x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sains Persembahan si Jenius dari Florence

Kekuatannya dalam “memotret dengan mata” menyediakan kelebihan baginya saat melakukan studi tentang gerak air dan burung-burung.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di sebuah rak toko buku, sebuah kitab terhimpit di antara jajaran puluhan judul. Tempatnya yang di ketinggian membuat orang malas mendongakkan kepala. Namun, di situ justru terselip sebuah karya penting Fritjof Capra, fisikawan, yang menguraikan dengan penuh gairah, hidup dan karya seorang tokoh Renaisans yang dikenang hingga berabad kemudian: Leonardo da Vinci. Andai tak jeli melihatnya, karya penting Capra itu akan luput dari keterbacaan.

Membaca Capra adalah tak ubahnya menempuh perjalanan melewati horizon yang luas, sekaligus menukik ke kedalaman palung pengetahuan. Sebagaimana karya-karyanya terdahulu, The Tao of Physics yang mengasyikkan dan The Turning Point yang mengguncang, The Science of Leonardo ditulis dengan gairah pengembaraan. Karya ini bukan hanya memperlihatkan kehebatan Leonardo da Vinci, tapi juga kepiawaian penulisnya dalam mengungkapkan sosok tokoh ini dalam sebuah potret yang koheren.

Orang mungkin lebih mengenal Leonardo sebagai pelukis dan siapa yang tak tahu Monalisa? Namun lelaki ini punya sisi lain yang jarang ditulis. Walaupun ia meninggalkan buku-buku catatan tebal dan penuh diskripsi rinci tentang eksperimen-eksperimennya, gambar-gambar cemerlang, dan analisis mendalam atas temuan-temuannya, namun hanya ada sedikit buku tentang sains Leonardo. Sayangnya pula, yang sedikit itu memandang karya sains Leonardo melalui lensa Newtonian.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Capra, yang memperlihatkan dengan gamblang bahwa warisan cara pandang Newton, Descartes, dan Bacon telah menyebabkan kerusakan di muka bumi ini, menampilkan Leonardo sebagai sosok yang berbeda. Hidup kira-kira satu abad sebelum para raksasa itu, Leonardo menawarkan pandangan-dunia yang lebih holistik. Tak seperti Descartes, Leonardo tidak memandang tubuh sebagai mesin, walaupun ia seorang insinyur gemilang yang telah merancang mesin-mesin dan peralatan mekanis yang tak terhitung jumlahnya. Juga tak seperti yang diserukan oleh Bacon, Leonardo tidak menguasai sains dan sistem gerak untuk mendominasi alam.

Bahkan sebelum Galileo dan Bacon, da Vinci membangun sebuah pendekatan empiris baru terhadap sains. Ia melakukan observasi sistematis atas alam semesta, melakukan pengukuran cermat dan berulang-ulang, membuat formulasi model, dan berupaya membuat generalisasi matematis—inilah ciri-ciri dari apa yang kini dikenal sebagai metode ilmiah.

Sejak entri-entri awal, ketika ia memulai penyelidikan ilmiahnya, hingga hari-hari terakhirnya, ia mengisi buku catatannya dengan deklarasi tentang nilai penting pengamatan metodis dan eksperimentasi. Ia tak pernah lelah dalam menekankan pentingnya sperienza, pengalaman langsung dengan gejala alam. Ini sebuah pemikiran revolusioner pada zamannya, ketika para ilmuwan masa itu bersikap tidak kritis terhadap teks-teks klasik dari Yunani. “Bagiku, sains-sains yang tidak dilahirkan dari pengalaman, ibu dari semua kepastian, adalah sains penuh kesalahan dan sia-sia..,” tulis Leonardo, “artinya, sains yang di awal, pertengahan, atau akhirnya tidak melalui kelima indera.”

Sebagai ilmuwan dan insinyur, Leonardo memiliki keunikan yang tiada tara. Kehebatan visualnya yang selalu dipujikan telah membedakannya dari ilmuwan dan insinyur yang lain. Studinya mengenai anatomi lengan memperlihatkan gambar tangan yang detail, halus, dan dilengkapi dengan catatan-catatan mengenai fungsi-fungsi bagian lengan itu. Begitu pun ketika ia mempelajari tentang pembuluh nadi.

Kekuatannya dalam “memotret dengan mata” menyediakan kelebihan baginya saat melakukan studi tentang gerak air dan burung-burung. Ia menggambarkan dengan cermat pusaran air di seputar papan berbentuk segiempat. Dari kacamata sains modern, studi ini tak ubahnya studi tentang mekanika fluida. Dari studinya tentang gerak terbang burung-burung, Leonardo membayangkan hadirnya sebuah kapal terbang buatan manusia.

Pendekatan Leonardo terhadap pengetahuan ilmiah bersifat visual, pendekatan seorang pelukis. “Lukisan,” demikian pernyataannya, “merangkum dalam dirinya seluruh wujud alam semesta.” Bagi Leonardo, lukisan adalah seni sekaligus sains—sebuah sains tentang bentuk-bentuk alamiah, tentang kualitas, yang cukup berbeda dari sains mekanistis yang muncul dua ratus tahun kemudian.

Capra menilai Leonardo, dengan pemikiran sistemiknya, yang memahami suatu fenomena dalam hubungannya dengan fenomena lain, sebagai pendahulu para pemikir dari masa-masa yang kemudian. Dari sudut pandang sains abad ke-20, menurut Capra, Leonardo da Vinci merupakan pelopor dalam silsilah ilmuwan dan filsuf yang fokus sentralnya adalah hakikat bentuk organik. Di sana ada nama-nama Immanuel Kant, Alexander von Humboldt, John Wolfgang von Goethe (abad ke-18), Georges Cuvier, Charles Darwin, dan Thompson D’Archy (abad ke-19), Alexander Bogdanov, Ludwig von Bertalanffy, dan Vladimir Vernadsky (awal abad ke-20), serta Gregory Bateson, Ilya Prigogine, dan Humberto Maturana (akhir abad ke-20).

Leonardo menyadari dengan jernih, dan mendokumentasikan dalam gambar-gambar cemerlang, bahwa anatomi hewan dan manusia mengandung fungsi-fungsi mekanis tanpa ia harus terjebak dalam pemikiran alam yang mekanistis atau reduksionis. Sintesis seni dan sains Leonardo mengandung kesadaran mendalam tentang ekologi dan pemikiran tentang sistem-sistem. Ia berbicara dengan jengkel perihal mereka, kaum reduksionis pada masanya.

Lewat studinya yang cermat, Capra bermaksud menunjukkan bahwa dengan bangkitnya pemikiran sistemik dan penekanannya pada jaringan, kompleksitas, dan pola-pola organisasi, kita dapat lebih mengapresiasi kekuatan sains Leonardo dan relevansinya dengan dunia modern kita. Capra telah mencapai tujuannya. Dan ia memperkaya kisah pria flamboyan dari Florence ini dengan balutan pertikaian kekuasaan, intrik-intrik istana, persaingan di kalangan seniman dan ilmuwan, dan menyajikannya dengan jernih dan memukau. ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB