x

Iklan

Yoseph Samuel

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Phobia Ormas? Semoga Tidak

Jumat, 4 November 2016 akan terjadi demonstrasi besar melibatkan beberapa ormas. Wajar apabila kita menjadi takut dan meningkatkan kewaspadaan asalkan tidak sampai titik phobia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tepatnya besok, Jumat, 4 November 2016 akan terjadi demonstrasi besar melibatkan beberapa ormas. Berdasarkan halaman depan Koran tempo hari ini (3 November 2016) diperkirakan 50 ribu orang dari Front Pembela Islam, Hizbut Tahrir Indonesia, Majelis Mujahidin Indonesia, Hisbullah dan Forum Betawi Rempug akan berdemonstrasi di sekitar balai kota dan istana negara.

Setidaknya H-7 sebelum demonstrasi diadakan, media masa banyak menampilkan pemberitaan terkait strategi pengamanan, kerjasama antar POLRI dan TNI, anggota POLRI dan TNI yang didatangkan dari luar Jakarta untuk membantu pengamanan, eksekutif yang bersilaturahmi dan minta dukungan tokoh-tokoh agama termasuk  cendekiawan-cendekiawan yang berorasi agar demonstrasi tetap berjalan damai. Diluar pemberitaan tersebut, gedung tempat Penulis bekerja (terletak di Jakarta Pusat) pun mengeluarkan pengumuman terkait peningkatan pengamanan dan peringatan untuk tetap waspada menghadapi demonstrasi besok dan berdasarkan cerita teman-teman Penulis beberapa gedung lainpun (di daerah Jakarta) mengeluarkan pengumuman serupa. Semua hal tersebut dilakukan tentu dengan maksud sebagai tindakan preventif agar tidak terjadi kerusuhan saat demonstrasi berlangsung dan tindakan represif agar dapat meredam dan menghindari apabila terjadinya kerusuhan.

Serangkaian tindakan preventif dan represif yang dilakukan tersebut membuat penulis berimajinasi betapa besar potensi dari demo yang akan berlangsung tersebut, baik potensi positif (perasaan telah terjadi konsensus antar peserta demonstrasi bahwa pendapat mereka tersampaikan kepada khalayak umum maupun pemerintah) maupun potensi negatif (berujung keributan). Kepala Polri, Paglima TNI, cendekiawan-cendekiawan, tokoh-tokoh agama, maupun eksekutif boleh saja memotivasi dengan kalimat “…tidak usah takut terhadap demo besok..” bahkan menurut Penulis kalimat tersebut memang wajib keluar dari mulut mereka sebagai bentuk kepercayaan diri dan panutan bagi masyarakat bahwa hal-hal yang sudah mereka lakukan akan berdampak dengan bersahajanya demonstrasi besok.

Berdasarkan pemberitaan-pemberitaan dan persiapan terkait demonstrasi besok, isu sara yang melatarbelakangi demonstrasi, besarnya masa yang berdemonstrasi, betapa rapatnya barikade dan strategi pengamanan diluncurkan, betapa sibuknya para eksekutif bersilahturahmi, betapa banyaknya cendekiawan yang tiba-tiba muncul menyerukan kata-kata perdamaian, tidak dapat dipungkiri pula bahwa perasaan takut yang timbul adalah hal yang wajar. Penulis sendiri menerima pesan dari keluarga Penulis untuk tetap berwaspada dengan demonstrasi besok padahal Penulis tidak takut (mungkin karena Penulis jomblo dan masih muda) dan Penulis rasa tentu banyak yang akan saling mengingatkan terutama kepada keluarganya untuk selalu waspada dan kalau bisa menghindari lokasi-lokasi long march demonstrasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kitapun tentu pernah mendengar istilah “beraninya keroyokan”/ kerumunan yang bertindak emosional (acting mobs) dimana orang tentu akan lebih berani berekspresi jika memiliki rekan seperjuangan, yang menurut Leon Festinger ahli psikologi sosial dari Amerika disebut sebagai keadaan deindividuation yaitu keadaan dimana seseorang kehilangan kesadaran akan diri sendiri dan berkurangnya ketakutan individu karena berada dalam kelompok. Teori Festinger tersebut tentu sangat terbukti kalau kita berkaca dari “Kerusuhan Mei 1998”.

Atas keadaan-keadaan, teori deindividuation Festinger yang teraplikasikan dalam kenangan masa lalu (kerusuhan Mei 1998) tersebut tentu wajar apabila kita menjadi takut dan meningkatkan kewaspadaan asalkan tidak sampai titik phobia. Dibalik ketakutan tersebut kita harus berusaha meyakinkan diri sendiri dan mempercayai usaha-usaha yang sudah dilakukan pemerintah sambil berpegang pada prinsip bahwa demonstrasi adalah hak.

Begitu pula untuk para demonstran besok, jangan menodai kepercayaan masyarakat yang secara tidak langsung member izin berdemo dan pemerintah yang secara hukum memberikan izin berdemo. Karena jika ternodai,  Penulis yakin ketakutan dan kewaspadaan yang masih wajar ini akan naik tingkat menjadi suatu phobia. Phobia terhadap demonstrasi khususnya phobia terhadap ormas dan bukan tidak mungkin akan menjadi labeling bahwa jika ormas berdemonstrasi maka akan berakhir rusuh.

Tentu hal tersebut tidak diinginkan kita semua karena masih banyak ormas-ormas yang berdemonstrasi dengan bersahaja dan tentu kita tetap ingin melihat demonstrasi terjadi kedepannya sebagai bentuk kebebasan berpendapat yang bersahaja.

Tapi apabila hal yang tidak diinginkan itu terjadi. Aku (Penulis) dipihak kalian orang-orang Phobia.

 

Jakarta, 3 November 2016

Yoseph Samuel

 

Ikuti tulisan menarik Yoseph Samuel lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler