teman sebaya memberikan kesempatan belajar mengenai kerja sama, rasa percaya diri, dan interaksi sosial yang sehat. Pertemanan yang suportif mampu menjadi sumber kekuatan emosional bagi anak. Namun, tekanan dari kelompok sebaya juga berpotensi mendorong anak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nuraninya. Kecenderungan untuk mengikuti perilaku salah demi menghindari pengucilan seringkali menimbulkan kecemasan, rasa bersalah, hingga penyesalan yang membebani kesehatan mental anak.

Selain keluarga dan pertemanan, sekolah adalah ruang penting di mana anak menghabiskan sebagian besar waktunya. Sekolah yang ramah, inklusif, serta mendukung kebutuhan anak mampu menumbuhkan rasa aman dan semangat belajar. Guru yang penuh pengertian, perhatian, dan mampu menciptakan suasana nyaman memiliki kontribusi besar dalam menjaga kesehatan mental peserta didik. Sebaliknya, sekolah yang sarat tekanan akademik, minim dukungan, serta penuh praktik perundungan dapat menimbulkan trauma berkepanjangan. Bullying tidak hanya merusak kepercayaan diri, tetapi juga memicu kecemasan sosial, depresi, serta rasa takut untuk berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas. Luka psikologis akibat perundungan bahkan kerap terbawa hingga masa dewasa.

Lingkungan komunitas dan masyarakat sekitar juga menentukan kualitas kesehatan mental anak. Tempat tinggal yang penuh konflik, diskriminasi, atau tidak aman dapat melahirkan stres kronis dan trauma mendalam. Sebaliknya, komunitas yang berempati, penuh kepedulian, serta menyediakan ruang kebersamaan mampu menumbuhkan rasa aman dan nyaman. Dukungan dari tetangga atau kegiatan sosial yang positif berfungsi sebagai benteng penting bagi perkembangan mental anak. Rasa aman yang tercipta di tengah komunitas adalah fondasi krusial bagi anak dalam membangun interaksi sosial yang sehat.

Di era digital, media sosial telah menjelma menjadi lingkungan baru yang tidak bisa diabaikan. Anak-anak kini menjalin relasi melalui berbagai platform, mulai dari permainan daring, percakapan digital, hingga interaksi di jejaring sosial. Media sosial dapat menghadirkan dampak positif, seperti memperluas jaringan pertemanan, menemukan komunitas sejalan, hingga menumbuhkan kreativitas melalui produksi konten. Bagi sebagian anak, media sosial bahkan menjadi ruang yang memungkinkan mereka mengekspresikan diri dan membangun kepercayaan diri yang tidak selalu bisa mereka lakukan dalam kehidupan nyata.

Namun, sisi gelap media sosial juga nyata adanya. Anak-anak mudah terjebak dalam perbandingan sosial, merasa cemas jika unggahan mereka kurang mendapat perhatian, atau iri terhadap popularitas teman sebaya. Fenomena ini kerap memunculkan rasa tidak berharga dan menurunkan harga diri anak. Lebih serius lagi, ancaman cyberbullying atau perundungan daring mampu meninggalkan luka psikologis yang sulit dipulihkan. Cibiran dan hinaan di ruang digital dapat menumbuhkan rasa takut, cemas, hingga depresi yang mendalam.

Maka dari itu, peran keluarga, sekolah, dan masyarakat menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan ini. Anak-anak perlu didampingi, diawasi, dan diarahkan dalam penggunaan media sosial. Edukasi mengenai pemanfaatan teknologi secara sehat perlu ditanamkan agar media sosial benar-benar menjadi sarana pengembangan diri, bukan sumber kerentanan baru.

Pada akhirnya, kesehatan mental anak tidak hanya ditentukan oleh faktor biologis atau kondisi individu, melainkan juga oleh lingkungan sosial tempat mereka tumbuh. Keluarga, pertemanan, sekolah, komunitas, hingga media digital merupakan jaringan yang saling terkait dalam membentuk identitas sekaligus kesejahteraan mental anak. Memahami dinamika lingkungan sosial berarti memahami fondasi kehidupan yang akan menentukan kualitas generasi mendatang.

Corresponding Author: Fairuz Azzahra 
([email protected])

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler