Inilah Kisah NKRI (Negeri Kepo Ribet Isinya)
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBIni sebuah kisah tentang NKRI. ‘Negeri Kepo Ribet Isinya’, begitu kepanjangannya. Tak habis-habis kisah negeri ini. Dari Babi Panggang Karo hingga Vihara.
Ini sebuah kisah tentang NKRI. ‘Negeri Kepo Ribet Isinya’, begitu kepanjangannya. Tak habis-habis kisah negeri ini. Negeri yang konon menjadi magnet bagi para pencari rempah-rempah dan penyuka terik sinar matahari di masa lampau. Indahnya Negeri Kepo bahkan menjadi topik dalam risalah perjalanan penjelajah dunia.
Negeri Kepo sudah merdeka sejak lama. Usianya hampir menginjak 71 tahun. Usia yang mestinya terhitung waskita dan tidak sibuk dengan urusan remeh-temeh. Konon, usia ideal manusia itu 63 tahun, sesuai umur Baginda Nabi Muhammad SAW. Jadi, negeri ini sudah mendapat bonus 8 tahun di usianya sekarang. Hebatnya, Negeri Kepo bisa merdeka dengan bambu runcing saja. Tak perlu senjata api, meriam, dan granat. Dengan lancipnya bambu, penjajah bule itu tunggang langgang meninggalkan Negeri Kepo. Dahsyat!
Entah kebetuan atau tidak, hari raya Negeri Kepo mirip dengan hari jadi Negara Indonesia yang hebat itu. Sama-sama 17 Agustus 1945. Kebetulan yang aneh bin ajaib....Tapi tidak ada yang aneh. Sebab Negeri Kepo itu ‘dunia paralel’ dari Indonesia. Anda tahu ‘dunia paralel’? Sebuah dunia alternatif selain tempat kita hidup sekarang.
Misalnya, di dunia ini, Suharto lengser pada 1998. Mungkin di dunia paralel, Sang Jenderal Besar masih berkuasa hingga akhir masa jabatannya pada tahun 2003. Atau, di dunia ini Presiden RI sekarang Joko Widodo, nah, di dunia paralel, bisa jadi Presidennya Prabowo Subianto karena meneruskan tongkat estafet daripada Ayahnda Mertua.
Negeri Kepo mestinya banyak belajar dari Indonesia. Di Indonesia, toleransi dijunjung tinggi. Minoritas hidup damai tanpa harus takut beribadah. Indonesia punya apa yang disebut Pancasila. Satu sampai Lima, dibaca tiap upacara bendera. Kurang canggih? Nah, coba baca Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Mulia benar isinya.
Silahkan simak isinya: “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdasakan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”. Tahukah Anda bahwa semua nilai-nilai itu diwujudkan dengan sempurna di Indonesia.
Soal pemimpin? Indonesia tidak pernah kehilangan stok. Setelah Pendiri Bangsa bernama Sukarno yang dikenal sebagai tokoh dunia dan orator ulung, Indonesia punya Presiden Kedua bernama Suharto. Beliau dijuluki “Bapak Pembangunan” yang selama 32 tahun konsisten untuk membawa negerinya “Tinggal Landas”. Lalu, setelah Presiden Suharto berhasil membangun Indonesia, tongkat estafet berpindah pada seorang teknokrat bernama Habibie yang jinius. Habibie hanya sebentar memimpin. Kepemimpinan berpindah ke tangan Ulama Besar bernama Abdurrahman Wahid lalu ke Megawati Sukarnoputri –Perempuan pertama yang menjadi presiden Indonesia. Hebat, bukan? Setelah Megawati, Indonesia dipimpin oleh Jenderal Santun dan Brilian bernama Susilo Bambang Yudhoyono. Setelah sepuluh tahun memimpin Indonesia, Yudhoyono turun tahta dan terpilihlah Joko Widodo yang merakyat, pekerja keras, dan tegas.
Kisah di atas pasti membuat Negeri Kepo iri hati pada Indonesia. Jelas hal serupa takkan kita temui di Negeri Kepo.Negeri Kepo seperti sulit mencari pemimpin sejati. Semuanya memiliki kisah-kisah yang rumit. Dua presiden awal jatuh karena didemo para kaum cerdik pandai. Seorang presiden dimakzulkan. Beberapa mulus menjabat hingga akhir masa jabatan, namun tidak juga lepas dari kasak-kusuk celanya.
Di Negeri Kepo, aneh betul memang. Rakyatnya justru mengidolai pemimpin negara lain. Presidennya sendiri dicemooh. Si pencemooh pun menjadi populer dan menjadi idola para pembenci presiden yang lain. Statusnya di media sosial yang bernas dan tajam analisisnya disukai ratusan ribu orang.
Belakangan ini Negeri Kepo sedang dirundung masalah pelik. Urusan perut, seperti Babi Panggang Karo, pun jadi masalah. Selain itu, di Negeri Kepo, sebuah vihara dibakar. Beberapa waktu lalu, masjid dibakar, begitu pula gereja.
Ribet, ya? Begitulah....
Entah ada soal apa, bakar-membakar dengan Negeri Kepo. Padahal Negeri itu sudah cukup terik karena berada di garis khatulistiwa. Lalu, mengapa rakyatnya begitu terobsesi dengan nyala api?
Urusan nyala api dan bakar-membakar ini tampaknya masih akan menjadi bagian cerita dari Negeri Kepo. Rakyat Negeri Kepo penyuka bensin. Mereka membelinya seliter dua di pinggir jalan. Mereka tidak peduli apakah takaran di botol minuman bersoda itu benar. Mereka hanya tahu bahwa itu bensin. Sambil menenteng botol berisi bensin, mereka suka memercikkan ke sembarang tempat di sepanjang jalan. Alhasil, negeri yang mudah terbakar ini pun dilalap api.
Apa saja mereka bakar. Babi Panggang Karo –yang pada awalnya bercita rasa tinggi karena kualitas panggangannya yang pas, pun menjadi hangus. Vihara dan Kelenteng baru saja dibakar beberapa hari lalu. Sebuah masjid di wilayah paling timur Negeri Kepo juga dibakar beberapa waktu sebelumnya. Juga gereja....
Mencekam sekali. Andai Negeri Kepo belajar menjadi Indonesia, niscaya takkan ada musibah itu. Tengok Indonesia, para pemuka dan pemeluk agama saling menghargai. Mereka menjunjung tinggi toleransi. Tak ada saling mencela baik terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Setiap bertemu, antarpemuka agama akan cipika-cipiki dengan hangat dan tulus. Meski agama mereka berasal dari negeri lain, niscaya takkan menghilangkan rasa ke-Indonesia-an yang hebat itu tanpa mengurangi esensi nilai-nilai luhur agama itu.
Oiya, takkan ada peristiwa Babi Panggang Karo dan pembakaran rumah ibadah di Indonesia. Mereka memiliki aparat keamanan yang mengayomi. Mereka tak perlu menghunus pedang atau mengokang senapan untuk membuat rakyatnya patuh. Mereka hanya perlu berdialog. Ah, irinya....Jika berani macam-macam, niscaya Hakim di Indonesia akan menghukum Anda dengan seadil-adilnya. Jangan bermimpi bisa membeli putusan pengadilan. Hakim di Indonesia telah didoktrin. Jika mereka tak adil niscaya kerak neraka jua hukuman Tuhan pada hakim yang tidak adil.
Begitulah sedikit kisah dari Negeri Kepo. Mereka tak punya pemimpin sehebat Negara Indonesia. Tapi, dalam buku doktrin Negeri Kepo ada satu kalimat bijak yang membuat rakyatnya tetap mencintai negeri itu, “Rumput tetangga memang tampak lebih hijau, Bro...” ***
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Multisemesta Bernama Indonesia
Selasa, 21 Mei 2019 21:24 WIBMemaknai Kekalahan dalam Demokrasi
Senin, 20 Mei 2019 14:28 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler