x

Iklan

cheta nilawaty

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Agar Kualitas Hidup Tunanetra Terjaga ~ Cerita Cheta

Lembaga tersebut memiliki sepesifikasi layanan rehabilitasi yang dapat dipilih sesuai kebutuhan tunanetra.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Nina 24 tahun harus bersusah payah menempuh jarak dari Jakarta Utara ke Jakarta Selatan, demi  mengejar tingkat pendidikan yang tertinggal ketika mengalami visual impairment (kerusakan fungsi penglihatan). 

Bukan hanya Nina yang mengalami kesulitan dalam mengejar tingkat pendidikan yang setara. Ada pula Hermanto, 31 tahun, yang bernasib sama dengan Nina. Kini keduanya masih sibuk ujian akhir semester untuk program kejar Paket B - setara SMP, ketika individu lain seusia mereka sudah sibuk bekerja atau lulus kuliah.

Tunanetra dewasa atau Ketunanetraan yang tidak dialami dari lahir memiliki permasalahan yang spesifik dan berdampak besar bagi individu yang mengalaminya. Masalah yang paling nampak adalah individu tersebut harus menjalani kehidupan yang sama beserta permasalahannya dengan cara yang berbeda. Dampaknya mereka harus mencari solusi yang tidak lagi sama seperti saat melihat dulu.

Bila individu tersebut tidak terpapar informasi yang tepat, bukan tidak mungkin individu tersebut akan jalan di tempat. Terutama dalam menghadapi suatu permasalahan. Contoh yang paling sering muncul ke permukaan  adalah soal menempuh masa pendidikan yang setara. Awalnya mereka bisa menempuh masa pendidikan dengan normal ketika masih melihat. Tetapi ketika mengalami visual impairment  harus berhenti di tengah jalan.

"Saya terpaksa berhenti bersekolah ketika mengalami kebutaan di kelas 2 SMP," ujar Nina, ketika mengobrol selepas salat zuhur di Yayasan Mitra Netra, pekan lalu. Nina tidak bisa lagi mengikuti pelajaran karena tidak lagi dapat membaca tulisan di buku paket pelajaran. Padahal Nina bukan termasuk murid yang tertinggal atau tidak mampu dalam bidang akademik. Ia termasuk murid yang tekun belajar dan pintar.

Begitu pula yang dialami Hermanto, pria yang berasal dari sebuah kabupaten terpencil di Pontianak, Kalimantan Barat ini terpaksa berhenti sekolah. Karena di kampung halamannya pada waktu itu belum ada sekolah luar biasa, terutama yang mengajari keterampilan membaca huruf Braile. "Saya bingung harus ke mana dan akhirnya ada saudara yang bersimpati dan membawa saya ke Jakarta," ujar Hermanto.

Menurut Ketua Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni), Aria Indrawati, masalah tersebut tidak akan terjadi bila pihak pihak terdekat dari individu mampu memberikan akses dan informasi yang tepat. Pihak terdekat yang dimaksud adalah keluarga, masyarakat di sekitar lingkungan tempat tinggal individu, tenaga pengajar di lingkungan pendidikan di mana individu tersebut bersekolah, hingga tenaga kesehatan yang menangani penyakit ketika seorang individu mengalami visual impairment.

"Kalau dokter atau perawat yang menangani individu saat mengalami visual impairment langsung memberikan rekomendasi soal adanya lembaga yang bisa memberikan rehabilitasi, kejadian seperti yang dialami Nina tidak akan dialami lagi oleh orang lain," ujar Aria saat mengobrol di Yayasan Mitra Netra. Lembaga rehabilitasi yang dimaksudkan Aria adalah, lembaga yang dapat mmelatih kemampuan sehingga dapat mengembalikan kegiatan individu seperti sebelum mengalami visual impairment.

Artinya, bila individu secara medis dinyatakan fungsi organnya mengalami kerusakan permanen, sehingga tidak lagi berfungsi seperti semula. Maka individu tersebut harus segera dirujuk ke lembaga rehabilitasi. Dengan begitu, tidak ada waktu yang terbuang bagi individu karena ketidaktahuan. Ketentuan ini sebaiknya juga berlaku bagi penyandang disabilitas lain, tidak hanya tuna netra..

Di Jakarta ada beberapa lembaga rehabilitasi. Ada Mitra Netra, Leticia, Destarata, Ma'fufin dan Panti Sosial Bina Netra. Lembaga-lembaga tersebut memiliki sepesifikasi layanan rehabilitasi yang dapat dipilih sesuai kebutuhan tunanetra. Misalnya, Mitra Netra, selain memberikan layanan hard skill, lembaga tersebut juga memberikan layanan soft skill. Lembaga ini juga yang paling berkonsentrasi pada pendidikan Tunanetra. Jadi, bila di lingkungan sekitar pembaca ada yang mengalami ketunanetraan, segera informasikan lembaga lembaga tersebut, agar kualitas hidup seseorang tetap terjaga.

Ikuti tulisan menarik cheta nilawaty lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler