x

Raja Salman bin Abdulaziz (kedua kanan), mengunjungi lokasi jatuhnya crane di Masjidil Haram, Mekah, Arab Saudi, 12 September 2015. Kecelakaan ini terjadi pada Jumat sore, 11 September 2015 waktu setempat. REUTERS/Bandar al-Jaloud/Saudi Royal Court

Iklan

surya ferdan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menaruh Harap pada Raja Kaya

Perbandingan pemberitaan 2 media online terhadap kunjungan Raja Salman

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Menarik menyimak pola pemberitaan dua laman online kompas.com dan republika.co.id berkenaan dengan kunjungan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud dari Arab Saudi ke Indonesia. Dua media tersebut mewakili dua titik berbeda dalam ke-khas-an pola dan manajemen pemberitaan. Kompas sering disebut sebagai media yang mewakili perhatian kelompok katolik, sedangkan Republika mewakili perhatian kelompok muslim. Kedua media ini pun sering kali memberi sorotan dalam cara pandang yang berbeda terhadap suatu peristiwa misalnya tentang terorisme.

  

Kunjungan Raja Kaya

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kedua media pada awalnya menaruh perhatian besar terhadap besarnya jumlah rombongan yang mengiringi Raja Salman, 1500 orang. Maka pemberitaanpun menyajikan soal jumlah pesawat beserta fasilitas lainnya, jumlah kendaraan darat, bahkan hingga fasilitas yang mempermudah mobilitas Raja Salman dalam kunjungannya ke Indonesia. “360 Mobil Mewah Disiapkan Jemput Rombongan Raja Salman” dan ” “Ini Rangkaian Rombongan Pesawat Raja Salman yang Mendarat di Halim” menjadi judul berita di Republika.co.id. Kompas.com bahkan menurunkan jauh lebih banyak berita detail tentang fasilitas mewah Raja Salman. Mulai dari jumlah dan jenis pesawat, makanan, fasilitas pendukung, hingga tangga khusus pun menjadi berita di Kompas.com yang tersebar mulai dari kolom nasional, hingga bisnis keuangan.

Cukup detail Kompas menggambarkan kemewahan yang mengiringi kunjungan Raja Salman ke Indonesia. Hal ini sedikit berbeda dengan Republika yang lebih banyak memberitakan sambutan masyarakat dari berbagai kalangan terhadap kunjungan Sang Raja dua Kota Suci umat Muslim. Walaupun Republika juga menurunkan sejumlah berita tentang fasilitas mewah dalam kunjungan ini.  

Kedua media atau setidaknya referensi penulis berita di kedua media ini sama-sama memandang pentingnya menggambarkan kekayaan Raja Arab Saudi yang berkunjung ke Indonesia. Raja Salman memang orang kaya, liputan6.com mengutip Gazettereview.com, Sabtu (25/2/2017), mengatakan Raja Arab Saudi ini ditaksir memiliki kekayaan US$ 18 miliar atau setara Rp 240 triliun (Kurs 1 US$ = Rp 13.333). Kekayaannya bersumber dari berbagai hal seperti warisan hingga investasi di beberapa perusahaan properti dan minyak.

Walaupun dianggap penting oleh kedua media tersebut, sejumlah kalangan mengatakan kekayaan Raja Arab ini cukup menjadi paradox disaat terjadinya penurunan ekonomi dan defisit anggaran. Arab Saudi dengan sektor minyak yang menjadi andalannya pun sedang mengalami penurunan. Akibat penurunan ekonomi inilah Arab Saudi akhirnya memberlakukan Pajak, memotong anggaran dan meminjam istilah keras penolak utang, “menjual” kekayaan negerinya melalui skema investasi-utang. Sebagaimana diketahui, Arab Saudi mengajukan menerima pinjaman $17,5 Milyar USD sedang mengajukan pinjaman tidak kurang dari 10 Milyar USD dari Bank Internasional.

Membangun kerangka berita “Raja Arab Kaya” kompak dilakukan kompas.com dan republika.co.id dilakukan untuk masuk pada narasi “investasi” yang akan dilakukan Arab Saudi di Indonesia.

 

Harapan Pariwisata dan Investasi Energi

Sejalan dengan narasi kekayaan raja Arab Saudi, narasi pemberitaan kedua media dilanjutkan dengan narasi berkaitan dengan harapan-harapan Indonesia dari kunjungan pemimpin tertinggi Kerajaan Arab Saudi ini. Republika.co.id lebih banyak menyoroti sektor pariwisata yang menjadi harapan untuk berkembang dari hasil kunjungan sang raja. Sedangkan Kompas.com lebih banyak menyoroti sektor investasi energi dan keuangan.

Dengan framing bahwa Indonesia adalah negara dunia ketiga yang membutuhkan bantuan luar negeri untuk membangun dirinya, harapan yang disampaikan kedua media tersebut ditampilkan sedemikian rupa bahwa Indonesia akan diuntungkan dengan datangnya Raja Salman.

“Gairah Kunjungan Wisata Timur Tengah” menjadi narasi panjang pemberitaan republika. Judul berita “Kunjungan Raja Salman Dongkrak Jumlah Wisman Timteng di Bali,” “Kunjungan Raja Salman Diyakini Bakal Berimbas pada Pariwisata Indonesia,” “Kehadiran Raja Salman Dorong Wisman Timur Tengah Datang ke Indonesia,” dan “Kunjungan Raja Salman Dapat Tingkatkan Wisatawan Timteng” merupakan narasi pentingnya pertumbuhan sektor pariwisata yang diharapkan dari kunjungan Raja Salman menurut Republika.co.id.

Sedangkan Kompas.com membangun narasi harapan di sektor energi melalui judul berita seperti “Kedatangan Raja Salman Momentum Tingkatkan Investasi di Bidang Energi,” “Indonesia Akan Manfaatkan Kunjungan Raja Salman untuk Tarik Investasi,” dan “Arab Saudi Susul Produsen Minyak Lain Bidik Investasi ke Indonesia, Terlambatkah?”

Disamping investasi, pariwisata dan energi, kedua media nampak kompak untuk mendesak pemerintah Republik Indonesia untuk membicarakan soal ganti rugi kompensasi kasus crane beberapa tahun 2015 lalu. Keduanya juga kompak juga dalam membangun narasi pentingnya Indonesia menegosiasikan kenaikan kuota haji dari Indonesia.

Kedua media menggunakan istilah yang sama “investasi” dalam kaitannya dengan harapan adanya modal yang dibawa oleh Raja Salman dan rombongannya. Dalam pandangan demikian maka modal yang diharapkan akan ditanamkan di Indonesia merupakan modal yang juga termasuk untuk membiayai resiko bisnis yang dijalankan. Artinya, tidak ada keharusan untuk mengembalikan modal tersebut apabila di kemudian hari ternyata bisnis tidak berjalan dengan semestinya.

Harapan-harapan soal kerja sama dalam bidang pendidikan, kebudayaan dan sebagainya juga dinarasikan oleh kedua media. Keduanya pun membangun narasi positif terhadap rencana kerja sama bidang pendidikan dan kebudayaan Indonesia-Arab. “Islam Garis Keras” dan narasi negatif lainnya hilang dari narasi harapan kerja sama di kedua bidang tersebut.

 

Cara Pandang Negeri Dunia Ketiga

Narasi pemberitaan yang dimulai dengan gambaran betapa kuatnya negara lain seperti Arab Saudi menjadi ciri khas negara yang merasa dirinya lemah dan memerlukan bantuan negara lain. Walaupun bantuan yang diterimanya berbentuk utang yang harus dikembalikan dan pada prakteknya pun akan menjadi beban tersendiri bagi anggaran negara. Begitu pula dengan narasi harapan-harapan besar akan adanya modal yang mengalir dari kunjungan pemimpin negara besar ke Indonesia. Ujaran Presiden RI, Joko Widodo, “Utang itu tidak apa-apa asal dipakai untuk produktivitas, untuk hal-hal yang produktif,” (http://bit.ly/2mcG8wJ) nampaknya menjadi arah kebijakan hutang Indonesia.

Dari pemberitaan yang dilakukan oleh kedua media tersebut, sangat terasa inferioritas Indonesia dihadapan negara-negara besar seperti Arab Saudi. Indonesia seolah dibuat takjub dengan kekayaan negara lain. Kita dibuat terkesima dengan kuasa negeri lain sampai harus menyiapkan sedemikian rupa kunjungan pemimpin negara lain, sedangkan kunjungan pemimpin negeri sendiri sangat jarang diberitakan soal persiapan yang begitu hebat dari negara yang dikunjunginya.

Narasi perang di Yaman dan Suriah yang oleh sebagian kalangan dikaitkan dengan Arab Saudi sebagai kritikpun tidak mendapat porsi yang sama besar ketimbang harapan-harapan khas negara dunia ketiga. Parade pemberitaan yang memuja-muji negara besar sepertinya menjadi keharusan agar para penguasa negeri itu mau “membantu” Indonesia. Bukan hanya terhadap kunjungan Raja dan Rombongan dari Arab Saudi. Kita juga pernah menyambut dengan cara yang sama terhadap kedatangan Presiden Amerika.

Sebagai sahabat, wajar jika kita menyambut kedatangan sahabat dengan persiapan yang baik. Namun, sahabat tidak makan sahabat, kalau merujuk ujaran generasi muda kita.

Ikuti tulisan menarik surya ferdan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB