Demo 4 November dan Sejarah Ku Klux Klan

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Iklan

Kekhawatiran terhadap demonstrasi 04 November 2016 merupakan suatu fase penting bagi Indonesia.

Kekhawatiran terhadap demonstrasi 04 November 2016 merupakan suatu fase penting bagi Indonesia. Fase ini bukan hanya merupakan pengalaman Indonesia. Ini adalah fase yg harus dilalui.

Jika besok demonstrasi yang dilatarbelakangi alasan agama ini berlangsung dengan damai meski provokatif dan panas, itu merupakan prestasi besar demokrasi Indonesia, baik yang didemo maupun yang mendemo. Indonesia baru 15 tahun terakhir mengalami reformasi politik. Dan hasilnya tidak jelek. Kebebasan kita untuk memilih dan dipilih tiap 5 tahun berjalan baik.

Namun demikian, pengalaman demokrasi kita belum selama ratusan tahun sebagaimana di Amerika Serikat, di mana membicarakan dan mengkritik agama secara terbuka dan jenaka, merupakan hal yang biasa. Pun, ketika berdemokrasi sudah 150 tahun di sana, pada tahun 1925 organisasi sayap kanan Ku Klux Klan (KKK) yang juga berjubah putih, membawa agama sebagai tameng justifikasi supremeasi atau truth claim-nya, berdemo membanjiri Washington DC dengan 25.000 pengikutnya. Itu adalah fase di mana Gubernur, Senator, Legislator hingga Hakim Agung merasa belum aman dengan karir politiknya tanpa menjadi anggota KKK. Tidak banyak berbeda antara 1925 di DC dengan 04 November 2016 di Jakarta. Yang berbeda hanya pilihan agama yg dijadikan justifikasi supremasi.

Demokrasi adalah pilihan kita. Pilihan punya konsekuensi. Demokrasi menjamin hak-hak asasi manusia, termasuk hak yang paling fundamental, yaitu hak atas kebebasan berekspresi (freedom of expression). Saya tidak akan pernah setuju untuk membubarkan FPI serta organisasi sejawatnya dan memberangus kebebasan mereka untuk berekspresi karena ketidaksukaan dan ketidaksejalanan ideologi mereka dengan saya. Kebencian tidak menjadikan saya berlaku tidak adil. Mempertahankan hak mereka adalah mempertahankan hak Anda dan saya untuk berekspresi secara berbeda, termasuk saling berhadapan. Satu-satunya koridor adalah semua pihak dalam demokrasi harus menjauhkan diri dari kekerasan dan bertindak kriminal. Hukum adalah batasannya.

Teruskan dialog dan berikan ruang bagi dinamika, lanjutkan silaturahim, terlepas sedalam apa ketidaksukaan dan kebencian di antara kita, sejauh apa perbedaan memisahkan di antara kita. Waktu akan menentukan gagasan-gagasan mana yang akan bertahan, yaitu gagasan-gagasan yang terbukti memberikan dampak bagi kesejahteraan masyarakat, terlepas dari afiliasi apapun.

Dan, maju 75 tahun ke depan di AS, meski tidak berarti punah, adalah susah dibayangkan untuk mengumpulkan kembali 25.000 orang tersebut ke jalanan di DC, apalagi harus berjubah. KKK menjadi sesuatu yang asing saat ini. Dan, jika waktu bisa diubah karena mengetahui apa yang terjadi di masa depan, mungkin saja sebagaian dari mereka ingin menghindari menjadi bagian dari sejarah kelam masa lalu karena tidak akan pernah tahu dampak akan yang ditimbulkan puluhan tahun ke depan. Dunia terus berubah.

Jakarta, 03 November 2016. Salam, Dondy Sentya

Sumber gambar

Bagikan Artikel Ini
img-content
Dondy Sentya

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler