x

Petugas dari Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan berusaha memadamkan hutan yang terbakar di Bukit Sibuatan, Karo, Sumatra Utara, 1 Oktober 2016. TEMPO/Aditia Noviansyah

Iklan

Teuku Rahmad Danil

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Peduli Lingkungan dengan Paperless

Go Green dan Peduli Lingkungan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Oleh Teuku Rahmad Danil Cotseurani

 

Akhir-akhir ini sering mendengar kata Paperless. Sebenarnya apa itu Paperless?

Paperless adalah suatu usaha mengurangi pemakaian kertas, namun bukan meniadakan pemakaian kertas sama sekali. Karena kita hampir ngga mungkin (atau masih belum?) hidup tanpa ketas dalam kegiatan sehari-hari

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) beberapa tahun ini gencar disuarakan oleh para aktivis pecinta lingkungan. Reduce yang artinya mengurangi penggunaan, Reuse yang artinya untuk menggunakan kembali, dan Recycle yang artinya untuk mengolah kembali. Paperless merupakan bagian dari wujud Reduce. Memang, kertas sudah menjadi kebutuhan pokok sehari-hari. Penggunaan kertas makin meningkat di mana-mana. Dapat kita bayangkan, sebuah kantor, kampus, sekolah merupakan tempat-tempat yang di dalamnya menggunakan ribuan bahkan jutaan kertas. Kertas-kertas tersebut dipakai mulai dari untuk coret-coretan, memo, notulensi, buku tulis, skripsi hingga dokumen laporan belum lagi di hotel dan rumahan seperti tissu dan serbet.

Kita semua tahu (atau pura-pura tidak tahu?) bahan baku kertas adalah kayu. Jadi, untuk menghasilkan kertas, pabrik kertas harus menebang pohon dengan jenis dan kualitas tertentu. Semakin banyak kebutuhan akan kertas artinya semakin banyak pohon yang akan ditebang. Kasus penebangan liar pada hutan yang berimplikasi pada degradasi hutan dan deforestsasi atau penurunan terhadap kuantitas pohon di hutan. Apabila semakin banyak hutan yang digunduli untuk ditebang, maka kerusakan lingkungan seperti ini akan berakibat pada perubahan iklim dan global warming. Misalnya efek rumah kaca, yang yang diakibatkan kurangnya penyerapan karbondioksida. Efek rumah kaca akan meningkatkan suhu bumi, lalu akan berakibat pada banyaknya gejala cuaca yang aneh seperti El Nino, La Nina, mencairnya es di kutub dan bencana alam lainnya.

 

Dapat kita dibayangkan seberapa luas hutan yang harus ditebang untuk menghasilkan kertas. Untuk ilustrasi (dari yang saya baca dari beberapa sumber), pembuatan satu rim kertas A4 bisa menghabiskan sebatang pohon berusia minimal 5 tahun. Untuk kertas berkualitas baik diperlukan campuran pohon berkayu keras dan lunak. Suatu lahan pepohonan kayu keras setinggi 4 kaki panjang 4 kaki dan lebar 8 kaki dapat menghasilkan 942.100 halaman buku atau setara dengan 4.384. 000 perangko atau setara dengan 2.700 eksemplar koran. Jika kita menghemat 1 ton kertas, berarti kita juga menghemat 12 batang pohon besar, 400 liter minyak, 4.100 Kwh listrik dan 31.780 liter air.

 

Nah, balik lagi tentang Paperless, saya pernah membaca di sebuah koran nasional bahwa di negara-negara maju seperti misalnya di Amerika, Kanada, serta Negara Eropa lainnya, masyarakat disana mulai meninggalkan kebiasaan membaca Koran ‘konvensional’ (baca:Koran cetak). Di Negara-negara tersebut kini lebih populer koran online, yang mengakibatkan banyaknya perusahaan koran cetak di sana yang bangkrut ataupun berkurang jauh pendapatannya. Masyarakat kini lebih sering membaca berita online, karena lebih real time.

 

Di Indonesia sendiri, beberapa media massa terkenal mulai menyediakan Koran Digital atau e-paper yang isinya sama persis dengan versi cetaknya. Misalnya Kompas, Republika, Tempo, dll. Ada yang berbayar, adapula yang masih menggratiskannya.

 

Manfaat paperless

Paperless memiliki manfaat bukan hanya untuk lingkungan, namun juga untuk kita sendiri. Untuk lingkungan, untuk menjaga kelestarian hutan, menjaga flora dan fauna yang ada di hutan agar tidak punah, mencegah terjadinya degradasi hutan dan deforestasi hutan, mencegah global warming, mengimbangi jumlah karbon yang ada di bumi. Sedangkan manfaat bagi manusia yakni efisiensi terhadap biaya produksi, berkurangnya polusi udara dan lain-lain.

 

Dewasa ini, munculnya gadget-gadget baru berteknologi canggih di pasaran juga berperan penting dalam upaya Paperless ini loh. Gadget-gadget seperti tablet computer, PDF Reader memunculkan minat masyarakat untuk ‘meninggalkan’ kertas. Lebih mudah dibaca sambil bersantai atau berbaring dan ringan untuk dibawa, daripada kemana-mana bawa buku tebal dan Berat!

 

Nah, apa aja sih yang upaya-upaya kita dalam tren Paperless ini? bagi mahasiswa, seringkali mencatat materi perkuliahan dengan mengetiknya di laptop atau smartphone. Hari gini masih mencatat di kertas?! Peran kampus dan dosen juga penting sekali. Mahasiwa sangat salut dengan dosen di kampus yang menyuruh mahasiswanya mengumpulkan tugas makalah/laporan dalam bentuk softcopy atau e-mail. Tindakan ‘kecil’ seperti sangat menghemat kertas. Umumnya dalam satu makalah dengan syarat minimal 20 halaman. Itu baru dengan mahasiswa, coba dikalikan jumlah mahasiswa diseluruh Indonesia. Belum lagi di dunia kerja dan admnistrasi pemerintahan dan swasta.

 

Hemat kertas

Mewujudkan era Paperless memang tak mudah. Diperlukan sosialisasi dan beberapa tantangan. Tidak mudah untuk mengubah perilaku manusia, akan tetapi jika memang ada keinginan, kecintaan kepada lingkungan, ada kepedulian untuk generasi mendatang.

 

Di pasaran dapat dijumpai kertas daur ulang akan tetapi harga jauh lebih mahal daripada kertas non daur ulang. Sebenarnya kertas daur ulang biayanya tidak besar jika diproduksi dalam jumlah besar. Permasalahannya ketersediaan kertas yang mau didaur ulang itu yang sulit diperoleh dalam jumlah besar. Kenapa? Balik lagi ke perilaku kita yang belum mau mengumpulkan kertas bekas. Jumlah tempat sampah khusus berbahan kertas juga masih jarang.

 

Tantangan lain, seperti yang sudah saya utarakan sebelumnya tentang pemanfaatan email dan aplikasi, belum banyak dosen yang memanfaatkannya. Banyak dosen yang tidak menerima laporan atau makalah melalui e-mail, atau tidak menyediakan materi perkuliahan dalam bentuk softcopy. Mengubah perilaku memang sulit, akan tetapi bila ada kemauan yang kuat pasti bisa.

 

            Kita perlu meniru hal-hal kecil di Negara-negara maju, seperti dikuranginya penggunaan karcis parkir, tiket pesawat/kereta/moda transportasi lain dalam bentuk kertas dengan menggantinya dalam bentuk kartu. Saya juga berharap kegiatan surat menyurat di instansi pemerintah dan perkantoran dapat diganti dengan surat elektronik (surel/email). Selain menghemat kertas, juga lebih cepat dalam pengirimannya.

 

Peran peneliti juga diperlukan dalam mewujudkan era paperless ini. Dibutuhkan riset misalnya untuk bahan baku pengganti dalam memproduksi kertas. Misalnya memanfaatkan tanaman lain, tanpa harus menebang pohon di hutan. kita berharap semakin banyak muncul Koran dalam bentuk digital, buku-buku pengetahuan dalam bentuk e-book, modul, jurnal, novel dan lain sebagainya.

 

Memang sangat dibutuhkan sosialisasi terus menerus untuk menerapkan kebijakan paperless ini sehingga menjadi suatu budaya baru untuk menjaga kondisi lingkungan sekarang ini. Kebijakan penerapan paperless ini seharusnya juga didukung oleh pemerintah, misalnya membuat suatu regulasi. Sekecil apa pun upaya yang kita lakukan untuk mengurangi penggunaan kertas, akan sangat membantu kondisi lingkungan kita. Ajak teman-teman, dan saudara kita untuk membudayakan Paperless ini. Demi bumi kita, demi lingkungan kita. Go Green! Yuk, cintai lingkungan dan selamatkan bumi. Nah!

 

*)  Penulis adalah

Bagian Akuntansi, Audit dan Pelaporan

/Penata Laporan Keuangan

PDAM Tirta Krueng Meureudu

Pidie Jaya - Aceh - Indonesia 24186

 

Ikuti tulisan menarik Teuku Rahmad Danil lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB