x

Iklan

Ria Meivina

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Same Place, Same Story

Sebuah tulisan yang bukan berasal dari hati, tetapi jemari ku yang berbicara ketika hati telah tiada.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Aku tidak pernah ingat hari pertama kita bertemu dan pertama kali kita bertemu, karena aku tidak pernah berpikir bahwa kamu akan menjadi sesuatu yang penting untuk ku. Dekat dengan mu, berbincang dengan mu atau hanya sekedar mengucap sapa kepada mu pun tidak pernah aku lakukan.

Detik berganti menit, hari berganti minggu, dan bulan berganti tahun tetap kamu tidak pernah terlintas dipikiran ku, sedikitpun. Lucunya, entah bagaimana caranya aku menjadi dekat dengan sahabat mu dan kita tetap tidak dekat sama sekali bahkan terlihat seperti manusia yang tidak kenal satu sama lain. Ketika kedekatan ku dengan sahabat mu berlanjut kita tetap tidak pernah berbincang atau sekedar duduk bersama.

Semua terjadi sebagaimana mestinya, tanpa harus direncanakan dan diatur. Aku sibuk dengan ku dan kamu sibuk dengan mu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tapi aku sangat bersyukur karena pada saat itu aku sedang sibuk menata kehidupan ku kembali. Kamu pasti tau sebabnya, karena aku baru saja ditinggalkan oleh seseorang yang sangat berharga dalam hidup ku dan kamu pun sedang berusaha mencari kebahagiaanmu.

Kesibukan yang masing – masing  kita miliki membuat ku senang karena kehidupan ku tidak akan terganggu oleh apapun dan aku bisa fokus untuk menata dan mengatur kehidupan ku kembali.

Aku ingin bercerita sedikit tentang keadaan ku sebelum kamu berubah menjadi bagian terpenting dalam hidup ku.

Keadaan ku sangat lah jauh dari bahagia tetapi dengan suasana dan tempat yang baru aku sangat yakin bahwa akan ada bahagia ku yang baru. Aku menjadi pribadi yang lebih diam walaupun hanya pada awalnya. Aku melakukannya secara perlahan, aku menunggu sampai ada seseorang yang memulai dan saatnya aku siap. Sampai akhirnya, dia, seseorang yang tidak pernah terlintas dibenak ku akan menjadi teman baru pertama ku melakukan suatu pergerakan. Awalnya aku tidak nyaman karena aku belum siap tetapi hati ku mengatakan jika terlalu lama aku merasa tidak siap aku akan selalu merasa tidak siap selamanya.

Semua jalan perlahan diluar keinginan ku dan aku sangat bahagia. Tembok dan pembantas yang sedang ku bangun perlahan mulai tersusun rapih dan menjaga apa yang semestinya terjaga.

Tetapi semuanya terhanti ketika kamu datang dan aku membiarkan kamu masuk.

Entah bagaimana tiba – tiba kamu akan masuk kedalam kehidupanku tanpa aku atau kamu berusaha. Jujur, pada saat itu mungkin perasaanku lebih dari kaget dan tidak percaya bagaimana bisa semua ini akan terjadi tetapi aku berusaha untuk berpikir mungkin dengan bersama kamu aku akan bisa mendapatkan bahagia yang lebih.

Pada awalnya semua berjalan sesuai rencana dan ya aku merencakan semuanya karena aku ingin mempertahankan keadaan ku yang sudah mulai membaik. Tidak ada halangan pada saat semuanya dimulai, aku tidak merasakan bahagia dan aku sangat bersyukur.

Tetapi aku merasa kamu berusaha untuk menjadi lebih dekat dengan ku dengan memberikan perhatian yang selama ini tidak aku dapat dari siapapun dan seluruh cerita mu yang membuat ku tertarik. Sampai akhirnya aku berpikir mungkin dengan menjadi dekat dengan mu akan menyempurnakan keadaan ku dan akhirnya aku pun juga melakukan usaha untuk mempertahankan mu. Semua terjadi jauh dari apa yang aku perkirakan, kamu menjadi sangat penting untuk ku dan disisi lain kamu membuat ku jauh dari orang lain tetapi aku tidak pernah menyesal karena kamu sangat berarti bagiku. Hari – hari ku dipenuhi oleh bahagia mu yang dengan sangat mudah berubah menjadi bahagiaku.

Tetapi mungkin aku salah akan segala hal tentang kamu. Kamu yang peduli dengan ku, kamu yang berkorban untuk ku, dan kamu yang akan selalu berada disisiku. Semua tembok dan pembatas yang telah kamu hancurkan menjadi penyempurna akan kematian diriku.

Tiba – tiba saja kamu membuat suatu kesalahan yang membuat aku layak untuk marah kepada mu. Aku menjauh dari mu pada saat itu walaupun rasanya seperti menyayat nadiku sendiri ketika aku hanya melihat kemurungan mu dan kesedihan mu setiap harinya. Sampai pada saatnya kamu berbicara kepada ku, kamu katakan segala alasan dan penyesalan mu, kamu sampaikan kesedihanmu ketika kamu jauh dariku, dan kamu gambarkan dengan sempurna bagaimana keadaanmu ketika aku tidak peduli denganmu.

Lalu aku memberikan mu kesempatan tanpa memikirkannya, karena hatiku yang memaksa untuk kembali padamu lagi.

Semua kembali seperti semula. Kamu menyapa ku, kita berbincang lagi, kamu menghiburku ketika banyak sekali pacuan untuk membuat ku marah, senyum mu kembali menjadi milikku dan kamu kembali menjadi alasan dibalik semua cerita bahagiaku.

Entah mengapa semua terasa sangat cepat. Kamu berubah tanpa aku tau penyebabnya. Kamu menolak segala ajakan ku tetapi kamu masih memberikan reaksi atas semua perhatianku. Jika kamu memaksa aku untuk mengerti pada saat itu mungkin aku akan bekerja lebih keras dibandingkan seluruh orang tua di dunia ini, tetapi kamu  tidak memberikan sebuah alasan atau sedikit penyebab yang dapat aku pikirkan atau ku ketahui.

Semua hilang, kamu membuat ku seakan aku tersesat ditempat yang aku kuasai semua informasinya. Ketika aku berusaha untuk menarik mu, kamu mendorong ku sangat jauh sampai akhirnya aku tidak bisa merasakan kekuatan yang berasal dari tangan mu yang dulu selalu membuat ku ingin terus menggenggamnya dan menjadi pondasi yang kokoh untuk semua kekhawatiranku.

Aku lebih dari hancur pada saat itu. Kamu membunuh ku tanpa kamu berusaha sedikitpun. Kamu menyakiti ku tanpa kamu menggoreskan pisau kepada kulit atau bahkan hatiku. Karena aku tau penyebab semua ini, kehancurkanku, adalah aku. Aku sebagai tersangka tunggal yang telah memilih mu untuk menjadi satu – satunya penguasa dalam hidupku.

Kamu pergi, sebelum aku berani untuk meminta kamu tetap tinggal bersama ku.

aku merasakan kehilangan kamu, sebelum aku merasakan pantas untuk memiliki mu.

dan semua kembali seperti semula, di tempat yang sama dan dengan cerita yang sama, kita kembali tidak bertukar kata.

Ikuti tulisan menarik Ria Meivina lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler