x

Iklan

FX Wikan Indrarto

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Anak Gemuk Gak Selalu Menggemaskan Lho

Penyebab mendasar dari obesitas dan kelebihan berat badan adalah ketidakseimbangan energi, yaitu antara kalori yang dikonsumsi, dengan kalori yang dikeluar

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

FX Wikan Indrarto*

Pada Hari Kegemukan Sedunia (World Obesity Day) Rabu, 11 Oktober 2017 lalu, jurnal bergengsi The Lancet yang terbit di London, memaparkan bahwa jumlah anak gemuk atau mengalami obesitas di seluruh dunia, telah meningkat sepuluh kali lipat dalam empat dekade terakhir. Jika tren saat ini berlanjut, akan lebih banyak anak mengalami obesitas daripada berat badan sedang atau sangat kurus pada tahun 2022. Apa yang sebaiknya kita cermati?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penelitian yang dipublikasikan itu menganalisis pengukuran berat dan tinggi badan dari hampir 130 juta anak, 31,5 juta anak berusia 5 sampai 19 tahun, dan 97,4 juta berusia 20 tahun dan lebih tua, menjadikannya jumlah sampel terbesar yang pernah terlibat dalam sebuah penelitian epidemiologi. Lebih dari 1.000 kontributor berpartisipasi dalam penelitian ini, yang menganalisis Indeks Massa Tubuh (BMI), dan bagaimana obesitas telah berubah di seluruh dunia, dari tahun 1975 sampai 2016. Tingkat obesitas pada anak di dunia meningkat dari kurang dari 1% (setara dengan lima juta anak perempuan dan enam juta anak laki-laki) pada tahun 1975 menjadi hampir 6% pada anak perempuan (50 juta) dan hampir 8% pada anak laki-laki (74 juta) pada tahun 2016. Gabungan, jumlah anak gemuk telah meningkat lebih dari sepuluh kali lipat secara global, dari 11 juta di tahun 1975 menjadi 124 juta pada tahun 2016.

Anak obesitas lebih mungkin untuk berkembang sebagai orang dewasa dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit kardiovaskular, resistensi insulin (sering merupakan tanda awal akan terjadinya diabetes), gangguan muskuloskeletal (terutama osteoartritis, yaitu penyakit degeneratif yang melumpuhkan sendi),  beberapa kanker (endometrium, payudara dan usus besar), bahkan cacat.

Penyebab mendasar dari obesitas dan kelebihan berat badan adalah ketidakseimbangan energi, yaitu antara kalori yang dikonsumsi, dengan kalori yang dikeluarkan. Secara global, telah terjadi peningkatan asupan makanan padat energi yang tinggi lemak dan penurunan aktivitas fisik, karena sifat semakin menetap (sedentary nature) dari berbagai bentuk permainan, pekerjaan, perubahan moda transportasi, dan peningkatan urbanisasi. Perubahan pola makan dan aktivitas fisik sering kali merupakan dampak dari perubahan lingkungan dan sosial yang terkait dengan pembangunan dan kurangnya kebijakan yang mendukung sektor kesehatan, pertanian, transportasi, perencanaan kota, lingkungan, pengolahan makanan, distribusi, pemasaran dan pendidikan.

Setiap aspek lingkungan saat janin dikandung, bayi dilahirkan dan anak dibesarkan, dapat berkontribusi sebagai faktor risiko menjadi kelebihan berat badan atau obesitas. Selama kehamilan, diabetes gestasional (diabetes ibu yang terjadi selama kehamilan) dapat menyebabkan peningkatan berat badan bayi saat lahir dan risiko obesitas anak di kemudian hari. Memilih makanan sehat untuk bayi dan anak sangat penting, karena pilihan makanan yang diberikan pada awal kehidupan, terutama makanan yang padat energi, tinggi lemak, tinggi gula dan tinggi garam, adalah kontributor kunci untuk terjadinya obesitas. Dunia semakin urban dan kehidupan digital justru menyebabkan sedikit peluang bagi anak untuk kegiatan fisik melalui permainan yang sehat. Secara siklis, kelebihan berat badan atau obesitas juga semakin mengurangi keinginan anak untuk berpartisipasi dalam kegiatan fisik berkelompok dengan teman sebaya, menjadi kurang aktif secara fisik, yang membuat mereka cenderung menjadi lebih gemuk dari waktu ke waktu. Dalam beberapa masyarakat, norma budaya lama, seperti keyakinan bahwa anak gemuk adalah anak yang sehat, dapat mendorong keluarga untuk bertindak keliru.

Pada tingkat individu, pencegahan dapat dilakukan dengan pembatasan asupan energi, terutama jumlah lemak dan gula. Juga meningkatkan konsumsi buah, sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian, serta melakukan aktivitas fisik secara teratur, yaitu 60 menit sehari untuk anak dan 150 menit per minggu untuk orang dewasa. Pencegahan pada tingkat individu hanya dapat berhasil apabila anak memiliki akses kepada gaya hidup sehat. Oleh karena itu, di tingkat keluarga dan masyarakat penting sekali dilakukan dukungan untuk setiap anak dalam mengikuti rekomendasi di atas, melalui komitmen berkelanjutan dan kolaborasi negara, publik dan swasta. Selain itu, juga membuat aktivitas fisik anak secara teratur, pilihan diet sehat yang tersedia, terjangkau, dan mudah diakses untuk semua anak.

Industri makanan kemasan sebenarnya dapat ikut memainkan peran penting, dalam menghentikan kegemukan pada anak, misalnya mempromosikan diet sehat dengan mengurangi kandungan lemak, gula dan garam dari produk makanan olahan. Juga memastikan bahwa pilihan menu yang sehat dan bergizi, selalu tersedia, dan terjangkau untuk semua konsumen. Selain itu, program pemasaran dari industri makanan kemasan juga harus bertanggung jawab, terutama yang ditujukan untuk anak dan remaja, dengan memastikan ketersediaan pilihan makanan sehat, dan mendukung praktek aktivitas fisik secara teratur di sekolah dan tempat penitipan anak.

Momentum Hari Kegemukan Sedunia (World Obesity Day) Rabu, 11 Oktober 2017 mengingatkan kita tentang perlunya pembatasan asupan energi untuk anak. Selain itu, juga peningkatan konsumsi buah, sayuran, dan aktivitas fisik secara teratur. Sudahkah kita melakukan upaya tersebut demi anak-anak kita?

Sekian

Yogyakarta, 14 Oktober 2017

*) Ketua IDI Cabang Kota Yogyakarta, dokter spesialis anak di RS Siloam @ LippoPlaza dan RS Panti Rapih Yogyakarta, Alumnus S3 UGM

Ikuti tulisan menarik FX Wikan Indrarto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler