x

Berada di urutan ketiga adalah Jeff Bezos, pendiri dan CEO Amazon.com. Pria berusia 49 tahun ini memiliki kekayaan mencapai AS $ 25,2 milyar (sekitar Rp 244 triliun). Forbes.com

Iklan

fauzi sukri

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Maha Saudagar Buku

Jeff Bezos termasuk salah satu manusia yang memperdagangkan buku di jagat maya. Bezos dengan amazon.com berhasil menjadi maha saudagar terbesar di bumi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pada tahun 70-an, seorang kepala sekolah setingkat SMP di Houston, Amerika Serikat, memilih seorang siswa untuk menemani seorang eksekutif periklanan yang rajin dan pekerja keras, Julie Ray. Nama asli anak itu diminta untuk tidak dicantumkan dalam buku Ray. Cukup disebut Tim. Ray sedang melakukan penelitian terhadap sekolah yang menggunkan program pendidikan yang tidak konvensional, kelak disebut Vanguard, untuk anak-anak yang memiliki bakat.

Tim, baru berumur dua belas tahun, sudah memiliki semangat untuk bersaing. Tim bercerita kepada Ray bahwa ia membaca bermacam-macam buku agar mendapatkan sertifikat pembaca khusus, tetapi ia masih merasa kalah dari seorang teman sekelasnya yang barangkali mengaku membaca belasan buku dalam seminggu. Tim bisa bercerita dengan lancar dan antusias nilai-nilai yang ada dalam novel The Hobbit karya J. R. R. Tolkien.

Selain sudah mulai membuat eksperimen sains, Tim membuat tabel (survey) statistik sendiri dalam pelajaran matematikanya untuk mengevaluasi para gurunya. Tujuan tabel itu, kata Tim, “untuk menilai cara mengajar para guru, bukan soal popularitas.” Tentu saja sesi belajar yang paling disukainya adalah saat berdiskusi di kantor kepala sekolah. Sekitar tujuh anak diberi cerita pendek untuk dibaca sendiri, dipikirkan, dan didiskusikan bersama. Mereka menyebutnya “berpikir produktif”.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Beberapa tahun kemudian, peristiwa di sekolah itu berlanjut dalam rapat-rapat Amazon.com. Anak itu kemudian kita kenal sebagai Jeff Bezos, pendiri dan pemimpin toko ritel daring terakbar sejagat. Bezos melarang penggunaan lembar PowerPoint atau slide presentasi dalam rapat. Sebagai gantinya, para karyawan diharuskan menuliskan laporan naratif dalam bentuk prosa sampai enam halaman. Bezos percaya bahwa cara itu mendukung pemikiran-pemikiran kritis.

Namun, yang menarik toko buku terbesar itu dimulai dari kesalahan matematika. Pada bulan Februari 1994, untuk pertama kalinya Quarterman mengulas pertumbuhan World Wide Web yang baru berusia setahun menunjukkan perkembangan penggunanya yang luar biasa. Dalam pengamatan Bezos, telah terjadi kenaikan sebesar 230.000 persen. Tak ada suatu apa pun yang tumbuh sebesar itu di bumi saat itu. Tentu saja angka itu salah. Tapi Bezos, yang waktu itu sudah bekerja mapan di Wall Street yang menangani investasi keuangan menggunakan program komputer, sudah berpikir maju: “Rencana bisnis macam apa yang dapat dikaitkan dengan pertumbuhan itu?” Ia berpikir everything store (toko segala ada), meski pasti tidak praktis.

Maka, Bezos membuat dua puluh kategori produk yang mungkin bisa dijual. Akhirnya, pilihan terbaik adalah buku. “Buku adalah komoditas yang murni; satu eksemplar buku di sebuah toko identik dengan buku yang sama yang dipajang di sebuah toko buku lain, maka pembeli selalu tahu tentang yang mereka dapatkan. Ada dua distributor primer buku pada waktu itu, Ingram dan Baker & Taylor, maka sebuah peritel baru tidak harus menghubungi ribuan penerbit buku yang ada. Dan yang paling penting, ada tiga juta buku yang dicetak di seluruh dunia, jauh lebih banyak daripada yang mampu disimpan oleh superstore seperti Barnes & Noble atau Borders,” sebagaimana dikisahkan Brad Stone (2015) dalam buku The Everything Store: Jeff Bezos dan Era Amazon. “Dengan keragaman produk sebesar itu Anda dapat membangun sebuah toko di ajang online, yang mustahil dibangun dengan cara lain. Anda dapat membangun sebuah superstore sejati dengan pilihan sebanyak-banyaknya, dan berdasarkan pilihan yang ditentukan oleh pelanggan,” kata Bezos.

Tentu saja, konsep toko ritel internet yang diangankan Bezos dimungkin oleh satu kaidah niaga, sebagaimana dijelaskan D.E. Shaw bos Bezos waktu di Wall Street: “Yang selalu menjadi gagasan adalah bahwa seseorang diperbolehkan mendapatkan laba sebagai seorang perantara. Masalah pokoknya adalah: Siapa yang akan menjadi perantara itu?” Inilah yang dilakukan Amazon, meski bukan yang pertama di dunia, dan kemudian diikuti para bakol buku online di Indonesia. Namun, seperti yang dikatakan Bezos saat mencari nama berawalan huruf A dalam kamus, dan mendaftarkan URL Amazon pada 1 November 1994, “Ini tidak hanya sungai terbesar di dunia...Amazon [Bezos] akan mengalahkan semua sungai lain.”

Dari toko buku online itu, buku pertama yang laku pada 3 April 1995 adalah Fluid Concepts and Creative Analogies, sebuah buku karya Douglas Hofstadter, yang dibeli John Wainwright yang kelak namanya diabadikan di kantor Amazon. Sejak pembelian buku pertama itu, Amazon sudah melayani pembelian hampir segala buku dari berbagai negara dan benua. Dan bisa dikatakan, Bezos yang buku favorit The Remains of the Day karya Kazuo Ishiguro (1989) adalah maha saudagar buku di jagat bumi, meski kemudian Amazon tidak hanya menjual buku semata.

Ikuti tulisan menarik fauzi sukri lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu