x

Iklan

Pakde Djoko

Seni Budaya, ruang baca, Essay, buku
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Membaca dan Menyelami Novel Sang Guru

Membaca buku, rasanya butuh perjuangan di saat gelontoran teknologi seperti saat sekarang, tapi perlu dan harus memaksa diri dunia literasi tetap berdetak.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Menyelami buku sejarah untuk masa sekarang ini rasanya butuh perjuangan berat. Berat karena gelontoran teknologi memaksa hidup manusia berpikir cepat. simpel dan praktis. Menenteng buku, rasanya terasa kuno, lain jika menggenggam HP canggih dengan kemampuan internet yang sudah mencapai 4G. di dalamnya sudah terdapat fitur canggih yang mempermudah pengguna mengupload gambar , atau foto sekelas DSLR. Memposting tulisan di blog, memastikan rekening bank aman dan bisa mengecek jumlah uang tanpa harus ke bank. Di HP canggih itu apa saja bisa dilakukan termasuk menajdi manusia"gaul" yang punya link ke mana-mana di media sosial. entah di Facebook, Line, Watshap, Pat, Tweetter. Belanja online, layanan tansportasi berbasis online, membaca  dengan menginstall e-book. Ngapain lagi menenteng buku?. Ini zamannya teknologi canggih dan  beraktifitas secara manual itu kuno. Benarkah?

Bagi penulis pribadi buku tetaplah barang berharga yang harus dikoleksi. Rasanya membaca tak akan tergantikan dengan media canggih. Bisa mengoleksi buku, terutama buku-buku berkualitas itu suatu gairah tersendiri. Terserah orang lain menilai. seharusnya buku tetap menjadi acuan bagi seorang penulis yang membuat rangkaian kata-kata bisa lebih berkualitas.

Membaca Novel Sang Guru, itu salah satu motivasi untuk  merefresh tentang bagaimana membangun kultur yang baik  bagi seorang guru, perlu juga dibaca oleh orang tua yang ingin memahami dunia pendidikan. Sebab pendidikan saat ini rasanya sudah terlalu memaksa anak untuk tidak berpikir merdeka. Orang tua memaksa  anak untuk cepat menyelesaikan sekolah, lalu bekerja dan menghasilkan uang. Mereka tidak belajar bahwa pendidikan itu sebenarnya adalah sebuah proses untuk menjadi...simak petuah Ki Hadjar dalam barisan kata berikut ini...Manusia merdeka yaitu manusia yang hidupnya lahir dan batin tidak tergantung kepada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri...

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebagai pembaca, saya terbantu memahami sejarah dengan pendekatan populer. Meskipun saya senang membaca apapun tapi rasanya dengan gaya novel dalam biografi sejarah tokoh inspiratif, rasanya lebih memperluas ruang imajinasi, sehingga serasa masuk dalam dunia yang dibangun dalam novel  tersebut. Haidar Musyafa cukup piawai dalam membangun gairah pembaca untuk menyimak sampai tuntas novel yang terbit pertama november 2015. Simak ulasan-ulasan dari tokoh tokoh yang tidak asing dalam dunia pendidikan, terutama Mendikbud Anies Baswedan, tokoh pendidikan dari Taman siswa  Ki Priyo Dwiarso, Prof Sri Edi Swasono.

Tidak banyak penulis yang mengambil jalur novel sebagai tuturan dalam mengenalkan sejarah kepada pembaca. Saudara Haidar Musyafa cukup piawai  dalam mencampurkan data-data sejarah dan mengemasnya dalam bahasa populer. Ia menjadi penutur pertama yang mewakili KHD. Gaya penceritaan”Aku” sebagai tokoh utama tentu saja butuh pendekatan personal kepada orang-orang terdekat dalam lingkup keluarga KHD, Riset  data Haidar Musyafa yang ngobrol berjam-jam bersama saksi hidup, hingga runtutan cerita meskipun berpendekatanan interpretatif. Berkat kepiawaian Haidar membangun cerita, saya seperti masuk dalam sejarah masa lalu saat Ki Hadjar masih sugeng.

Dalam karut marut kurikulum saat ini, pesan-pesan KHD menjadi penyemangat guru untuk terus berbenah memperbaiki moral dan akhlak para peserta didik dengan pendekatan manusiawi, menghargai kemerdekaan berpikir tiap siswa, dan tidak menjadikan mereka kelinci percobaan bagi kurikulum yang berubah-ubah.

Dalam sosoknya yang boleh dibilang ringkih tapi kekuatannya terletak pada idealismenya yang mumpuni, ia berani berpidato tanpa takut pada ancaman-ancaman kekuatan penjajahan Belanda. Tekanan-demi tekanan tak mempan dan KHD tetaplah sosok besar yang berani berkata tidak terhadap invasi Belanda serta ideologinya.

Dengan tuturan gaya yang lebih "nge-pop" sejarah menjadi tidak membosankan. Bayangkan membaca literatur  sejarah dengan bahasa formal akademik untuk anak-anak jaman sekarang. Bisa bisa hanya dilirik sedikit.Tanpa pernah mau membukanya, kecuali tugas wajib.

Lahir dengan nama kecil Soewardi di depan namanya di sematkan gelar Raden Mas, lahir pada kamis legi. 2 Ramadhan 1309 H atau dalam kalender masehi 2 Mei 1889(2 Mei dikenal sebagai hari pendidikan, karena memang diambil dari tanggal lahir Raden Mas Soewardi atau yang terkenal dengan Ki Hadjar Dewantara). Soewardi kecil sebenarnya bernama asli Raden mas Jemblung Trunogati. Mengapa disebut jemblung menurut buku novel ini karena sewaktu kecil KHD kondisi bayinya ringkih, kecil dan berperut buncit. . Ayahanda KHD yang mengajarkan untuk hidup rendah hati dan tidak berjarak dengan rakyat jelata. Raden Soewardi adalah anak Kanjeng Pangeran Harjo Soerjaningrat,Kakek Soewardi adalah Paduka Sri Pakualam III. Maka, meskipun cucu dari orang terpandang ia tidak ingin berjarak dengan teman-temannya di luar lingkungan istana. Soewardi kecil sudah terbiasa berteman dengan masyarakat biasa.

Sentuhan pengajaran KHD bisa di rasakan Pada perguruan Tamansiswa.Awalnya misi KHD pada Taman siswa menanamkan sifat nasionalisme adalah untuk memberi spirit kebangsaan untuk melawan penjajahan. Maka ketika penjajah sudah pergi maka ada wacana untuk membubarkan Tamansiswa. Namun spirit kebangsaan tidak hanya melawan penjajahan, Para pendiri Tamansiswa terus berjuang agar Tamansiswa bisa menjadi role model pendidikan dan pengajaran di Indonesia.

Spirit yang masih dirasakan sekarang dari KHD adalah Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani(Di depan memberi teladan, Di tengah memberi inspirasi atau inovasi dan semangat, Di belakang memberi dorongan semangat yang diperlukan sebagai watak seorang pemimpin).

Yang tersirat dari Ajaran KHD seorang pemimpin hendaknya bisa memberi suri tauladan kepada rakyatnya, bukan hanya memberi contoh tetapi juga sumber inspirasi, pemberi semangat dan pendorong untuk maju. Bersahabat dan tidak membedakan teman serta rendah hati.

Membaca literatur sejarah memberi dorongan untuk menjadi lebih baik dan sangat bagus jika menjadi pelaku sejarah itu sendiri.Kalau anda penulis teruslah menulis karena anda sedang melakukan tindakan yang benar untuk menjadi bagian dari bagian dari sejarah yang akan dikenang anak cucu di kemudian hari.

 

Ikuti tulisan menarik Pakde Djoko lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB