x

Iklan

Sari Novita

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Aku Mencintai Lelaki yang Duduk di Sampingmu

Sebuah kumpulan puisi

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Puisi 1

Sore yang lain. Di rumah besar. Di halaman luas. Di teras ramai. Di meja persegi panjang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Aku melihatnya

Duduk bersama Jokpin

 

Secarik kertas

Melayang di depanku

Tanganku meraihnya dan

Mulai merangkai kata

 

Lipatan kertas itu, kuberikan kepada Jokpin saat lelakiku membakar tembakaunya. Lalu, aku segera menyingkir.

“Aku mencintai lelaki yang duduk di sampingmu. Jangan sampai dia tahu.”

Jokpin melirik ke samping. Dan, kembali membaca. Berulang-ulang. Tanpa sepengetahuan lelakiku.

 

 

Aku  lepas

Bersama angin sore

Setelah

Menarik

Gulungan-gulungan benang

Yang indah tumbuh silang selimpat

Yang  kuserahkan kepada Jokpin

Selamat kusut!

 

Esok pagi

Jokpin ke rumahku

Menyerahkan

Kertas lecek

yang telah diremasnya ronyok

“Bagaimana bisa kau mencintainya saat kau katakan hal sama kepada lelaki yang duduk di depanku?” ujarnya lantang.

Aku masuk ke dalam kamar

Mengambil sebuah kertas

Yang kutulis bersama intuisi

Kemudian, kuberikan kepada Jokpin

“Aku mencintai lelaki yang berdiri di belakang mobilmu saat ini. Selamat kusut. Lagi.”

—————————————————————————————————————————

Puisi 2

Aku ingin merayumu

Dengan segelas jus

Sesegar pipi merahmu

Aku ingin kau meneguknya

Menikmati nutrisi di hatimu

Dari pagi sampai pagi kembali

—————————————————————————————————————————

Puisi 3

Aku melihatmu saat pembacaan puisi di salah satu rumah besar

Masihkah Kau Simpan Selembar Kertas Dariku, Jokpin?”

Masihkah kau simpan selembar kertas dariku, wahai penyair?

Sore di kala keningmu penuh kerutan dahi

Kau terus berpikir, dan bertanya

“Mengapa tak kau katakan saja kepada mereka?”

Mustahil, penyair

Karena satu tidak pernah cukup. Satu per satu lelaki di sekitarmu adalah cuma tokoh dan karakter dalam novel muslihat milikku.

—————————————————————————————————————————

Puisi 4

Cen Yen Han

Aku mengenalnya

Dari kota yang tidak pernah kusuka

Yaitu Denpasar yang  ripuh

 

Dia kerap berdiri di daun telingaku

Menarasikan tentang “aku” dan “aku”

Melalui bibir lara dan bibir riang

 

Lalu, Kukecup rindu yang terbawa angin

Dan bertengger di atap rumah Sanur

 

Dia melakoni peran serta membawa

Angin sampai ke tanah Canggu

Dia masih dekat di telingaku

“Satu tahun untuk kembali berpisah,” ucapnya.

Denyut gelebah ini memasungku

“Aku takkan kembali kepada ranah yang  ingin bersamaku hanya setahun,” deruku.

 

Tapi puluhan malam

Adalah siksa tanpa kisahmu

Di daun telingaku

Di dalam ceritaku

Yang bisa jadi pendek

Bisa pula jadi panjang

Dalam ketikan

Sebuah buku

—————————————————————————————————————————-

Puisi 5

Mencintaimu adalah

Membuka apa aku

Merebahkan aku kepada semesta

 

Dan Cinta

Mekar

Di Bromo

Berkat

Kecupan

Yang

Datang

Tiba-tiba

Dari

Segala

Savanah

 

*Sumber gambar: dreamstime.com

Ikuti tulisan menarik Sari Novita lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler