Proses Kreatif Penulisan Akademik
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Kiat-kiat Dr. Ngainun Naim untuk menjadi penulis yang kreatif.
Judul: Proses Kreatif Penulisan Akademik
Penulis: Ngainun Naim
Tahun Terbit: 2017
Penerbit: Akademia Pustaka
Tebal: xxii + 146
ISBN: 978-602-60339-9-4
Banyak mahasiswa yang drop-out karena gagal menyusun skripsi. Meski biasanya mereka menyalahkan dosen pembimping yang killer, namun harus diakui banyak di antara mereka yang kesulitan dalam menulis tugas akhir dari masa kuliahnya tersebut. Hal seperti ini bisa terjadi karena para mahasiswa tersebut tidak biasa menulis. Bahkan dalam sistem pendidikan kita, kebiasaan menulis kurang menjadi perhatian dari sejak pendidikan dasar. Jadi wajarlah saat mahasiswa banyak yang mengalami kesulitan dalam menuangkan gagasan dalam struktur yang lebih rumit dan panjang.
Dr. Ngainun Naim secara jitu menyoroti masalah ini, dan memberikan tips yang sangat baik di buku ini. Alih-alih menyorongkan teori-teori menulis yang baik, seperti membuat kalimat efektif, menyusun paragraf yang baik dan membuat outline sebuah karangan atau buku, Naim lebih fokus kepada kendala utama, yaitu kreatifitas mahasiswa untuk menulis. Semua teori tentang membuat kalimat, paragraf sampai dengan outline tulisan tak ada gunanya jika si mahasiswa tidak memiliki budaya menulis. Semua teknik-teknik menulis tersebut baru berguna untuk memperbaiki cara menulis dari para mahasiswa yang sudah terbiasa menulis.
Dalam hal membenahi kreatifitas, Naim menyarankan untuk melakukan pembiasaan dulu. Tekad bulat untuk membiasakan diri menulis adalah langkah pertama untuk bisa menulis. Siapapun Anda, apapun profesi Anda, apalagi mahasiswa harus bertekat untuk terus menulis (hal. 25). Tidak penting apa yang anda tulis, tidak penting kualitas hasil tulisan anda. Penting untuk terus menulis. Apa saja.
Tips kedua yang disampaikan oleh Naim adalah membangun budaya membaca (hal. 31). Dengan membaca kita akan mendapatkan setidaknya dua hal, yaitu mengetahui isi bacaan/wawasan/ pendapat dari bacaan tersebut, dan yang kedua adalah mendapatkan gaya menuturan yang bervariasi yang bisa memperkaya cara kita sendiri menulis. Naim menyarikan karya Hernowo yang berjudul “Quantum Reading” untuk menuntun pembacanya supaya menjadi pembaca yang berhasil. Selanjutnya Naim menyatakan bahwa seperti halnya menulis, membaca juga harus menjadi budaya bagi mahasiswa.
Di bab berikutnya Naim membahas tentang cinta menulis. Untuk menjadi seorang penulis kreatif, seseorang harus mencintai proses menulis. Sebab dengan cinta inilah maka passion untuk terus menulis akan bisa terwujud. Sayang sekali Naim tidak menjelaskan bagaimana caranya membangun cinta menulis lebih lanjut.
Tidak mungkin seseorang langsung bisa membuat karya besar dalam satu kali kerja. Bahkan untuk menghasilkan sebuah artikel yang menarik, dibutuhkan proses editing berkali-kali . Itulah sebabnya Naim mendorong para mahasiswa untuk menggunakan metode “ngemil” dalam menulis. Metode yang sudah dipakai dan dianjurkan oleh Hernowo dalam aktifitas membaca ini dirasa sangat cocok bagi mahasiswa dalam kegiatan menulis. Naim juga menyitir apa yang disampaikan oleh Peng Kheng Sun yang membagikan pengalamannya menulis sedikit demi sedikit (hal. 52). Tak hanya menyitir pendapat dua penulis yang sering menjadi inspirator dan motivator dalam kegiatan membaca dan menulis, Naim juga memberi beberapa contoh doktor yang berhasil menyelesaikan disertasinya dengan cara ngemil.
Selanjutnya, untuk terus bisa kreatif menulis, seseorang harus menentukan target. Target tersebut bisa berupa waktu, misalnya 15 menulis setiap hari. Target juga bisa diwujudkan dalam bentuk panjang karya, misalnya menghasilkan 1 atau 2 halaman tulisan setiap hari. Target menulis ini sangatlah penting untuk menjaga feeling kita dalam menghasilkan karya.
Di bagian akhir, Naim memberikan saran bagaimana caranya mewujudkan target. Pertama-tama seorang penulis harus memiliki manajemen waktu. Penulis harus mengkhususkan waktu untuk menulis secara rutin (hal. 83). Penulis juga harus berani menyendiri (hal. 89) dan menemukan tempat khusus yang menjadi tempat favorit untuk menulis (hal. 129).
Untuk meningkatkan kualitas tulisan, Naim menyarankan para mahasiswa untuk merawat catatan (hal. 105), terus berlatih (hal. 115) dan meningkatkan jam terbang (hal. 121).
Jadi, sesungguhnya untuk berhasil menjadi seorang penulis, bukan terletak kepada sejauh mana anda memahami teori tentang tulis menulis, bukan terletak pada sejauh mana anda memiliki ide untuk menghasilkan sebuah karya yang bombastis, tetapi terletak kepada ketekunan untuk terus menulis dan membaca.
Bagi saya buku ini salah judul. Dengan diberi judul “Proses Kreatif Penulisan Akademik” seakan-akan buku ini hanya berguna bagi mereka yang berkiprah di dunia akademik, seperti mahasiswa, dosen atau peneliti. Padahal tips-tips yang diberikan oleh Dr. Ngainun Naim sesungguhnya berguna bagi siapa saja yang ingin mengembangkan kemampuan menulisnya.

Penulis Indonesiana
2 Pengikut

Liur Emas - Misteri Si Setan Cantik
Rabu, 17 September 2025 08:04 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler