Palembang---Pempek sudah begitu dikenal oleh sebagian besar masyarakat. Penganan khas dari kota Palembang, Sumatera Selatan ini umumnya dibuat dari campuran adonan tepung kanji, ikan gabus serta tenggiri giling dan penyedap rasa. Menikmatinya akan makin mantap, bila disantap menggunakan kuah pedas berupa campuran gula aren, cabai rawit dan rempah lainnya yang dikenal sebagai cuko. Menemukan jajanan ini tidak sulit karena Pempek di jajakan mulai dari gerobak kaki lima hingga toko yang buka di mall dan hotel berbintang. Harganya juga bermacam-macam tergantung mutu dan rasa yang ditawarkan.
Untuk menikmati Pempek dengan nuansa berbeda, ada baiknya penikmat kuliner mencoba mencicipi makanan yang beragam varian itu di atas perahu yang disulap menjadi warung terapung disepanjang pelataran Benteng Kuto Besak (BKB), sebuah tempat wisata pinggir sungai musi yang berada tidak jauh dari Jembatan Ampera. Disana pengunjung akan menikmati sensasi menyeruput cuko pedas sembari bergoyang seirama dengan riak sungai yang membelah Palembang bagian ulu dan ilir. Tidak hanya Pempek, kini sudah hadir pula warung nasi Pidang ditempat yang sama.
Pagi hari merupakan waktu yang pas untuk sarapan bersama keluarga ataupun kolega. Demikian juga dengan malam hari, pengunjung juga tetap meramaikan warung terapung tersebut bersama teman gaul. Irman, salah seorang penjual mengatakan ia menjajakan dagangannya dengan harga yang jauh lebih murah dibanding dengan toko makanan khas Palembang dikawasan jalan kapten Arivai, Merdeka, Dempo maupun di sekitar jalan Letkol Iskandar. Sebiji pempek ikan, dos, isi maupun risoles ia jual dengan harga Rp 1000-Rp 2000. Sementara di toko-toko tertentu harganya bisa tiga kali lipat lebih mahal bahkan lebih.
Irman tidak sekedar menjual makanan tersebut. Ia juga menyajikan minuman hangat seperti kopi dan teh, minuman dingin seperti soda gembira, es jeruk dan aneka jus buah. Harganya ia jamin sangat terjangkau dan tidak membuat pusing pelanggannya. Sudah beberapa bulan ini, Irman bersama keluarganya mencari nafkah bersama perahu kayunya yang seukurran speed boat berkekuatan 200PK itu. Kedepan ia berharap mendapatkan pembinaan dari pihak swasta dan pemerintah agar jualannya semakin banyak macamnya dan perahunya semakin eyecatching. “Siang memang agak sepi karena cuaca yang panas,” katanya, Sabtu, 11 Maret 2017.
Sementara itu Yudaz, pengunjung asal kota Bogor, Jawa Barat ini mengaku telah mendapatkan kabar keberadaan warung terapung tersebut dari saudaranya yang sempat berlibur ke Palembang pada akhir tahun lalu. Karena penasaran dan adannya jaminan mutu dari kakaknya itu, ia pun bersama teman kantornya langsung memilih untuk bersantap di warung terapung dipinggiran Musi. Pempek ikan dan pempek isi papaya muda merupakan pilihan utamanya. Sementara karena masih pagi dan udara masih sejuk dan sedikit dingin, ia memilih menyerumput segelas kecil kopi susu seharga Rp 3000. “Siang ini juga kami akan balik kesini buat santap pindang patin,” katanya sembari menunjuk warung nasi yang ada disebelahnya. (pharliza@gmail.com)
Ikuti tulisan menarik Parliza Hendrawan lainnya di sini.