x

Iklan

Mang Ujang

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kisah dari Sungai Telaga

Ini jalan pedang. Jalan maut. Hanya ksatria berani mati yang menempuhnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

"Kau selamatkan hidupku."

"Aku hanya bicara sebelum berpikir."

"Maka kata itu datang dari hatimu."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lalu, mata bertemu. Lama terpatri. Lantas ada yang luluh: kekerasan hati.

Keduanya  duduk beradu punggung. Jeruji besi di antara mereka. Masa lalu pun tercurah bergantian. Pesakitan dan penjaga itu ternyata tak jauh beda. Sama-sama punya masa lalu yang suram.

Malam itu, dingin tanpa sinar rembulan, dua hati lantas terikat satu sama lain. Asmara terlarang terjalin. Dan butuh rasa pedih, pedang, juga darah untuk tetap memeliharnya.

Tapi ah, ini sungai telaga. Di sini tak hanya asmara yang dijaga dengan pedang. Juga harga diri, kehormatan, ambisi, bahkan kekonyolan.

Ini kang ouw. Jalan pedang adalah jalan mulia. Semua pendekar dengan gagah berani menempuhnya, meski tahu, darah bisa sewaktu-waktu tertumpah. Meski paham nyawa bisa setiap saat melayang.

Kau mungkin bertanya, layakkah semua ini? Mari aku bertanya pula, berhargakah hidup tanpa kehormatan? Berhargakah hidup dalam penghindaran dan bayang ketakukan?

Ini adalah sungi telaga. Jalan pedang. Jalan maut. Hanya ksatria berani mati yang menempuhnya. (*)

 

Foto: Crouching Tiger Hidden Dragon 2: Sword of Destiny.

Ikuti tulisan menarik Mang Ujang lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu