“Golkar bangkit, prospek kemenangan kembali di pilkada 2018 ”
Oleh: Deni Yusup,M.Si*
PILKADA serentak tahun 2018, menjadi ajang partai politik untuk berkompetisi dalam memenangkan pemilihan kepala daerah, dari 171 daerah yang akan diperebutkan oleh partai politik untuk menjadi pemenang dalam pilkada serentak tahun 2018, di tahun 2017 partai golkar yang menjadi pemenang pilkada dengan 58 persen dari pilkada yang dimenangkan oleh partai golkar dari jumlah 101 daerah yang melaksanakan pilkada 2017, persentasi kemenangan pilkada tahun 2017 menjadikan titik balik golkar dalam merespon dinamika publik yang mengiginkan sosok-sosok baru yang berkualitas didaerah, golkar menjawab keinginan publik yang mengiginkan perubahan kepemimpinan di daerah yang melaksanakan pilkada serentak di tahun 2017. Hasilnya golkar bisa dibilang tepat mengusung calon kepala daerah sehinga dapat memenangkan banyak calon kepala daerah.
Pergerakan yang dilakukan partai golkar dalam melakukan konsolidasi internal memang bisa dibilang kejar target, dimana partai golkar baru keluar dari konflik internal yang terjadi ditubuh partai golkar dimana ada dualisme kepegurusan versi ancol Jakarta dan versi bali, semua itu telah berakhir yang menghasilkan munaslub yang dilaksanakan di bali, dimana ketua umum ARB dan ketua Umum versi ancol Jakarta Agung laksono sepakat konflik di akhiri, munaslub bali menghasilkan ketua umum baru setya novanto terpilih menjadi ketua umum untuk melanjutan periode kepengurusan sampai tahun 2019.
Era baru golkar dibawah kepemimpinan setya novanto yang mengkonsolidasikan semua pengurus yang terpecah-pecah hasil dari konflik yang terjadi di internal golkar,dibawah kepemimpinan setya novanto. Golkar focus konsolidasi internal untuk mengejar ketertingalan dari partai lain yang telah melakukan konsolidasi internal jauh lebih panjang waktunya menjelang 2019. Konsolidasi internal dibawah kepemimpinan setya novanto dilakukan degan melibatkan semua kekuatan internal partai golkar, stuktural dari pusat sampai daerah dilakukan kosolidasi dengan melakukan reposisi kepengurusan daerah yang telah habis masa kepengurusanya dengan melaksanakan musda didaerah.
Dibawah kepemiminan setya novanto golkar menjelma menjadi partai papan atas lagi dari beberapa survai yang dirilis lembaga survai, golkar medapatkan persentasi yang tinggi, ini sangat jauh kalau dibandingkan waktu masa konflik dimana golkar hampir masuk zona partai kelompok papan tengah. Konsolidasi yang dilakukan oleh ketua umum baru tidak hanya melihatkan stuktural semata, tetapi melakukan konsilidasi kultural, yang sangat penting untuk meningkatkan kesolidan kader golkar, ditingkat pusat ketua umum baru mengkosolidasikan ormas-ormas pendiri dan yang didirikan dalam upaya kosolidasi menyeluruh diinternal golkar.
Pergerakan organ sayap partai seperti AMPG dan KPPG yang melakukan kosolidasi internal yang memberikan kontribusi terhadap golkar bisa bangkit lagi, sebagai organisasi sayap partai AMPG melakukan konsolidasi gaya anak muda yang tentu penuh dengan semangat tinggi, dengan melaksanakan pogram konsolidasi dan pogram kerja yang bisa memberikan warna tersendiri untuk gerakan kaum muda, ada serangan udara dengan mengunakan sosial media dan serangan darat dengan melakukan konsolidasi sampai keakar rumut dengan salah satu pogramnya melaksanakan “Jambore AMPG” diseluruh daerah yang dilakukan oleh AMPG. Ini membuktikan bahwa anak muda partai golkar yang terwakili oleh AMPG bisa berkarya.
Konsolidasi partai golkar yang dilakukan oleh kepengurusan baru dibawah kepemipinan setya novanto bisa dibilang sukses dalam mengantarkan partai gokar bisa bersaing dengan partai lain, ini menandakan kematangan politik internal partai golkar dalam mengatasi dinamika internal, setajam apapun dinamika itu, partai golkar selalu melewati rintangan tersebut, kematang partai golkar tidak terlepas dari sistem partai yang telah kuat, dan bisa dibilang partai golkar adalah partai modern yang terus memperbaharui internal untuk bisa terusdan terus mewarnai proses demokrasi bangsa ini.
Kemenangan partai golkar dalam pilkada serentak tahun 2017 seperti digambarkan diatas, ini menandakan golkar bisa bangkit dari keterpurukan, sistem partai telah berjalan sesuai degan alur semestinya, konsolidasi internal dalam tranformasi ide dan gagasan besar partai golkar dari sesepuh partai golkar terhadap kaum muda partai golkar ini juga yang menjadikan golkar bisa tetap eksis, karena dengan kekuatan itu menurut hemat penulis itu bisa menjadikan kekuatan besar partai golkar untuk bisa memenangkan lagi di pemilukada 2018. Dimana pilkada yang dilaksanakan selang satu tahun pemilu 2019, Penting bagi partai golkar untuk menjadi the winner dalam pilkada 2018, karena pilkada 2018 bisa dijadikan pemilu pemulaan untuk golkar Berjaya di pemilu 2019.
Untuk memenangkan pertarungan di pilkada 2018 tentu memerlukan energi yang besar, dimana ketepatan memilih figur, serta konsolidasi sistem partai harus berjalan untuk mengatasi dinamika yang mungkin terjadi di internal dan dinamika politik eksternal, pengambungan kekuatan stuktural dan kultural kader yang perlu ditingkatkan dalam upaya kesolidan internal partai, penentuan figur yang diusung oleh partai golkar tentu berdasarkan prasyarat yang ketat tidak hanya dilihat kemampuan calon semata tetapi dilandasi dari riset yang dilakukan oleh lembaga survei, itu menjadi pegangan bagi tim pemenangan partai golkar dalam menetukan figur yang tepat, ketepatan dalam menetukan figur yang tetap dalam pilkada 2017 itu perlu dijadikan rujukan, kalau itu dilakukan oleh partai golkar dalam upaya memenangkan pilkada serentak tahun 2018 setidaknya ini bisa menjawab pertayaan, apakah partai golkar akan memenangkan kembali pilkada 2018! Jawabanya tentu memungkinkan partai golkar bisa memenangkan pilkada 2018.
* Peneliti Nusantara Riset, Ketua bidaang Masika ICMI
Ikuti tulisan menarik deni yusup lainnya di sini.