x

Kampus UII Yogjakarta. dok/wikimapia.org KOMUNIKA ONLINE

Iklan

Parliza Hendrawan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kekerasan di UII, Mantan Presma UNSRI Punya Cerita

DUGAAN kekerasan fisik yang dialami oleh tiga mahasiswa UUI mendapat tanggapan beragam. Ada yang menyalahkan pihak kampus karena minim pengawasan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

DUGAAN kekerasan fisik yang dialami oleh tiga mahasiswa UUI mendapat tanggapan beragam. Ada yang menyalahkan pihak kampus karena minim pengawasan terhadap prilaku mahasiswanya. Tentu akan banyak pula yang menilainya sebagai kecelakaan biasa. Bagi saya peristiwa tersebut harus dicermati secara mendalam baik bagi pihak kampus maupun pihak kepolisian yang saat ini mulai melakukan pendalaman persoalan. Harapannya kejadian serupa tidak akan terulang lagi di kampus manapun.

Febri Walanda, mantan presiden Mahasiswa Universitas Sriwijaya (Unsri) punya pandangan dan cerita  untuk mengingatkan kita semua akan pentingnya mengedepankan nilai-nilai profesionalisme dan nilai intelektualitas. Febri  saat ini masih tercatat sebagai mahasiswa di Fakultas Tehnik mengatakan ia memiliki pengalaman mengikuti pendidikan dasar (Diksar) pencinta alam di Kelompok Pencinta Alam (KPA) setahun yang lalu. 

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kita memang diajarkan untuk disiplin dan tahan banting baik secara mental maupun fisik," katanya. Menyangkut kekerasan yang melampaui batas seperti yang menimpa mahasiswa UII, ia mengaku belum pernah mengalaminya. Ativitas fisik yang ada dalam diksar hanya sebatas pengujian fisik seperti lari, push up, sit up, merayap, berendam di air sungai. 

 

Sementara dalam kategori uji mental peserta diksar biasanya mengalami bentakan, ocehan. Sejauh yang ia amati belum pernah terjadi kontak fisik yang diluar batas dalam proses diksar kepecinta alaman ini. Namun demikian setiap pihak tetap waspada agar kasus kejadian kekerasan selama diksar yang pernah terjadi di kampus lain tidak ikut menular di Unsri.

 

Sementara itu Irman, mahasiswa lainnya mengatakan kekerasan biasanya terjadi disaat dosen pendamping ataupun pelatih profesional sedang lengah. Kondisi tersebut biasanya berlangsung pada malam hari, yang dimanfaatkan oleh senior untuk melakukan balas dendam atas apa yang telah dirasakan dari yang paling senior lagi. Pada saat jam-jam genting itu, biasanya para senior tidak lagi memperhatikan rambu-rambu yang pernah disepakati dan biasanya ditandatangani sebelum berlangsungnya DIKSAR. (pharliza@gmail.com) 

Ikuti tulisan menarik Parliza Hendrawan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB