Utilitarianisme
Utilitarianisme adalah suatu teori segi etika formatif yang menyatakan bahwa suatu tindakan yang patut adalah yang memaksimalkan penggunaan (Utility), biasanya didefinisikan sebagai memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi penderitaan. “Utilitarianisme : berasal dari kata latin Utilis, yang berarti berguna, bermanfaat, berfaedah, atau menguntungkanerdasarkan prinsip ini keputusan adalah etis jika memberikan benefit paling besar daripada keputusan alternatif yang lain. Perbedaan egoism dan utilitarianism adalah egoism berfokus pada kepentingan diri sendiri dari individual, perusahaan, komunitas, dan lain?lain, tetapi utilitarianism berfokus pada kepentingan sendiri dari seluruh stakeholder.
Kriteria Utilitarianisme
Salah satu kekuatan Utilitarianisme adalah kenyataan bahwa mereka menggunakan sebuah prinsip yang jelas dan rasional. Dengan mengikuti prinsip ini, pemegang kekuasaan mempunyai pegangan jelas unuk membentuk kebijaksanaannya dalam mengatur masyarakat. Kekuatan lainnya adalah orientasi utama teori ini pada hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang mempunyai akibat buruk - karena umpamanya mencelakakan orang lain - mempunyai peluang lebih besar untuk dianggap secara etis bernilai buruk daripada perbuatan yang mempunyai akibat baik (karena umpamanya membantu orang lain).
Utilitarianisme klasik yang dikemukakan oleh Jeremy Bentham dan John
Stuart Mill dapat diringkaskan dalam 3 (tiga) pernyataan :
Pertama, tindakan harus dinilai benar atau salah hanya demi akibatakibatnya (consequences). Hal lain tidak menjadi pertimbangan. Motif manusia tidak penting, karena tidak bisa diukur atau diukur, berbeda dengan tindakan yang bisa diukur. Kedua, dalam mengukur akibat-akibatnya, satu-satunya yang penting hanyalah jumlah kebahagiaan atau ketidak-bahagiaan yang dihasilkan. Hal lain tidak relevan. Ketiga, kesejahteraan setiap orang dianggap sama pentingnya. Tindakan yang benar adalah yang menghasilkan pemerataan maksimal dari kesenangan di atas ketidaksenangan, di mana kebahagiaan setiap orang dipertimbangkan secara sama pentingnya.
Sony Keraf merusmuskan tiga kriteria obyektif dalam kerangka etika
Utilitarianisme untuk menilai suatu kebijaksanaan atau tindakan :
Kriteria pertama, adalah manfaat Kebijaksanaan atau tindakan yang baik adalah yang menghasilkan hal yang baik. Sebaliknya, kebijaksanaan atau tindakan yang tidak baik adalah yang mendatangkan kerugian tertentu. Kriteria kedua, manfaat terbesar. Suatu kebijaksanaan atau tindakan dinilai baik secara moral jika menghasilkan lebih banyak manfaat dibandingkan dengan kerugian. Atau, tindakan yang baik adalah tindakan yang menimbulkan kerugian terkecil. Kriteria ketiga, bagi sebanyak mungkin orang. Suatu tindakan dinilai baik secara moral hanya jika menghasilkan manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang.
Seorang utilitarian adalah seorang universalis ketat dalam arti ia percaya adanya satu aturan moral universal, yang merupakan satu-satunya nilai yang mungkin dan setiap orang harus merealisasikannya. Prinsip Utility atau prinsip greatest-happiness menegaskan ketika memilih suatu tindakan, maka pilihlah selalu tindakan yang akan memaksimalkan kebahagiaan dan meminimalkan ketidakbahagiaan bagi jumlah paling besar orang (when choosing a course of action, always pick the one that will maximize happiness and minimize unhappiness for the greatest number of people). Tindakan apa pun yang cocok dengan prinsip ini secara moral dipandang tindakan yang benar, dan tindakan apa pun yang tidak cocok dengan prinsip ini secara moral dipandang salah.
Dalam perjalanannya, Utilitarianisme mendapatkan banyak kritikan dan keberatan. Salah satu aspek yang menimbulkan permasalahan adalah pengandaiannya bahwa setiap tindakan individual harus dievaluasi dengan merujuk pada prinsip utilitas. Jika pada suatu situasi tertentu anda tergoda untuk berbohong, maka keliru-tidaknya perbuatan ini ditentukan oleh akibat-akibat yang ditimbulkannya. Pengandaian seperti ini seringkali menimbulkan banyak kesukaran. Sebab dalam hal ini, yang penting hasilnya baik , tanpa melihat bagaimana prosesnya. Dalam merespon berbagai kritikan dan keberatan yang diajukan kepadanya di masa modern, Utilitarianisme melakukan serangkaian perbaikan dan modifikasi terhadap teorinya sehingga tindakan-tindakan individual tidak lagi diadili dengan prinsip utilitas. Sebagai gantinya, yang perlu dikaji terlebih dahulu adalah perangkat aturan mana yang paling baik menurut sudut pandang teori utilitas. Aturan-aturan mana yang lebih baik dimiliki oleh suatu komunitas jika ingin mengembangkan dirinya secara lebih cepat dan lebih maju.
Kriteria Obyektif Etika Utilitarianisme
Secara ringkas kriteria obyektif etika utilitarianisme adalah: Bertindaklah sedemikian rupa sehingga tindakanmu itu mendatangkan keuntungan sebesar mungkin bagi sebanyak mungkin orang. Etika utilitarianisme menggambarkan tentang bagaimana orang-orang yang rasional dalam mengambil keputusan bisnis. Terutama yang menyangut moral, diantara banyak pertimbangan dan kepentingan banyak orang.
Kelebihan Etika Utilitarianisme
Terdapat tiga lebihan dan nilai positif dalam teori utilitarianisme yang pertama yaitu rasionalitas, kedua yaitu kebebasan dan yang terkhir yaitu universalitas. Dalam sistem rasionalitas muncul ketika terdapat keputusan benefit, bonus dan sistem pemasaran yang dilakukan. Sedangkan kebebasan merupakan kesempatan yang dapat digunakan oleh pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya sebaik mungkin, tetapi tetap dalam koridor hukum dan tanggung jawab. Utilitarianisme juga bernilai universalitas, sebab praktek bisnis yang dilakukan memiliki tujuan pendapatan keuntungan begi sebanyak mungkin anggota atau konsumen mereka
Kelemahan Etika Utilitarianisme
Kelemahan yang pertama yaitu konsep manfaat yang begitu luas. Dalam hal ini, konsep dan konteks manfaat menjadi masalah penting. Manfaat masing-masing pihak adalah berbeda, manfaat biasa diterjemahkan sebagai keuntungan dan usaha perluasan atau pengembangan perusahaan. Kedua, meskupin cara-cara yang dilakukan dalam merekrut anggota baru merupakan cara-cara yang tidak etis, terlalu memaksa menjanjikan iming-iming yang belum tentu terwujud, namun jika tujuannya adalah untuk mendatangkan keuntungan, maka tindakan tersebut dianggap tidak etis. Ketiga, variabel yang dinilai tidak semua bisa dikuantifikasi, sehingga sulit untuk mengukur dan memperbandingkan keuntungan dan kerugian hanya berdasarkan variabel yang ada. Keempat, seandainya ketiga kriteria dari etika utilitarianisme saling bertentangan, ada kesulitan cukup besar untuk menentukan prioritas diantara ketiganya. Kelima, Utilitarianisme membenarkan hak kelompok minoritas tertentu dikorbankan demi kepentingan mayoritas.
DAFTAR PUSTAKA
Adhi Nugroho, Mahendra (2016). Konsep Teori dan Tinjauan Kasus Etika Bisnis. Jurnal Economia, Vol.8, No.1, hlm.25
Suseno, 13 Tokoh Etika Sejak Zaman Yunani Sampai Abad ke-19, 178-9.
Widi Astuti, Budhi. Multi Ethical Problems Dalam Bisnis Multi Level Marketing, Jurnal Cakrawala ISSN 1693 6248, hlm.306-307
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemasaran_berjenjang
Ikuti tulisan menarik aminatuz zuhriya lainnya di sini.