x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kitab Lupa dan Gelak Tawa - Milan Kundera

Kematian bukanlah hilangnya masa depan, tetapi hilangnya masa lalu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Kitab Lupa dan Gelak Tawa

Judul Asli: The Book of Laughter and Forgetting

Penulis: Milan Kundera

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penterjemah: Marfaizon Pangai

Tahun Terbit: 2015

Penerbit: Narasi dan Pustaka Promethea

Tebal: viii + 400

ISBN: 978-979-168-429-3

 “Novel” ini berisi renungan tentang melawan lupa dan gelak tawa. Ada tujuh cerita yang berbeda-beda di buku ini. Kisah pertama, kedua, keempat yang bersambung kisah keenam adalah kisah-kisah tentang melawan lupa. Sedangkan kisah ketiga, ke lima dan kisah ketujuh adalah kisah tentang gelak tawa. Melawan lupa adalah upaya mempertahankan diri dari kekuasaan dan hilangnya masa lalu. Sedangkan gelak tawa adalah bukti bahwa masih ada pengharapan bagi manusia. Ketika dunia kehilangan rasa humornya maka disitulah terjadinya kegagalan manusia.

Cerita pertama adalah tentang perjumpaan kembali seorang pemuda bernama Mirek dengan seorang aktivis partai yang lebih tua bernama Zdena yang dicintainya, setelah berpisah selama 25 tahun. Mirek menginginkan surat-surat yang pernah dikirimnya kepada Zdena. Mirek ingin mengetahui masa mudanya melalui surat-surat yang ditulisnya untuk Zdena. Sebab melawan lupa adalah adalah hal yang sama dengan melawan kekuasaan. Sebab kematian bukanlah hilangnya masa depan, tetapi hapusnya masa lalu.

Kisah pencarian surat-surat dengan pengejaran oleh penguasa diceritakan secara paralel dalam kisah Mierk-Zdena. Dalam perjalanan menuju ke tempat Zdena ia diikuti oleh intel yang akhirnya menangkapnya dan memenjarakannya. Upaya melawan lupa harus diperjuangkan meski harus sampai penjara. Kisah ini sepertinya penggalan dari kehidupan Milan Kundera sendiri. Ia harus meninggalkan Cekoslowakia dan tinggal di Paris karena tulisan-tulisannya dianggap tidak sejalan dengan penguasa. Meski ia tidak dipenjara, tetapi ia harus meninggalkan negerinya.

Kisah kedua adalah tentang ibu yang lebih memperhatikan buah pir daripada tank-tank saat pasukan Soviet menyerbu Cekoslowakia. (Benarkah tank lebih penting dari buah pir?) Ibu yang sudah mulai pikun ini terus berupaya mengingat masa lalunya. Tinggal bersama anak lelakinya dan menantunya, sang ibu pertemu dengan perempuan yang mirip dengan teman masa mudanya. Perempuan tersebut adalah sahabat anak dan menantunya. Sang ibu yang berupaya sekuat tenaga melawan lupa.

Kisah keempat adalah tentang seorang janda yang berupaya mengambil surat-surat cinta yang ditinggalkan di rumah mertuanya. Mula-mula ia berharap kepada tetangganya yang akan bepergian ke Cekoslowakia. Namun karena si tetangga itu urung, ia tertarik kepada seorang pemuda miskin yang menjanjikannya untuk mengambilkan amplop berisi surat-surat itu. Keinginan yang kuat tersebut bahkan membuatnya rela tidur dengan sang pemuda. Kisah sang gadis, yaitu Tamina berlanjut ke bagian keenam. Dalam bagian ini Tamina bertemu dengan seorang pemuda. Sang pemuda mengajak Tamina ke sebuah pulau yang dihuni oleh anak-anak. Kehadiran Tamina sebagai perempuan dewasa telah menimbulkan kekaguman para anak-anak lelaki. Namun akhirnya anak-anak lelaki ini berkelahi untuk berebut Tamina.

Kisah ketiga adalah tentang gelak tawa versi malaikat dan versi iblis. Kedua makhluk tersebut, yakni malaikat dan iblis sama-sama menggunakan gelak tawa. Namun keduanya menggunakannya secara berbeda. Milan Kundera menggunakan kisah dua gadis Amerika yang mempelajari drama Rhinocheros karya Eugene Ionesco. Anehnya kedua kedua gadis ini menemukan bahwa sesungguhnya drama tersebut berisi gelak tawa. Milan Kundera juga membahas tentang dua jenis gelak tawa. Yaitu gelak tawa iblis yang penuh kedengkian dan gelak tawa malaikat untuk memproklamirkan bahwa dunia ini penuh keteraturan.

Kisah kelima adalah tentang para penyair yang sedang berkumpul. Mereka membicarakan masalah rumah tangga salah satu penyair. Sungguh sangat lucu membahas masalah hubungan sang penyair dengan istrinya dari kacamata para sastrawan ini.

Cerita ketujuh adalah upaya manusia untuk menghindari belenggu peradaban. Seringkali manusia terjebak kepada peradaban yang awalnya dianggap sebagai suluh bagi perkembangan manusia. Namun pada kenyataannya peradaban itu malah membelenggu manusia.

 

Buku yang terdiri dari berbagai cerita yang sepertinya tidak saling berhubungan ini diklaim oleh Milan Kundera sebagai sebuah novel. Sebenarnya lebih tepat buku ini disebut sebagai kumpulan cerita pendek dengan tema yang sama, yaitu tentang gelak tawa dan tentang melawan lupa. Meski banyak pembaca yang menyatakan bahwa buku ini bukan novel, tetapi Milan memberikan penjelasan bahwa baginya buku ini adalah sebuah novel. Menurut penulisnya, seluruh isi buku ini adalah novel dalam bentuk beragam variasi. Bagian-bagian individual saling mengikuti seperti bentangan individual sebuah perjalanan yang menuju ke arah sebuah tema, sebuah pemikiran, sebuah situasi tunggal, yang maknanya menghilang di kejauhan (hal. 275).

Semua cerita dalam buku ini bertema gelak tawa dan melawan lupa (hal. 389). Jika menggunakan definisi Milan Kundera, yaitu kesatuan tema juga bisa disebut novel maka buku ini adalah benar adanya. Sebab semua cerita yang ada dalam buku ini memang mengusung gelak tawa dan lupa.

Selain dari tema yang sama, semua cerita mengambil latar belakang Cekoslowakia tatkala dikuasai oleh Soviet. Kisah-kisah pahit dari para tokohnya yang berupaya melawan lupa dengan latar belakang revolusi yang terjadi di Cekoslowakia. Milan Kundera juga memenuhi kisahnya dengan gelak tawa. Sebab gelak tawa adalah tanda bahwa masa depan manusia masih ada. Manusia kalah jika peradaban telah kehilangan rasa humornya. Milan Kundera mengemas ceritanya dengan komedi yang sarat dengan adegan persetubuhan.

 

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler