x

Iklan

Fatwa Azmi Asy-syahriza

Anak ingusan yang mengetik dengan jari kecilnya, memandang dengan dua bola mata indahnya, dan mempunyai hati sebagaimana hati manusia.
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ahok Diciptakan Untuk Menguji Umat Islam di Indonesia

Diantara banyaknya permasalahan dan kegaduhan akhir-akhir ini, ternyata kasus Ahok juga menyelipkan hikmah bagi Umat Islam di Indonesia

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

 

 

 Basuki Tjahaya Purnama

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

 

 

Assalamu’alaikum

Pagi ini, disaat matahari muncul dengan teriknya,aku sedang  asyik terburu-buru menyiapkan perlengkapan sekolahku. Semalam, aku masih terbangun sampai jam 2 pagi. Waktu tidurku memang sedang sedikit terganggu. Setelah perlengkapanku selesai, aku membuka hpku untuk sekedar melihat kabar dan pemberitahuan terbaru / ter-update pada hari ini. Dizaman seperti ini, memang menjadi hal lucu jika seseorang terlambat mengetahui informasi yang sedang dibicarakan.

Bagaimana tidak? Setiap menit, bahkan setiap detik, kabar terbaru muncul dan hinggap dengan cepat. Tak perlu lagi datang ke lokasi kejadian atau menunggu lama. Cukup membuka beranda facebook / twitter kemudian membuka tautan yang mengarahkan ke berita lebih detail dan jelas. Informasi yang bersifat real akan tercampur informasi yang bersifat hoax jika seorang netizen kurang pandai dalam mengolah pemikiran dan kepercayaan.

Portal berita mainstream hingga antimainstream menjadi bahan panutan. Terkadang, tak peduli lagi apakah portal berita tersebut dapat dipercaya atau tidak. Apalagi ditambah hadirnya whatsapp yang menjadi sarana berbagi antara satu orang ke orang lain juga satu grup ke grup lain.

Hari ini seluruh portal berita di Indonesia bahkan di luar negeri sibuk membahas tentang vonis pada sidang penistaan agama oleh terdakwa Basuki Tjahaya Purnama. Persidangan ini memang menjadi bahasan utama pada 1 tahun terakhir ini. Bagai menjadi kisah serial ‘Tukang Bubur Naik Haji’ yang bertahan sangat lama dan tak lekang oleh waktu. Bahkan kisah persidangan ini akan berpotensi berlanjut dalam jangka panjang atau mungkin tak berakhir.

Perjalan berliku ini banyak menggambarkan emosi dan panasnya persaingin antar 2 kubu. Pro ahok atau Kontra Ahok. Begitu orang menyebutnya. Apalagi, persidangan ini dibumbui oleh politik yang tambah menghangatkan gonjang-ganjingnya. Pertaruhan politik dianggap memicu adanya persaingan ini. Namun, anggapan itu dibantah karena persidangan ini murni atas nama agama dan demi terciptanya kedamaian di Indonesia.

Sebelumnya, a man called Ahok ini dianggap menjadi malaikat oleh para pendukungnya. Ahok dipercaya menjadi penyelamat bagi kaum miskin di Jakarta yang hidup dengan penuh harapan. Ahok naik jabatan menjadi orang nomor 1 di Jakarta setelah ‘melenggangnya’ Joko Widodo yang disodorkan untuk menjadi RI 1. Prediksi mayoritas masyarakat Jakarta memang benar. Setelah ‘melenggangnya’ Joko Widodo ke singgasana impiannya, Ahok juga naik ke jabatan gubernur di Ibukota negara ini. Iya, seperti mendapat durian runtuh.

Di kubu kontra Ahok, terdapat barisan kaum muslimin yang dipimpin oleh ulama. Ulama yang dianggap berada pada jalan lurus. Menurut mereka, masih ada juga ulama yang tidak sependapat atau bahkan dainggap menyimpang dari ajaran islam yang sebenarnya. Aku tak mau menanggapi hal itu. Menurutku, kalau ada seseorang yang mengaku dirinya berilmu, namun tidak sesuai dengan ajaran islam, iya itu bukan ulama.

Akhir-akhir ini, nama Habib Rizieq Shihab banyak tertulis di media. Nama beliau banyak mendapat perhatian dan menjadi nama yang sangat berkontribusi dalam perjuangan agama islam pada saat ini.  Beliau didaulat menjadi imam oleh masyarakat islam di Indonesia. Sebenarnya, nama beliau dan organisasi masyarakat dibawah pimpinan beliau yakni ‘Front Pembela Islam’ atau ‘FPI’ sudah banyak berkelana di bumi Indonesia. Organisasi tersebut sudah melintang jauh untuk memberantas kemaksiatan dan membantu korban bencana alam. Tetapi, karena sikap organisasi tersebut yang cukup kritis membuat banyak pula kelompok yang menentangnya. Aku tak tahu karena alasan apa.

Kembali ke pembahasan pada saat ini. Perjalanan Ahok memang sangat mulus pada awalnya. Banyak masyarakat Jakarta yang mendukungnya. Iya walaupun sebenarnya bukan masyarakat Jakarta asli. Karena memang masyarakat asli Jakarta banyak yang sudah terang-terangan untuk menolak Ahok.

Ketika semua mata tertuju keapadanya, para pendukung membelanya mati-matian, sampai kekuatan besar dibelakangnya menyokongnya dengan dana triliyunan rupiah, Ahok sudah menganggap dirinya dapat berkuasa di tanah betawi ini. Namun sikapnya yang arogan serta ucapannya yang seringkali bernada kasar malah membunuh karakternya sendiri. Ahok hancur dan tumbang bukan karena siapa-siapa. Aku sangat mengerti bagaimana susahnya masyarakat muslim Jakarta yang menginginkan gubernurnya muslim jika Ahok tidak menghancurkan dirinya sendiri. Disaat ia sedang jaya-jayanya, tuhan menegurnya. Lidahnya terpleset bagai menunjukkan karakter aslinya. Mulutnya mengucapkan kalimat yang menjadi bahan bukti kasus penistaan agama olehnya. Hal itu terjadi ketika ia sedang melaksanakan tugasnya bersama pemprov DKI Jakarta di kepulauan seribu. Hal itu memang sangat tidak pantas diucapkannya. Pertama, ia sedang berada dalam waktu kerja atau dalam tugas dinas yang tidak berhak digunakan untuk kampanye atau mengunggulkan dirinya, apalagi kampanye hitam. Kedua, ia sangat tidak berhak mengomentari ajaran agama yang bukan dianutnya. Tanpa dasar apa-apa, tanpa tahu apa-apa, mungkin ia juga tidak tahu apa isi dan tulisan dalam surah Al-Maidah ayat 51 tersebut.

Pada saat itulah, persatuan dan keberagaman Indonesia yang sedang dalam damai-damainya sedikit tergoyah. Bhinneka Tunggal Ika yang selama ini diserukan malah sedikit terganggu akibat satu masalah.

Tak berselang lama, jutaan umat Islam Indonesia menuntut keadilan. Mereka tak ingin diam saja kitab sucinya dinista. Mereka tak mau se-enaknya dihina begitu saja. Mereka yang selama ini menjunjung kedamaian penuh tak mau terpecah belah akibat perbuatan tersebut. Mereka berunjuk rasa dalam beberapa kali. Jumlahnya yang sangat banyak malah dianggap remeh, apalagi terbesit dipikiran kalau Ahok berada didalam pusaran kekuasaan pada saat ini, sehingga sulit menjatuhkanya. Ia pasti didukung oleh penguasa pada saat ini. Hal itu terbukti sedikit demi sedikit.

Pada saat sidang terdapat sebuah permasalahan baru. Ahok terlihat memfitnah salah satu ulama besar yang menjadi ketua umum Majelis Ulama Indonesia pada saat ini. K.H. Ma’ruf Amin. Namun, setelah beberapa hari terlihat salah satu penguasa di pemerintahan saat ini yakni Luhut Pandjaitan menyambangi kediaman K.H Ma’ruf Amin untuk meminta maaf. Pertanyaan besar semakin besar. “Ada hubungan apa antara Ahok dengan Istana?” Bagai sebuah rahasia besar yang semakin terbuka. Publik semakin mengerti rezimnya pada saat ini.  

Unjuk rasa umat Islam di Indonesia ini dilakukan besar-besaran di berbagai kota. Unjuk rasa yang masih mengatasnamakan kedamaian ini tetap saja tak digubris, bahkan dianggap ancaman makar dan fitnah-fitnah keji lainnya. Umat Islam ini masih menunjukkan sikap kesabaran dan taat hukum. Umat islam akan kuat jika mereka saling menahan satu sama lain. Kebersamaan ini sangat terasa pada tanggal 2 bulan 12 tahun 20016 kemarin. Berbagai ormas Islam yang kadang terlihat berseteru kini bergabung dengan khidmatnya. NU, FPI, Muhammadiyah, HTI, PERSIS, dan yang lainnya berada dalam satu panji, kalimat takbir, AllahuAkbar.

 

Semakin panjang prosesnya, semakin banyak tantangannya. Dari mulai fitnah kepada imam besar FPI yakni Habib Rizieq Shihab yang tak pernah terbukti kebenarannya, lalu ke ancaman makar yang malah  dianggap lelucon, sampai isu SARA yang didengungkan tak pernah benar adanya. Dan lucunya, fitnah itulah yang malah berbalik ke mereka. Seperti beberapa waktu pada minggu lalu, aksi rasisme oleh salah seorang keturunan etnis cina yang bernama Steven menghina seorang ulama yang juga seorang gubernur Nusa Tenggara Barat yaitu Tuan Guru Bajang Zainul Majdi. Kejadian yang terjadi pada sebuah bandara. Iya, Steven menghina dengan kata-kata ‘TIKO’ yang berarti sesuatu hal keji kepada pribumi.

Kejadian tersebut semakin menggemparkan dan menggeramkan. Namun lagi-lagi, umat Islam yang mayoritas di negeri ini masih mengelus dada dan bersabar. Bukannya mengalah, namun mereka tahu bagaimana caranya bersikap seperti yang diajarkan nabinya, Baginda Nabi Muhammad SAW.

Gara-gara Ahok, negeri ini memang banyak diuji, apalagi rakyatnya. Bagaimana keadilan dan keberagaman dihancurkan oleh seseorang yang dianggap pahlawan oleh para fansnya. Terlalu banyak kekejian yang digambarkan, namun, aku lelah membahasnya. Biarlah, mungkin hukuman penjara 2 tahun itu bisa membuatnya jera. Juga kepada petinggi-petinggi lain yang bersikap se-enaknya. Apalagi yang menyangkut tentang tuhan dan ajaran agama sesorang. Kritis rasanya. Semoga hal ini juga menjadi pelajaran bagi umat Islam di Indonesia dan di dunia lainnya. Buah kesabaran yang indah, diselingi dengan meminta pertolongan kepada tuhan. Umat Islam akan jaya, terlepas dari khilafah atau tidak.

Diujung tulisan sederhana bocah ingusan ini, aku ingin menuliskan quote yang berasal dari firman Allah SWT, namun aku kemas dengan bahasaku.

“Ini agama tuhan. Tuhan yang menurunkan kitab suci terindahnya. Tuhan pula yang menjaganya. Siapapun yang berani menjelekan keindahannya, ia berurusan dengan tuhan.”

-@fatwazmi, Jakarta.

 

Wassalamu’alaikum. 

Ikuti tulisan menarik Fatwa Azmi Asy-syahriza lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB