x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Omo Niha Rumah Bergoyang

Rumah tradisional Nias yang tahan gempa. Mengapa rumah adat Nias menyerupai perahu? Mengapa ada tiang menyilang yang menyangga bagian utama rumah?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Omo Niha: Perahu Darat di Pulau Bergoyang

Penulis: Nata’alui Duha

Tahun Terbit: 2012

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Musium Pusaka Nias                                                                                     

Tebal: xviii + 290

ISBN: 978-602-95999-3-0

 

Salah satu obyek wisata eksotik yang menarik wisatawan ke Pulau Nias adalah Rumah Adat Nias. Di depan rumah adat biasanya terdapat tugu batu yang dipakai untuk upacara lompat batu. Bentuk rumah adat Nias yang menyerupai perahu itu memang berbeda dari bentuk rumah adat/rumah tradisional yang ada di Nusantara. Bahkan berbeda dari rumah-rumah adat/tradisional di dataran Sumatra bagian utara. Padahal Pulau Nias tidak terlalu jauh dari Pulau Sumatra.

Mengapa rumah adat Nias menyerupai perahu? Mengapa ada tiang menyilang yang menyangga bagian utama rumah? Mengapa di setiap tiangnya didirikan di atas umpak batu? Nata’alui Duha menjelaskan dengan gamblang alasan-alasan rumah Nias menjadi bentuknya yang sekarang. Nata’alui berpendapat bahwa gabungan antara pengalaman nenek moyang orang Nias di laut dan pulau Nias yang selalu digoyang gempa, membuat bangunan rumah Nias menjadi seperti yang sekarang ini.

Secara cerdik dan cermat, penulis buku ini merangkai berbagai cerita rakyat dan temuan-temuan arkeologis serta kondisi geografis pulau Nias sebagai landasan dalam menjelaskan bentuk Rumah Nias. Nata’alui menggali cerita-cerita legenda, seperti kisah Hia Walangi Sinada, cerita tentang Ho si raja Gomo dan cerita tentang Lature Dano, si dewa penjaga dunia yang menjaga Pulau Nias. Gempa di Pulau Nias disebabkan oleh gerakan Lature Dano yang menopang pulau. Nata’alui juga mengambil cerita Lawolo – si ular naga raksasa dalam upaya menjelaskan asal-usul arsitektur Rumah Nias. Rumah adat Nias terbangun berdasarkan pengalaman para leluhur yang datang ke Nias dengan naik kapal, serta gempa yang senantiasa menguncang pulau ini. Pengalaman mereka bahwa bentuk kapal adalah stabil saat digoyang ombak di laut, dibawanya ke darat menjadi bentuk rumah yang stabil digoncang gempa.

Dalam buku ini Nata’alui memberi penjelasan pula tentang berbagai jenis (varian) rumah Nias, mulai dari rumah adat yang ada di selatan Pulau Nias, utara, serta bagian barat pulau. Variasi bentuk rumah ini secara jeli dijelaskan oleh penulisnya berdasarkan cerita rakyat yang ada.

Nata’alui juga memberikan detail tentang bagian-bagian rumah Nias dan fungsinya. Bangunan utama yang tinggi adalah upaya orang Nias melindungi diri dari serangan binatang buas. Sedangkan pintu yang berada di lantai adalah untuk mengontrol musuh. Tiang menyilang dan batu umpak (batu gehomo) adalah konstruksi peredam gempa. Sedangkan bentuk kapal memanjang adalah betuk yang bisa melindungi penghuninya apabila gempa terlalu hebat. Meski bangunan rumah utama terlempar karena gempa, penghuninya tidak akan mendapat cedera yang berarti. Hal itu telah terbukti pada saat gempa besar yang dibarengi tsunami tahun 2004, tidak ada satupun orang yang meninggal yang berada di bangunan rumah adat.

Serbuan arsitektur modern berbahan batu dan semen telah membuat minat orang Nias membuat rumah tradisional tergerus. Meski bangunan modern berbahan batu ini jelas tidak aman dari gempa, namun pandangan modernitas telah membuat orang Nias beralih pandangan tentang bangunan rumah. Selain dari serbuan arsitektur modern, Nata’alui menyebutkan bahwa bantuan rumah oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) saat pasca gempa juga membuat model rumah Nias berubah.

Penulis berharap bahwa masyarakat Nias bisa kembali membangun rumah yang selaras dengan kondisi pulau Nias. Selain rumah model kapal di darat itu aman, arsitekturnya juga unik eksotik. Semoga harapan Nata’alui Daho, sang penulis buku ini bisa kesampaian.

 

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu