Bob Dylan, penyanyi dan penulis lagu Amerika Serikat, dianugerahi Nobel Sastra karena "Telah menciptakan ekspresi-ekspresi puitik baru di dalam tradisi lagu Amerika," kata Swedish Academy, juri Nobel, di Stockholm, Swedia, hari ini, Kamis, 13 Oktober 2016.
Pemilihan ini mengejutkan karena karyanya tak cocok dengan kanon sastra pada umumnya, seperti novel, puisi, dan cerita pendek. Dylan adalah penulis lagu dan lagu-lagunya memang berpengaruh dan terus bergema sampai kini. Apakah ini bentuk pengakuan bahwa lagu adalah juga karya sastra? Barangkali. Dunia sastra silahkan mendiskusikan hal ini.
Dylan, kini 75 tahun, mencapai puncak popularitasnya di era 1960-an dan 1970-an. Lagu-lagunya yang terkenal adalah, antara lain, Blowin' in the Wind (1963) dan Knockin' on Heaven's Door (1973).
Lagu-lagu baladanya yang sarat kritik sosial politik itulah yang tampaknya membuat demonstran seperti Soe Hok-gie, jatuh hati. Dalam sepucuk suratnya kepada sahabatnya, MT Zen, bertanggal 21 Juni 1967, Gie mengutip sebuah lagu Dylan, Blowin' in the Wind:
How many ties must a man turn his head
and pretend that he just doesn't see
hpw many times ears should a man do possess
before he can hear people cry
how many times deaths must it takes place till he know
that too many people have die.
Kritik sosial, Dylan, dan Gie tampaknya memang cocok satu sama lain.
Artikel Terkait
- 6 Hal Tentang Soe Hok-Gie yang Tidak Banyak Diketahui
- Andai Soe Hok Gie Tak Mati Muda ~ Christianto Wibisono
- Soe Hok-Gie: Nyali Besar dari Tubuh Kecil
Ikuti tulisan menarik Iwan Kurniawan lainnya di sini.