Eat Travel Write, Mengenyangkan dan Menyenangkan
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBEat Travel Write (ETW) Selangor International Culinary Adventure 4.0. ETW merupakan kegiatan promosi wisata Selangor
Eat Travel Write (ETW) Selangor International Culinary Adventure 4.0. ETW merupakan kegiatan promosi wisata Selangor yang dikemas oleh Selangor State Economic Planning Unit (UPEN Selangor) bekerja sama dengan Kementerian Pelancongan dan Kebudayaan Malaysia, Tourism Malaysia, dan Gaya Travel Magazine.
18 Agustus 2016 tepat sehari seusai perayaan kemerdekaan Republik Indonesia ke 71 saya sudah kembali terdampar di Selangor, Malaysia. Ini kali kedua saya mengikuti event Eat Travel Write 4.0. Sebelumnya, di bulan April 2016 saya pun pernah mengikutinya. Serangkaian kegiatan dari tanggal 18 sampai tanggal 21 Agustus 2016 sudah dikirim panitia jauh-jauh hari. Saya sudah mulai hapal ritme perjalanan bersama dengan Gaya Travel. Bukan hanya ETW, tapi juga beberapa acara lainnya. Beruntung rasanya bisa berkali-kali mengikuti acara Gaya Travel.
Tercantum di jadwal, pagi hari setelah berkumpul di Matic Ampang kami akan menuju pabrik teh BOH di kampung Sri Cheeding. Dilanjut berkunjung ke Jugra dengan mendatangi beberapa tempat wisata seperti berkunjung ke makam Sultan Abdul Samad, ke Anjung Tinjau Jugra Hill, museum, Istana Bandar untuk makan siang, mengunjungi salah satu pabrik keripik dan berakhir dengan chek in di Morib Hotel.
Pabrik teh BOH
Tak meleset jauh dari jadwal yang sudah ditentukan oleh panitia, lewat sedikit dari jam 10.00 kami sudah tiba di kilang (pabrik) teh BOH. Sebelum memasuki pabrik, kami diminta mengenakan tutup kepala sebagai standar pabrik. Tan Chong Wee, manager pengepakan Tea Plantations Sdn Bhd menjelaskan berbagai macam jenis teh BOH. Bagi penggemar teh tarik di Malaysia, tentunya tak asing dengan serbuk teh yang digunakan. Karena acap di kedai-kedai mamak pinggir jalan yang digunakan adalah teh BOH. Pun ketika dulu saya masih bekerja di Malaysia, di rumah majikan saya selalu menggunakan serbuk teh BOH saat hendak membuat teh tarik.
Tetap mengikuti standar pabrik, mengenakan tutup kepala
Serius mendengarkan Tan Chong Wee
Menurut Tan Chong Wee, 10% teh yang mereka produksi diekspor ke Arab, Brunei, Denmark, Jepang, Jerman, Taiwan, Singapura dan Thailand sedang untuk Amerika, teh BOH dipasarkan secara online. Kami diajak melihat satu demi satu proses pengepakan teh BOH. Juga diperlihatkan perbedaan-perbedaan teh BOH serbuk baik yang celup mau pun yang serbuk dalam kemasan. Puas mengelilingi dan melihat proses pengepakan teh, kami beranjak meninggalkan ruangan. Di depan pabrik, beberapa sajian sudah terhidang. Berderet-deret jenis minuman dari teh boh sudah tersedia. Tak hanya itu, pau cendawan pun ada serta. Inilah yang paling berat buat saya. Selama mengikuti ETW, akan dihidangkan berbagai macam makanan yang terkadang perut saya sudah tak sanggup lagi untuk menyantapnya.
Menikmati minuman BOH
Pau cendawan isi ayam
Kebun teh Sri Cheeding dibuka pada tahun 1927 dengan luas 210 hektar. Kebun ini sepenuhnya dikelola oleh BOH Plantations.
Dari pabrik teh BOH, bus bergerak menuju makam Almarhum Sultan Abdul Samad. Sepertinya, untuk ini saya akan tulis dalam catatan lain ^_^ karena menarik dari sisi sejarahnya.
Tulisan mengenai ini menyusul di blog lainnya
Dari makam Almarhum Sultan Abdul Samad, bus langsung bergerak menuju Tinjau Jugra Hills. Anjung Tinjau Jugra Hill ini merupakan dataran tinggi. Di sini biasanya digunakan untuk paragliding. Dari atas ketinggian ini, kami dapat melihat Selat Malaka dan Pulau Carey. Aliran sungai Langat juga bisa kita nikmati dari ketinggian ini. Sungai yang mengalir jauh sampai ke Selat Malaka. Teduh dan tenang begitu terasa di sini. Bahayanya, ketika ditambah angin sepoi, karena kantuk akan segera bertandang :D.
Anjung Tinjau Jugra
Lelah berkeliling, waktu makan siang pun segera tiba. Bus berjalan merayap menuju istana bandar. Di sini kami dihidangkan makan siang khas ala melayu. Meski udara panas menguar, kami menikmati makan siang dengan lahapnya. Setelah itu, baru berkeliling di Istana Aleddin. Kusam dan tak terawat sangat terlihat di Istana Aleddin yang dibangun pada tahun 1905 ini.
Dari Istana Aleddin, bus kembali membawa kami bergerak menuju Kampung Sungai Lang, melihat salah satu pabrik Ros Krepek yang dikenali di wilayah tersebut. Barulah petangnya kami beranjak menuju Morib Hotel untuk Chek in. Setelah chek in, kami diberi waktu istirahat sampai maghrib. Setelah itu, kami kembali berkumpul di lobi hotel untuk mencari makan malam.
Salah satu sudut istana Aleddin
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Berbagai Layanan dari KRL dalam Rangka Kemerdekaan
Jumat, 23 Agustus 2019 09:27 WIBPentingnya Masyarakat dalam Tanggap Bencana
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler