x

Peserta aksi Gema 212 membawa sejumlah poster dalam demo di depan kedutaan besar Rusia di Jl. Rasuna Said, Jakarta, 19 Desember 2016. TEMPO/Ilham Fikri

Iklan

Andi irawan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Agama dan Politik

Nuansa ibadah yang sangat kental sekalipun dapat dengan mudah dilatarbelakangi oleh interest bumi

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Aktivitas manusia sesungguhnya tidak lepas dari interest yang melandasinya. Tidak terkecuali interest dalam kehidupan ekonomi dan politik. Berbicara tentang interest sesungguhnya berbicara tentang niat dan motivasi. Kalau kita merujuk dari sudut pandang eskatologis maka interest yang benar dan tepat adalah karena dilatar-belakangi hal-hal seperti “untuk pengabdian kepada Pencipta”, “untuk mensejahterakan manusia dan alam seluruhnya” dan “untuk memakmurkan bumi”. Ketika aktivitas yang dilandaskan pada interest yang sedemikian maka aktivitas itu dilandasi oleh interest langit.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tetapi tentu saja interest yang seperti dikemukakan di atas bukan lah interest yang mainstream. Interest yang sedemikian hanya bisa tercapai melalui proses pencerahan yang berkelanjutan oleh manusia. Interest manusia yang mainstream dan mudah terjadi dalam diri manusia adalah interest bumi, contohnya ketika anda berbuat sesuatu karena motivasi harta, wanita, tatah, prestige, kemuliaan diri dan golongan, pujian dan yang lain sejenisnya.

Bahkan aktivitas yang nuansa eskatologis yang dominan sekalipun pun menjadi terdistorsi karena masuknya interest bumi ini. Orang yang sholat, haji, puasa dan lain-lain sangat bisa jadi berdasarkan interest bumi – yaitu dalam terminologi agama dikenal dengan riya ’ - dilatar-belakangi oleh interest bumi bukan interest langit. Semua aktivitas manusia yang indentik dengan nuansa ibadah yang sangat kental sekalipun dapat dengan mudah dilatarbelakangi oleh interest bumi apalagi ketika aktivitas itu adalah aktivitas muamalah seperti ekonomi dan politik.

Bagi kampium pemikir sosial , ekonomi dan politik di Barat tampaknya tidak terlalu percaya dengan keberadaan “ interest langit” ini. Bagi mereka interest manusia yang niscaya adalah interest bumi. Ambil contoh Adam Smith, ia mengatakan bahwa “bukan karena kebaikan tukang roti dan tukang daging kita bisa mendapatkan makanan yang enak tetapi tidak lain kita mendapatkan semua makanan yang enak itu karena para pedagang itu sedang memperjuangkan interest nya berupa keuntungan.

Kalau anda sempat membaca buku Gary S. Becker seorang pakar ekonomi kelembagaan peraih nobel ekonomi ( The Economic Approach to Human Behaviour Bab Law and Politics ), ia mengatakan bahwa para politisi yang berlomba-lomba dalam pemilu untuk menduduki jabatan-jabatan di legislatif dan eksekutif yang menawarkan beragam program yang menarik hati sesungguhnya mereka menawarkan itu semua bukan karena hatinya yang altruistik tetapi karena lebih karena mereka menginginkan jabatan-jabatan tersebut, mengapa? Karena jabatan-jabatan itu memberikan beragam insentif dan profit bagi mereka secara pribadi atau golongan.

Agama adalah sumber inspirasi interest langit. Tetapi celakalah ketika agama dijalankan dengan interest bumi, maka ia kehilangan élan-vitalnya yang mulia. Agama menjadi sekedar simbol bahkan menjadi justifikasi penzaliman sebagaimana yang terjadi dalam sejarah Eropa abad pertengahan. Agama menjustifikasi otoritarianisme, oligarkisme dan feodalisme. Momen yang sedemikian itulah yang menyebabkan Marx mengatakan “agama adalah opium”, candu yang bisa membunuh. Betapa tidak orang-orang kecil yang telah dieksploitasi kalangan pemilik modal yang berkolaborasi dengan kalangan oligarki, selanjutnya dinina - bobokan oleh para agamawan agar mereka pasrah-legowo dengan kondisi penzaliman yang berkelanjutan itu dengan janji ada kebaikan akherat dengan sikap yang sedemikian itu. Itulah yang menyebabkan agama bagi Marx tak lebih hanya alat bagi kalangan borjuis untuk menghilangkan semangat para pemilik kerja (buruh) untuk memperjuangkan hak-haknya yang dirampas oleh para kapitalis.

Mungkin karena trauma sejarah yang mendalam dari praktik pengalaman agama yang dijalankan dengan interest bumi, menyebabkan orang enggan membawa agama ke dalam aktivitas-aktivitas ekonomi, politik dan kehidupan manusia lainnya yang dikenal dengan paham sekularisme.

Ketika ada ajakan untuk memisahkan agama dan politik, saya ingin memandangnya bukan bermakna harfiyah sebagai memisahkan agama dari kehidupan politik tetapi lebih pada jangan sampai agama hanya sekedar menjadi simbol, nama dan asesoris saja dalam aktivitas politik kita sedangkan motivasi kehidupan politik kita tetap digerakkan oleh interest bumi- interest yang ditolak oleh agama. Agama adalah sumber mata air moralitas politik (interest langit) untuk menghadirkan politik yang rahmatan lil alamin.

Oleh: Andi Irawan

Universitas Bengkulu

Ikuti tulisan menarik Andi irawan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB