x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tukang Kayu yang Menciptakan Alat Navigasi

Ketika para ilmuwan pusing menentukan garis bujur secara akurat, JhonHarrison menjadi orang pertama yang mampu menciptakan chronometer yang cukup akurat untuk menentukan garis bujur di laut.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di samping karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, Putri Sang Galileo (diterbitkan oleh Mizan, 2004), Dava Sobel menulis kisah hidup John Harrison—seorang tukang kayu yang telah menggegerkan jagat navigasi Eropa abad ke-18. Longitude, judul buku ini, mengisahkan upaya para ilmuwan untuk menentukan garis bujur (longitude) secara akurat. Namun Harrison-lah orang pertama yang mampu menciptakan chronometer yang cukup akurat untuk menentukan garis bujur di laut.

Ciptaan Harrison itu memberi sumbangan sangat berarti bagi bagi navigasi pada abad ke-18. Kekuatan-kekuatan angkatan laut Belanda, Inggris, maupun Spanyol—yang berusaha melebarkan kekuasaannya lewat kolonisasi di berbagai wilayah Bumi—memetik keuntungan dari temuan Harrison. Chronometer sangat diperlukan bagi kapal-kapal pengangkut barang perdagangan maupun armada angkatan laut yang berlalu-lalang di laut lepas.

Pentingnya penemuan alat penentu garis bujur ini ditelusuri oleh Dava Sobel dari berbagai dokumen sejarah. Para raja di negara-negara kecil (dari segi ukuran wilayah) namun besar dalam arti menguasai wilayah jajahan yang amat luas menjanjikan hadiah besar bagi siapa saja yang sanggup memecahkan masalah ini. Belanda, Inggris, Spanyol, dan Prancis paling berkepentingan. Kesalahan penentuan garis bujur telah menyebabkan banyak kapal mereka tersesat dan dihantam ombak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebelum abad ke-18, navigator lautan tidak mampu menemukan cara yang akurat untuk menentukan garis bujur. Kegagalan ini menyebabkan kapal-kapal kehilangan arah tujuan, menabrak karang, dan tersesat jalan. Harrison, mantan tukang kayu, mampu memecahkan persoalan paling sukar pada masa itu—yang dalam pikiran para ilmuwan zaman itu, termasuk Isaac Newton, mustahil dilakukan.

Johannes Werner, astronom Jerman, misalnya, pada 1514, menggunakan pergerakan bulan untuk menentukan garis bujur suatu tempat. Ia memanfaatkan peta benda-benda langit, matahari, planet, dan bulan, lalu mengukur jarak bulan pada waktu tertentu dengan benda-benda langit tersebut. Metode ini sangat rumit dan tidak praktis bagi para pelaut. Pada 1610, Galileo menawarkan metode lain namun juga dianggap masih rumit.

Prinsip yang dipakai Harrison jauh lebih sederhana. Bila si pelaut mengetahui waktu dan garis lintang suatu lokasi yang menjadi referensi, misalnya pelabuhan pemberangkatan kapal, dan kemudian mengetahui dengan tepat waktu di lokasi tertentu, maka pelaut dapat mengonversi perbedaan waktu tersebut menjadi jarak geografis. Karena Bumi memerlukan waktu 24 jam untuk melakukan satu revolusi penuh atau 360 derajat, maka satu jam waktu setara dengan satu per 24 putaran atau 15 derajat. Dengan mengetahui perbedaan waktu antara lokasi dengan waktu di lokasi referensi, pelaut dapat menghitung berapa derajat jarak geografisnya.

Tantangannya ialah bagaimana menciptakan jam yang mampu menunjukkan waktu secara akurat walaupun pelaut tersebut tengah mengarungi lautan berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Hingga saat itu, belum ada penunjuk waktu yang cukup akurat untuk menjalankan tugas tersebut, apa lagi jika penunjuk waktu tersebut harus ikut mengarungi lautan dan terpapar oleh temperatur, kelembaban, maupun gerakan gelombang yang berbeda-beda. John Harrison mampu menciptakan penunjuk waktu, yang disebut chronometer, yang mampu mengatasi tantangan tersebut.

Harrison menghabiskan empat dekade untuk menyempurnakan jam yang membuatnya diganjar hadiah oleh Raja Inggris George III. Harrison memberikan jalan keluar berupa solusi mekanik yang tak terbayangkan oleh komunitas ilmuwan masa itu. Tukang kayu ini telah menyelesaikan tantangan para raja Eropa.

Buku ini sebenarnya terbit tahun 2006, namun kisahnya tidak lekang oleh waktu. Sobel menulis begitu piawai dengan meramu perkembangan astronomi dan navigasi, persaingan di antara penguasa Eropa, intrik-intrik politik, dan perburuan ilmiah terhadap sebuah alat karena janji hadiah yang sangat besar.

Walaupun tak sedramatis Putri Galileo yang begitu detail, manusiawi, dan dramatis, yang menggambarkan hubungan Galileo Galilei dan putrinya sebagai fokus, Sobel dalam Longitude telah menyingkapkan satu babak sejarah upaya manusia dalam memecahkan teka-teki alam. Karya ini tidak begitu tebal, namun memberi sumbangan berarti bagi sejarah sains. (sbr ilustrasi: postandcourier.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler