x

Ilustrasi Lumba-Lumba dari Pixabay

Iklan

Melani Maulidiya

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 25 April 2024

Jumat, 26 April 2024 07:16 WIB

Eksploitasi Hewan dalam Pertunjukan Sirkus Lumba-lumba Keliling

Eksploitasi hewan dalam pertunjukan sirkus lumba-lumba keliling merupakan tindakan penyiksaan hewan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Beberapa orang mungkin menganggap sirkus lumba-lumba keliling sebagai hiburan yang menghibur, Namun untuk sebagian orang lainnya pertunjukan tersebut merupakan bentuk eksploitasi hewan. Beberapa isu utama yang sering ditanyakan adalah kondisi kesejahteraan lumba-lumba selama pertunjukan berlangsung, lingkungan tempat tinggal mereka,metode pelatihan yang digunakan dan apakah pertunjukan tersebut benar benar memberikan manfaat pendidikan yang signifikan kepada penonton?

Pendukung pertunjukan sirkus keliling berpendapat bahwa pertunjukan sirkus memberikan kesempatan bagi orang untuk dapat melihat lumba-lumba secara langsung, memberikan pendidikan tentang spesies ini,dan memberikan pekerjaan untuk pelaku sirkus. Namun, kritikus mengatakan bahwa lumba-lumba seringkali dipaksa untuk melakukan trik-trik yang tidak alami bagi mereka, hidup dalam lingkungan yang terbatas dan tidak sesuai dengan habitat asli mereka di laut, serta mengalami stres dan tekanan akibat dari kehidupan yang tidak alami ini. 

Pertunjukan sirkus keliling dengan lumba-lumba dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan dan kondisi lumba-lumba tersebut.beberapa dampaknya yaitu: 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kesejahteraan Fisik : Lumba-lumba dalam pertunjukan seringkali hidup dalam kolam atau wadah yang relatif kecil dibandingkan dengan habitat alami mereka di laut. Hal ini dapat menyebabkan stres, gangguan perilaku, dan masalah kesehatan seperti luka kulit, masalah pernapasan. 

Kesejahteraan mental : Lumba-lumba adalah hewan sosial yang cerdas dan memiliki kebutuhan psikologis yang kompleks. Hidup dalam lingkungan yang terbatas dan sering melakukan trik-trik untuk hiburan dapat menyebabkan kebosanan, depresi, dan gangguan mental lainnya.

Pola perilaku yang tidak alami : Lumba-lumba dipaksa untuk melakukan trik-trik yang tidak alami bagi mereka, seperti melompat melalui lingkaran api atau melakukan gerakan-gerakan lainnya yang tidak ada hubungannya dengan kehidupan mereka di alam liar.

Banyak negara dan komunitas telah mulai mengambil langkah-langkah untuk melarang atau membatasi pertunjukan sirkus keliling dengan lumba-lumba, mengutamakan kesejahteraan hewan dan mengalihkan minat publik kepada bentuk-bentuk hiburan yang lebih ramah hewan dan berkelanjutan. Di Indonesia, perlindungan hewan diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Perlindungan Hewan. Beberapa pasal yang dapat menjerat sirkus lumba-lumba keliling jika terjadi pelanggaran terhadap kesejahteraan hewan adalah sebagai berikut : Pasal 29: Setiap orang dilarang melakukan tindakan yang dapat menyebabkan penderitaan pada hewan.

Pasal 30: Setiap orang dilarang secara melawan hukum memelihara, merawat, atau menggunakan hewan dalam pertunjukan, pameran, atau perlombaan yang tidak memperhatikan kesejahteraan hewan.

Pasal 31: Setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 29 dan Pasal 30 dapat dikenai sanksi administratif berupa peringatan, teguran, pencabutan izin, atau denda administratif.

Selain Undang-Undang Perlindungan Hewan, terdapat juga peraturan-peraturan lebih spesifik yang mengatur tentang sirkus hewan di beberapa daerah atau kota di Indonesia. Misalnya, Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Hiburan Publik di Jakarta mengatur tentang sirkus hewan dan tindakan-tindakan yang dapat dilakukan jika terjadi pelanggaran terhadap kesejahteraan hewan dalam pertunjukan sirkus.

Berhentilah mengeksploitasi hewan, tidak seharusnya kita menjadikan lumba-lumba sebagai sirkus keliling dengan tujuan menghibur manusia. Dimana lumba-lumba dipaksa melakukan trik-trik yang tidak alami bagi mereka.ada alternatif pendidikan tentang lumba-lumba melalui program edukasi yang lebih ramah hewan, seperti kunjungan ke akuarium yang memiliki pendidikan tentang lumba-lumba dan habitatnya. Kesadaran publik tentang kesejahteraan hewan, termasuk lumba-lumba, dapat ditingkatkan melalui pendekatan yang lebih etis dan mendukung bagi hewan-hewan tersebut, daripada memanfaatkan mereka dalam pertunjukan hiburan.

Ikuti tulisan menarik Melani Maulidiya lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB

Terkini

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB