Salah satu campuran bumbu gulai ikan di Dataran Tinggi Gayo dikenal dengan nama empan. Di Sumatera Utara disebut dengan andaliman yaitu buah dari tanaman berduri mirip biji merica.
Empan (Z.acanthopodium) termasuk dalam keluarga jeruk dengan nama latin Zanthoxylum. Empan inilah campuran bumbu kuliner spesifik Gayo yang dapat menyebabkan sensasi lidah mati rasa.
Dalam bahasa Mandarin, empan alias andaliman dikenal dengan nama huajiao, orang Jepang menyebutnya sebagai sansho. Begitu juga dengan orang Korea, mereka menyebutya sebagai sanchonamu. Dalam bahasa Inggris, andaliman dikenal dengan istilah sichuan pepper.
Masakan Gayo tanpa empan dianggap belum sempurna. Kenapa? Empan adalah penyedap alami yang dapat memancing selera makan. Jangan kaget, rasa empan itu unik. Ketika bijinya dikunyah, lidah kita bisa mati rasa. Bibir seperti bengkak, mulut kebas. Kita ingin makan dan terus makan.
Sensasi itulah yang memang dicari para penyuka kuliner asli dari Dataran Tinggi Gayo. Banyak wisatawan yang khusus datang ke Takengon karena ingin merasakan sensasi empan yang terdapat dalam kuliner khas Gayo, seperti ikan depik pengat dan mujahir masam jing.
Selain gulai ikan, sayur asem Gayo juga menggunakan empan sebagai penyedapnya. Oleh karena itu, konsumsi empan di Dataran Tinggi Gayo cukup tinggi sehingga harganya relatif mahal. Untuk sebambu (dua liter) empan, harganya mencapai Rp. 60 ribu.
Hal itu disebabkan karena empan tidak dibudidayakan secara khusus. Sichuan pepper ini tumbuh sendiri di kawasan hutan hujan tropis. Para petani dan warga Aceh Tengah memetik empan dari hutan belantara disekitar ladangnya. Empan alias andaliman ini hanya dapat dibeli di pasar rakyat.
Ikuti tulisan menarik Syukri MS lainnya di sini.