x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Misteri 100 Tahun Einstein Terkuak

Bukti langsung adanya gelombang gravitasi yang ‘diramalkan’ Albert Einstein 100 tahun yang lalu akhirnya ditemukan. Babak baru manusia dalam memahami alam semesta.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 
“Black holes are where God divided by zero.”

--Albert Einstein (1879-1955)

 

Jauh dari galaksi kita, di kegelapan pekat angkasa yang amat sangat luas, dua lubang hitam berpusing deras, saling menyatu, dan menjadi lubang hitam yang lebih besar. Riak gelombang yang diakibatkan peristiwa itu baru tiba di Bumi 1,3 milyar tahun kemudian. Merger dua lubang hitam itu menebarkan gelombang gravitasi yang seratus tahun lalu sudah diramalkan eksistensinya oleh Albert Einstein.

Riak gelombang itu ‘terdengar’ oleh LIGO (The Laser Interferometer Gravitational-wave Observatory), sebuah peranti raksasa tempat 1000-an ilmuwan bekerja, September 2015 yang lalu dan baru diumumkan di AS kemarin (11 Februari 2016) setelah dipastikan kebenarannya. Berbagai media internasional telah melaporkan pengumuman ini, namun para ilmuwan tak sabar menunggu publikasi ilmiahnya yang akan diturunkan secara berseri di Physical Review Letters dan Astrophysical Journal.

Merger dua lubang hitam itu melahirkan riak gelombak bagaikan batu kerikil yang jatuh ke permukaan air dan menyebarkan gelombang ringan ke tepian. Atau, dalam kata-kata David Shoemaker, fisikawan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), Boston, AS, “Gelombang itu bagaikan agar-agar yang berguncang.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Shoemaker memberi ilustrasi lanjutan perihal riak gelombang itu: “Ini seperti suara cuitan, dimulai dari frekuensi rendah, sekitar 20 atau 30 Hertz, bagaikan nada terendah pada gitar bas, lalu bergerak cepat hingga sekitar 250 Hertz, agak dekat dengan nada C tengah pada piano.” Massa kedua lubang hitam yang bertumbukan itu masing-masing 29 dan 36 kali massa Matahari kita. Inilah penggabungan lubang hitam pertama yang terobservasi oleh ilmuwan. Karena itu, hasil observasi ini disambut hangat oleh ilmuwan dari berbagai belahan Bumi.

Lagi-lagi Einstein benar—kali ini tentang eksistensi gelombang gravitasi. Ketika Einstein menerbitkan karyanya tentang relativitas umum, kira-kira 10 tahun sesudah relativitas khusus, jagat sains terguncang. Selama bertahun-tahun, para ilmuwan berusaha mengonfirmasi kebenaran gagasan Einstein.

Einstein memprediksi adanya riak yang secara formal disebut gelombang gravitasi, pada 1916, sebagai bagian dari teori relativitas umumnya. Ia berimajinasi tentang tarikan gravitasi di antara obyek-obyek berat, seperti Bumi dan Matahari, sebagai ‘lengkungan’ ruang dan waktu. Ketika benda sangat berat seperti lubang hitam terlibat, teori ini memprediksi akan dihasilkan gelombang gravitasi yang beriak ke seluruh semesta.

Upaya para ilmuwan memang tidak sia-sia. Bukti tak langsung diperoleh pada 1974, ketika Russell Hulse dan Joseph Taylor mengobservasi bintang pulsar yang mengorbit neutron. Meski penemuan itu menghasilkan Hadiah Nobel, para ilmuwan belum puas hingga mereka mampu menemukan bukti langsung. Alasannya, tanpa bukti langsung, masih ada peluang bahwa prediksi Einstein itu keliru. Keraguan terhadap pikiran Einstein akan selalu ada sepanjang tidak ditemukan bukti langsung. Dalam konteks inilah, tertangkapnya riak gelombang gravitasi hasil merger dua lubang hitam itu menjadi sangat penting.

Bila bukti tak langsung telah menghasilkan Hadiah Nobel, maka sungguh tidak mudah bagi Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Swedia akan sulit menyusun alasan untuk tidak memberikan penemuan bukti langsung ini hadiah yang sama. Para fisikawan, dan astrofisikawan, merasa senang sebab gelombang gravitasi ini tertangkap tidak lama setelah penemuan Partikel Higgs Boson—yang sebagian orang menyebutnya Partikel Tuhan—pada 2012.

Namun, bagi para ilmuwan, yang jauh lebih bermakna ialah penemuan ini membuka jalan baru bagi upaya manusia dalam memahami alam semesta. Mereka bersorak bagai kanak-kanak memperoleh mainan baru ketika penemuan riak itu diumumkan, setelah satu bulan dikaji untuk memperoleh kepastian. Ini membuka jalan bagi petualangan ilmiah yang lebih luar biasa dan lebih mengasyikkan di masa depan.

Saya rasa, John Hogan keliru ketika dalam bukunya, The End of Science, ia menulisbahwa penemuan besar dalam sains sudah berakhir karena semua misteri alam semesta sudah terungkap. Tertangkapnya riak gelombang gravitasi ini menunjukkan bahwa manusia baru memahami sebagian saja dari misteri semesta. Lagi pula, diperlukan 100 tahun untuk membuktikan kebenaran prediksi Einstein.

Pembuktikan ini mengantarkan manusia ke misteri berikutnya yang tidak terduga. Dan langkah ini dimulai seratus tahun yang silam ketika Einstein menggoreskan pensil di atas kertas-kertas dan mengekspresikan pikirannya. Jadi, pembuktian adanya gelombang gravitasi ini patut dirayakan sebagai perayaan imajinasi! (ilustrasi di atas: simulai dua lubang hitam berpusing untuk bersatu) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB