x

Ilustrasi keluarga/istri-suami-anak di atas kasur. shutterstock.com

Iklan

Akal Sehat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Penguatan Institusi Keluarga dalam Perspektif Islam

Semakin banyak kaum ibu yang bekerja semakin rentan persoalan keluarga mencuat

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ayah dan ibu memiliki hak untuk memperoleh bakti (perhatian) dari anaknya. Hanya saja ibu memiliki bagian dan porsi yang lebih besar. Karena Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda ketika ditanya oleh seorang sahabatnya:

“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk kupergauli dengan baik?” Beliau berkata, ‘Ibumu’. Laki-laki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa?”, tanya laki-laki itu. ‘Ibumu’, jawab beliau, Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ “Kemudian siapa?” tanyanya lagi. Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Kemudian ayahmu” (HR. Al-Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kemudian ibu menyertai ayah dalam memberikan tarbiyah & ta’dib (pendidikan kepada anak). Isyarat akan hal ini terdapat dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (untuk berbakti kepada) kedua orangtuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun maka bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orangtuamu dan hanya kepada-Kulah kembalimu.“ (QS Luqman: 14)

Akses kaum perempuan ikut serta dalam mengisi kemerdekaan memang sudah cukup terbuka luas di negeri ini. Ada akses namun tentu muncul ekses, sesuatu yang kasualistis dan kenisayaan. Bahkan kini terbukti “emansipasi” perempuan di bidang korupsi menyeruak. Betapa kasus korupsi yang mengemuka belakangan ini melibatkan dan terkait sepak terjang sejumlah perempuan dari perluasan perannya itu.

Fenomena Emanisipasi di Indonesia

Keadilan dan Kesetaraan Gender (KKG) telah membawa kaum Hawa tidak hanya berperan sebagai ibu rumah tangga tetapi mampu juga berkiprah di dunia bisnis, pemerintahan, kepolisian bahkan merambah ke sejumlah sektor lain yang sebelumnya dikerjakan oleh kaum Adam saja. Penyataraan gender dan emansipasi acapkali didengang dengungkan tidak hanya oleh kaum pria tapi juga oleh kaum perempuan itu sendiri. “Kampanye” tentang KKG merebak di negeri ini hingga berhasil menempatkan peran perempuan di segala sektor serta singgasana kekuasaan baik swasta maupun pemerintahan. Alhasil, kita saksikan tidak hanya ayah yang bekerja namun sang ibu pun ikut menambah “isi dapur dan perabotan” rumah tangga keluarga. Alasan ibu bekerja tidak melulu karena persoalan ekonomi. Senyatanya, banyak istri (ibu) yang juga bekerja walau sang suami (ayah) memperoleh posisi/jabatan tinggi ditempat kerja dan secara finansial mampu memberikan nafkah layak bagi keluarga.

Ungkapan umum yang sering kita dengar adalah di balik keberhasilan seorang suami (ayah) terdapat sosok istri (perempuan) yang luar biasa. Ungkapan lain yang sering kita dengar adalah wanita fondasi kehidupan suatu negara jika kaum wanitanya berperilaku buruk maka niscaya negaranya pun berperilaku buruk. Pandangan seperti ini menempatkan bahwa perempuan merupakan figur sentral yang secara kodrati memenuhi sifat-sifat yang diejawantahkan dalam bentuk kasih sayang. Jadi, peran ibu dalam membina keluarga sangat penting dan selalu kita dambakan terlebih lagi dalam kaitan pembentukan karakter anak bangsa yang diinginkan. Kegiatan ini dapat dimulai dari institusi keluarga sebagai wadah pendidikan pertama dan utama dalam konteks peradaban dalam pendidikan anak.

Pemaknaan Ulang KKG

Ironisnya, di Indonesia perjuangan menerapkan Keadilan dan Kesetaraan Gender (KKG) bagi kaum perempuan disamping membuahkan hasil positif mengakibatkan juga hal negatif diantaranya perempuan kini berada dalam pusaran korupsi, sebagai ekses dari perluasan aktivitasnya yang tidak hanya berperan sebagai ibu. Tidak kurang banyaknya wanita di Indonesia baik sebagai pengusaha, pejabat atau anggota DPR yang tengah menjadi sorotan hukum dan publik terkait perilaku korupsi.

“Campur tangan” dan perluasan kegiatan kaum Ibu di kancah bisnis dan pemerintahan juga berdampak pada efektivitas interaksi antar anggota keluarga. Kehadiran sosok ibu di tengah-tengah keluarga yang memiliki sifat kasih sayang dan kelembutan tersendiri itu sebenarnya amat diperlukan bagi suami (ayah) dan putra-putrinya. Namun seiring dengan kegiatan sang istri (ibu) diluar rumah kesempatan ibu untuk memperkuat institusi keluarga menjadi terbatas karena frekuensi pertemuan antar anggota keluarga berkurang,efektivitas pembinaan keluarga pun terganggu. Padahal kehadiran sosok ibu ditengah keluarga secara psikologis amat penting.

Semakin banyak kaum ibu yang bekerja semakin rentan persoalan keluarga mencuat. Sejumlah temuan sosial yang juga acapkali diungkap media massa menemukan bahwa ketidakberadaan sosok ibu yang menyejukkan di saat diperlukan anggota keluarga membuat perilaku anak-anak menjadi kurang terarah. Pola pembinaan keluarga di rumah yang kurang efektif akan berkorelasi signifikan terhadap perilaku menyimpang anak, alhasil perilaku negatif muncul dan masuk dalam kategori anak bermasalah.

Apabila perilaku negatif para pelajar seperti tawuran, kriminalitas, dan berbagai wujud kekerasan (tabiat buruk) lainnya cenderung meningkat, maka kualitas interaksi orang tua terutama antara ibu dan anak dirumah patut dipertanyakan. Pada bagian lain, pendidikan di sekolah tampak masih terpaku pada bagaimana meluluskan anak didik sebanyak-banyaknya. Sementara materi pelajaran diarahkan untuk keberhasilan mengerjakan ujian nasional (UN) bersifat tes tulis. Kualitas karakter anak (siswa) sulit diukur dari keberhasilan lulus UN, karena pembentukan karakter harus dengan praktek dan contoh, sementara di negeri ini miskin keteladanan dan menjadi “barang” langka.

Dari paparan diatas maka pembentukan karakter itu sendiri sebaiknya dimulai dari institusi keluarga. Kehidupan dan aktivitas anak sebenarnya lebih banyak dengan masyarakat/keluarga dari pada sekolah. Dari 24 jam sehari sekitar 75% anak kita berada ditengah-tengah keluarga (masyarakat), belum lagi ketika hari libur. Sehingga perhatian pada pembentukan karakter hendaknya lebih mengarah pada pendidikan di keluarga ketimbang sekolah. Efektivitas dan frekuensi keberadaan anak di keluarga tergantung bagaimana kualitas orang tua dalam mendidik serta memberikan contoh keteladanan.

Kebanyakan remaja belasan tahun pelaku kriminalitas berasal dari keluarga “kacau balau” atau rumah tangga yang tak terurus. Mereka adalah korban dari ketidakharmonisan dirumah tangga. Berbagai temuan sosial menunjukkan hal tersebut. Kecenderungan kriminalitas dan kekerasan yang meningkat sekarang ini disebabkan tidak adanya kasih sayang keluarga dari ayah dan (terlebih lagi) ibu.

Mencermati persoalan terkait dekadensi moral bangsa yang kian runyam ini kiranya pengertian KKG perlu dimaknai secara tepat agar tidak terjadi ekses yang tidak diharapkan. Keadilan dan kesetaraan bukanlah berarti memberikan sesuatu dengan bagian yang sama. Oleh karena itu Konsep KKG penting dipahami secara baik dan benar. Kampanye perempuan kembali ke keluarga harus dimaknai sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hubungan antara anak dan ibu yang pada gilirannya berguna bagi pembentukan karakter bangsa. Kecakapan ibu dan calon ibu dalam mewujudkan cara-cara mendidik anak yang efektif perlu dimiliki. Untuk itu, pemerintah perlu memfasilitasi dengan berbagai ide/program seperti pendidikan pra-nikah atau program parenting untuk orang tua yang tentunya berbasis nilai-nilai keagamaan.

Malang Maret 2017

Oleh: Aries Musnandar

Peneliti & Pengamat Pendidikan Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim – Malang

Penasehat Ikatan Alumni Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Jakarta

Penasehat CIES FEB UB (Universitas Brawijaya) Malang

 

Ikuti tulisan menarik Akal Sehat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB