Robohnya Surau Kami merupakan kumpulan cerita pendek yang menggambarkan persoalan sosial keagamaan. Kumpulan Cerpen fenomenal yang ditulis oleh Sastrawan A.A Navis ini menceritakan dialog Tuhan dengan Haji Saleh, seorang warga Negara Indonesia yang selama hidupnya hanya beribadah dan beribadah. Buku Robohnya Surau Kami ini berisi 10 cerpen: Robohnya Surau Kami, Anak Kebanggaan, Nasihat-nasihat, Topi Helm, Datangnya dan Perginya, Pada Pembotakan Terakhir, Angin dari Gunung, Menanti Kelahiran, Penolong, dan Dari Masa ke Masa.
Di dalam setiap cerpennya di buku ini, A.A Navis menampilkan wajah Indonesia di zamannya dengan penuh kegetiran. Penuh dengan kata-kata satir dan cemoohan akan kekolotan pemikiran manusia Indonesia saat itu - yang masih relevan pada masa sekarang ini.
Cerpen Robohnya Surau Kami bercerita tentang kisah tragis matinya seorang Kakek penjaga surau (masjid yang berukuran kecil) di kota kelahiran tokoh utama cerpen itu. Dia - si Kakek, meninggal dengan menggorok lehernya sendiri setelah mendapat cerita dari Ajo Sidi-si Pembual, tentang Haji Soleh yang masuk neraka walaupun pekerjaan sehari-harinya beribadah di Masjid, persis yang dilakukan oleh si Kakek. Haji Soleh dalam cerita Ajo Sidi adalah orang yang rajin beribadah, semua ibadah dari A sampai Z ia laksanakan semua, dengan tekun.Tapi, saat "hari keputusan", hari ditentukannya manusia masuk surga atau neraka, Haji Soleh malah dimasukkan ke neraka. Haji Soleh memprotes Tuhan, mungkin dia alpa pikirnya. Tapi, mana mungkin Tuhan alpa, maka dijelaskanlah alasan dia masuk neraka, "kamu tinggal di tanah Indonesia yang mahakaya raya,tapi, engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniyaya semua. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang." Merasa tersindir dan tertekan oleh cerita Ajo Sidi, Kakek memutuskan bunuh diri. Dan Ajo Sidi yang mengetahui kematian Kakek hanya berpesan kepada istrinya untuk membelikan kain kafan tujuh lapis untuk Kakek, lalu pergi kerja (id.wikipedia. org)
Gambaran dalam kumpulan Cerpen di atas yang telah ditulis puluhan tahun lalu sangat relevan dengan apa yang terjadi saat ini. Para Tokoh dan Pemimpin kita, masing-masing sibuk dengan urusannya sendiri tanpa mempedulikan kehidupan rakyat banyak yang dipimpinnya. Kasus Setya Novanto (SN) yang masih sangat hangat dibicarakan adalah contoh konkrit dan gambaran dari Haji Soleh yang sangat egois dengan sifat mementingkan diri sendiri. SN bukan satu-satunya orang, ada berapa banyak Pimpinan dan Tokoh yang kita kenal yang saat ini sedang menebus kesalahan mereka di penjara? Kita pasti juga yakin, di luar sana masih banyak SN dan Haji Soleh lain yang belum insaf atas apa yang dilakukannya.
Padahal di sisi yang lain, jumlah penduduk miskin di negeri berlimpah susu dan madunya ini bertambah 1.5 juta setiap tahunnya. Data BPS sampai bulan Maret 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,59 juta orang. Sebuah ironi di tengah bergelimangnya harta kekayaan para wakil rakyat dan pejabat dan pimpinan negeri ini.
Sumber foto: http://toko-bukubekas.blogspot.co.id/2013/09/jual-buku-robohnya-surau-kami.html
Ikuti tulisan menarik sono rumungso lainnya di sini.