“Memilih pemimpin yang tepat bukan suatu perkara ringan, demikian pula menjadi pemimpin bukan pula sesuatu yang mudah....”
Sejak era reformasi di negeri ini bergulir banyak manusia Indonesia yang ingin menjadi pemimpin baik di tingkat nasional maupun di tingkat lokal. Kita dalam eforia demokrasi yang tinggi. Nafsu syahwat berkuasa cukup besar untuk menjadi seorang pemimpin baik di tingkat lokal maupun nasional. Menjadi pemimpin dianggap mudah padahal sebenanrnya tidak demikian. Pemimpin harus memiliki beberapa atribut. Atribut yang dimaksud adalah sifat atau ciri khas/ karakter/ kepribadian dasar yang dimiliki oleh seseorang. Sejumlah kriteria sebagai berikut.
Pertama, seorang Pemimpin harus dapat memberikan nilai tambah bagi organisasi dan stake holder sehingga Dia dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik. Adalah sangat penting bagi seorang Pemimpin untuk selalu berfikir dan berfikir tanpa mengenal lelah untuk memberikan kontribusi yang terbaik serta penciptaan nilai tambah bagi organisas yang dipimpinnya. Dalam konteks tersebut, maka relevan mengerjakan sesuatu secara “Excellence (doing the thing right)
Kedua, seorang Pemimpin harus dapat mempersatukan anggota teamnya. Salah satu konsep terpenting dari manajemen adalah bagaimana seorang Pemimpin dapat menjalankan rencana organisasinya serta mencapai target yang ditetapkan melalui orang lain. Oleh karena itu sangat tidak mungkin apabila seorang Pemimpin bekerja sendiri tanpa bantuan dan dukungan anggota team yang lain sehingga Dia harus selalu berusaha agar dapat membangun suatu team work yang tangguh, yang tidak hanya dapat bekerja sama tetapi lebih dari hal tersebut adalah dapat bersinergi untuk menghasilkan output yang lebih Dahsyat.
Ketiga, seorang pemimpin adalah “orang biasa” yg memiliki cita-cita/ kemauan luar biasa.
Seorang pemimpin sejati harus membuang jauh kata-kata “tidak bisa” dalam kamus kehidupannya, filosofi yang mendasari hal tersebut adalah agar seorang Pemimpin tidak pantang menyerah, tidak mudah berputus asa, ulet, memiliki mental baja, mau belajar dari kegagalan dan senantiasa berusaha keras untuk menjadi yang terbaik, berkeinginan menjadi “The First” and “The Best” dan tidak mau menjadi pecundang bahkan menjadi nomor 2 sekalipun. Baginya hanya ada satu kata “Now Or Never”.
Keempat, kunci sukses kepemimpinan adalah mempengaruhi bukan memerintah
Banyak orang yang mengartikan salah terhadap konsep kepemimpinan sehingga tipe Pemimpin yang seperti ini adalah selalu ingin mendominasi, selalu ingin dihargai dan dihormati serta sibuk membangun image terhadap dirinya. Baginya, kewenangan, otoritas dan perintah atasan adalah hal yang tidak boleh ditawar dan harus dilaksanakan oleh anak bawahan. Padahal sebenarnya bahwa pemimpin yang sukses adalah seorang pemimpin yang bisa membimbing, mengayomi dan mempengaruhi anak buahnya sehingga bawahan tidak pernah merasa diperintah tetapi lebih merasa diberdayakan.
Kelima, pemimpin adalah orang yang sangat efisien
Pemimpin yang efisien adalah Pemimpin yang selalu dapat membuat semua permasalahan yang rumit menjadi sederhana sehingga akar permasalahan dapat diidentifikasi dengan mudah dan dicarikan solusinya. Dia selalu menggunakan “Helicopter View” dan “berfikir strategis” dalam melihat setiap permasalahan. Baginya, yang dilihat adalah hutan dan bukan pohon. Dengan kata lain, seorang Pemimpin tidak boleh melihat permasalahan secara parsial tetapi harus melihat dari sisi organisasi yang lebih besar, yaitu Perusahaan secara keseluruhan sehingga keputusan-keputusan yang diambil bukanlah keputusan jangka pendek pada tataran operasional tetapi lebih kepada keputusan jangka panjang yang bersifat strategis.
Keenam, pemimpin tahu menempatkan orang yang tepat di posisi yang tepat
Tugas seorang Pemimpin adalah menggali dan mengidentifiksi “Talenta-Talenta” yang ada di organisasinya untuk kemudian diberdayakan melalui “proses pembelajaran” baik berupa coaching, pelatihan maupun trainning yang memadai sesuai dengan “tuntutan kompetensi” yang diperlukan oleh organisasinya.
Ketujuh, untuk menjadi Pemimpin besar, yang pertama harus dilakukan adalah menjadi pelayan, Jadi pemimpin adalah untuk melayani bukan dilayani.
Pemimpin yang mumpuni tentu adalah seorang mau menerima dan menampung semua pendapat dan ide bawahan, jika ide tersebut berpotensi meningkatkan kinerja organisasi, baik yang berkaitan dengan efisiensi dan efektivitas, terutama yang berkaitan dengan “Inovasi”. Dengan paradigma Pemimpin adalah seorang pelayan maka bawahan akan termotivasi untuk mengeluarkan ide-ide inovatif dan berbuat yang terbaik untuk organisasinya.
Kedelapan, seorang Pemimpin besar selalu mendengar, memberikan inspirasi & menawarkan solusi.
Untuk dapat memahami persoalan yang ada di organisasi, tentunya seorang Pemimpin harus mencari informasi secara obyektif dan seimbang dari berbagai sumber, oleh karenanya kemauan untuk mendengar dari setiap nara sumber tanpa membedakan jabatan dan kedudukan di dalam organisasi sangat mutlak diperlukan. Setelah mendengar, Pemimpin perlu menganalisa & menyimpulkan permasahan tersebut sehingga Dia dengan cepat dapat memberikan inspirasi dan solusi yang sangat diperlukan oleh organisasinya.
Kesembilan, kepemimpinan adalah berkaitan dengan penciptaan lebih banyak lagi pemimpin yang lebih baik dari dirinya.
Seorang pemimpin seharusnya adalah seorang visioner yang memiliki pandangan jauh ke depan, Dia tidak ingin bahwa keberhasilan yang dicapai organisasinya hanya karena peran dan kontribusi dari “satu orang” saja sehingga organisasi menjadi tidak sehat karena sangat bergantung pada peran satu orang. Oleh karena itu, Seorang pemimpin harus selalu berusaha sekuat tenaga untuk membangun sistem serta mempersiapkan SDM yang lebih baik untuk menghilangkan ketergantungan pada individu serta mencapai hasil yang lebih dahsyat lagi bagi organisasi yang dipimpinnya pada masa mendatang.
Kesepuluh, seorang pemimpin adalah orang yang memiliki nilai moral religiusitas tinggi.
Seorang pemimpin tidak mudah tergoda dengan kehidupan dunia berlebihan yang dapat menjerumuskan dirinya kedalam hawa nafsu yang berlebihan Seorang pemimpin adalah orang yang memahami nilai-nilai moral agama dan meyakini bahwa hidupnya tidak berakhir di dunia tetapi ada suatu kehidupan lain yang akan mengevaluasi segala perilakunya di dunia untuk memperoleh ganjaran yang tiada tara sebagai hasil kebajikan atau pun kejahatan yang dilakukannya selama di dunia. Sehingga seorang pemimpin dalam perilakunya di dunia ini terjaga dari perbuatan nista karena dibimbing oleh nilai keimanan yang profetik.
Oleh: Aries Musnandar
Peneliti UIN Maliki Malang dan Dosen Pascasarjana UNIRA Malang
Penasehat CIES FEB UB (Universitas Brawijaya) Malang
Dewan Pakar IKA UNJ (Universitas Negeri Jakarta)
Ikuti tulisan menarik Akal Sehat lainnya di sini.