x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mengandalkan Pikiran atau Intuisi?

Apapun cara Anda mengambil keputusan, nasihat yang disampaikan sama: “pengemudi jangan kehilangan arah.”

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dalam bukunya yang laris manis, Blink, Malcolm Gladwell menyingkapkan bahwa orang-orang yang pandai mengambil keputusan yang tepat bukanlah orang yang memproses paling banyak informasi atau yang sengaja menghabiskan waktu paling lama. Mereka, menurut Gladwell, adalah orang-orang yang telah melatih diri untuk menyempurnakan seni membuat “irisan tipis” (thin slicing), yakni menyaring sesedikit mungkin faktor-faktor terpenting dari sejumlah kemungkinan yang menggunung.

Seorang manajer mungkin saja belum berani mengambil keputusan karena ia menilai informasi yang tersedia kurang mencukupi. Tatkala sejumlah informasi tambahan sampai kepadanya, ia masih merasa belum cukup. Ketika informasi yang lebih banyak lagi sudah disediakan stafnya, ia terlihat mulai kebingungan—semakin banyak informasi, semakin bingung. Ia justru kesulitan menyaring faktor-faktor terpenting dari timbunan informasi itu.

Gladwell berbicara perihal dua detik pertama yang sangat menentukan ketika kita mengamati sesuatu. Dua detik ini memberi pemahaman dalam sekejap mata, yang terbentuk berkat pilihan-pilihan yang muncul dari “komputer internal” kita, alias kemampuan bawah sadar yang sudah terasah. “Kemampuan berpikir tanpa berpikir” inilah, menurut Gladwell, yang memungkinkan keputusan sekejap bisa didapat dari informasi yang sedikit namun akurat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kognisi ini mendorong alam bawah sadar seseorang melaju ke atas, membuatnya berpikir cepat, mengenali pola-pola yang ada dalam situasi yang miskin informasi. Ya, mengenali pola, inilah bagian yang sangat penting. Di tengah data yang terbatas, atau banyak tapi berserakan, mengenali pola berarti mampu menghubungkan data tertentu (connecting the dots). Dibutuhkan kemauan untuk mengembangkan kemampuan ini dan bereksperimen melalui banyak latihan.

Gaya mengambil keputusan yang bertumpu pada intuisi ini seringkali sukar dijalankan terutama dalam organisasi yang besar, di mana lebih banyak orang yang menghendaki penjelasan yang runtut, sistematis, berbasis-data, dan “dapat dipahami” alias masuk akal di benak kebanyakan orang. Namun, intuisi kerap sangat bermanfaat bila kita dihadapkan kepada situasi yang genting dengan informasi yang terbatas. Individu yang keras kepala biasanya sanggup mengatasi situasi ini. Ia mengenali polanya dan memahami konteksnya—mengapa situasi tertentu muncul dan apa jalan keluarnya.

Dalam banyak hal, pengambilan keputusan memang dibatasi oleh informasi yang tersedia, waktu yang tersedia, serta kemampuan dalam memroses informasi, atau yang diistilahkan oleh Herbert Simon sebagai bounded rationality. Ada orang yang mempertimbangkan betul semua batasan itu sehingga butuh waktu lama untuk mengambil keputusan. Ada pula yang berani mengambil keputusan secara cepat karena memahami betul bahwa apapun keputusan yang diambil, selalu ada risikonya.

Isabel Briggs Myers, pakar perilaku, percaya bahwa setiap orang memiliki kecenderungan tertentu. Ada yang berpikir lama, ada pula yang sangat mengandalkan intuisinya dan memutuskan dengan cepat. Myers mengembangkan pendekatan empat dimensi bipolar, yang disebut Myers-Briggs Type Indicator (MBTI), untuk melihat ‘gaya kognitif’ seseorang.

Empat dimensi tersebut adalah thinking dan feeling, extroversion dan introversion, judging dan perceiving, serta sensing dan intuition. Masing-masing merupakan pasangan yang berseberangan. Gaya pengambilan keputusan seseorang, kata Myers, memiliki kaitan dengan nilai pada keempat dimensi itu. Seseorang yang nilainya mendekati ujung dimensi thinking, extroversion, sensing, dan judgement akan cenderung memiliki gaya pengambilan keputusan yang logis, analitis, obyektif, kritis, dan empiris.

Tiap-tiap orang punya kecenderungan yang berlainan—banyak orang ‘mencampurkan’ keempat dimensi itu. Apapun gaya pengambilan keputusan Anda, yang terpenting ialah jangan sampai Anda kehilangan arah. (ilustrasi: innovationmanagement.se) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler