x

Iklan

Liana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Dayang Sumbi Manis, Sangkuriang Laris

Floating Market menjadi pilihan karena menarik dan akses ke lokasi tidak macet

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Di hari biasa pengunjungnya sekitar 2000an, kalau weekend sekitar 5000an,” tutur Intania Setiati, Corporate Secretary & Promotion Perisai Group yang menaungi lokasi wisata Floating Market. Berlokasi di kawasan Lembang Maribaya, Jawa Barat, Floating Market selalu ramai dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah.  Pada Sabtu siang, 29 Juli 2017, serombongan besar wisatawan dari Kalimantan tiba di Floating Market. Mereka berbaur dengan wisatawan yang kebanyakan datang dari Jakarta.

Barangkali banyak orang akan sependapat dengan saya. Floating Market menjadi pilihan karena tempatnya menarik dan perjalanan menuju ke lokasi tidak terhambat kemacetan. Letaknya strategis tidak jauh dari pusat kota Lembang. Akses menuju lokasi berjalan lebar dan berkondisi baik. Tempat parkirnya pun luas.

Saya memasuki  pintu utama Floating Market, teriknya matahari siang drastis berganti keteduhan. Setelah melalui area tempat penukaran tiket masuk dengan minuman, saya sampai di area kuliner. Di tempat ini ada pasar terapung. Para pedagangnya berjualan di perahu-perahu kecil yang merapat ke dermaga beratap. Para pembeli menyantap makanan dan minuman di meja kursi yang tertata di dermaga besar yang juga mengapung, kadang-kadang terasa sedikit bergoyang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saya memutuskan untuk berkeliling sebelum menentukan pilihan makanan dan minuman. Ada 42 perahu kecil yang berfungsi sebagai kios penjual makanan dan minuman. Menunya bervariasi dan menawarkan aneka makanan dan minuman khas Jawa Barat. Perhatian saya tertuju pada perahu yang menjual pisang goreng. Perahunya penuh digantungi pisang tanduk. Antrian pembeli di sana tidak ada hentinya.

Dua orang perempuan muda yang sedang berjualan pisang goreng siang itu, menyambut saya dengan ramah. Di sela kesibukannya, Imas dan Lia menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dengan lancar. Pembeli tidak ada putusnya namun mereka tidak terlihat lelah. Senyum dan sapaan mereka penuh keramahan, bahkan untuk saya yang banyak bertanya.

Jajanan pasar pisang goreng tentu bukan hal baru atau asing. Anda bisa dapatkan pisang goreng dengan nama yang unik dalam berbagai kreasi penyajian. Harganyapun bervariasi tergantung tempat di mana Anda membelinya dan bagaimana cara menyajikannya. Harganya bisa sangat terjangkau, bisa juga membuat Anda terpukau. Di Floating Market, aneka pisang goreng ini dijual dengan harga antara Rp 15.000,- sampai Rp 20.000,-

Apa yang unik dan menarik dengan pisang goreng di sini? Selain ada pisang sarikaya keju, pisang keju gula aren, di sini ada pisang jawa, pisang goreng Sangkuriang dan pisang goreng Dayang Sumbi. Banyak pembeli bertanya apa beda pisang goreng Sangkuriang dan Dayang Sumbi. Saya lebih tertarik kenapa nama-namanya seperti itu. Imas yang sudah menjalani pekerjaan ini selama 1 tahun menjawab sambil tertawa, “…kan disesuaikan dengan situasi di Lembang sini, jadi nama-namanya juga dipilih.” Ah, saya mengerti maksud Imas, penamaan menu pisang gorengnya disesuaikan dengan budaya lokal, mengambil nama Sangkuriang dan Dayang Sumbi dari legenda Tangkuban Perahu.

Terlepas dari pilihan nama menunya, aneka menu pisang goreng ini pada dasarnya disajikan dalam dua jenis olahan pisang goreng. Yang pertama pisangnya digoreng dengan tepung dan yang lain pisangnya digoreng langsung. Pisang goreng Sangkuriang adalah satu buah pisang tanduk yang digoreng langsung. Sesudah digoreng, pisang dibelah dua memanjang lalu diberi gula cair kental. Satu sisi memanjangnya diberi taburan coklat meises dan sisi lainnya dengan parutan keju. Pisang goreng Dayang Sumbi, pisang tanduk yang dipotong dalam 5 bagian, lalu diberi tepung sebelum digoreng. Taburannya bisa disesuaikan dengan selera pembeli.

Lia yang sudah berpengalaman 5 tahun menjalani profesi ini menjelaskan keistimewaan pisang goreng yang dijualnya. Pisang goreng bertepung ini dijamin akan tetap renyah meski tidak langsung disantap. Selain renyah, adonan tepungnya juga beraroma wijen. Lain daripada yang lain.

Dewi, teman saya  dari Bali mencoba pisang goreng Sangkuriang dengan taburan gula aren. Waktu saya tanya kenapa dia menukar taburan coklat meises dan keju dengan gula aren, alasannya karena  dia mau rasa yang lebih tradisional. Sajian pisang goreng dengan taburan coklat dan keju bisa dibeli di mana saja, bisa dibeli dari penjual di pinggir jalan, di warung kopi, di pujasera di mall atau di kafe. Dewi memilih pisang goreng Sangkuriang juga karena porsinya kelihatan lebih besar jika dibandingkan dengan porsi pisang goreng Dayang Sumbi.

Belakangan saya tahu dari Melani Karnadi, salah seorang staff PR & Marketing Floating Market,  pisang goreng ini termasuk yang paling populer jika dibandingkan dengan jualan perahu lainnya. Memang terlihat jelas, perahu ini tidak pernah sepi. Selalu ada pembeli yang antri, bahkan ada yang datang berulang kali. Eric, seorang pengunjung dari Jakarta, bolak balik memesan pisang goreng Sangkuriang.  “Enak deh, coba aja. Punya gua tadi diabisin orang, jadi gua mau beli lagi.” Begitu celotehnya, maka tak heran, teman-temannya ikut antri memesan pisang goreng.

Aling, seorang pengunjung dari Jakarta menuturkan pisang goreng  seharga Rp 20.000,- itu tidak mengecewakan. Menurut Aling, rasa pisangnya enak dan pas. Kelihatan dari cara pisang goreng disiapkan, minyak goreng yang digunakan adalah minyak yang bersih, minyak goreng kerap diganti dengan minyak yang baru. Pisang yang digunakan adalah pisang tanduk berkualitas baik.

Melani menjelaskan perahu dan kios jualan di Floating Market diutamakan bagi UKM dengan sistem bagi hasil. Warga sekitar diberdayakan sebagai tenaga kerjanya. Bagi Lia yang tinggal di dekat Floating Market, pergi dan pulang kerja cukup ditempuh dengan jalan kaki saja. Imas diantar suaminya, naik motor sekitar 30 menit. Dua perempuan ibu rumah tangga ini merasa puas dengan upah harian yang pasti. Mereka juga merasa nyaman dengan jam kerja yang jelas.  Hal yang sama dirasakan oleh Titin penjual singkong goreng dan Endah penjual tahu dan cilok goreng.

Meski hampir setiap hari Lia, Imas, Titin dan Endah berada di Floating Market, mereka sendiri mengakui belum sempat menikmati wahana yang terdapat di lokasi wisata ini. Di area pasar terapung ada wisata sepeda air dan kereta air. Selain itu, di sini ada kegiatan outbond dan permainan untuk anak. Ada taman bunga dan danau yang indah, ada taman miniatur kereta api dan wahana bernuansa Jepang, Kyotoku yang unik. Barangkali bagi mereka sementara ini “Dayang Sumbi” manis dan “Sangkuriang” laris lebih penting dan utama.

Ikuti tulisan menarik Liana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler