x

Iklan

aisyah azis

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tujuan Hidup Berdasarkan Prinsip Ekonomi Islam

Konsep Ekonomi Islam dan dasar - dasar Ekonomi Islam

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

            Pada dasarnya tujuan setiap manusia adalah untuk mencapai kesejahteraan, meskipun manusi memaknai ‘kesejahteraan’ dengan perspektif yang berbeda- beda.  Ada yang menganggap pentingnya sejahtera di dunia saja dan ada yang mengaggap pentingnya sejahtera di akhirat saja, serta ada yang mengaggap penting keduanya. Sedangkan dalam sudut pandang ekonomi kesejahteraan yang dimaksud adalah  kesejahteraan sebagai kesejahteraan material duniawi.

            Dalam sudut pandang islam, memaknai ‘kesejahteraan’ dengan istilah falah yang berarti kesejahteraan holistik dan seimbang antar dimensi material dan spiritual, individual- social dan kesejahteraan di kehidupan duniawi dan di akhirat. seperti yang terdapat dalam Al qur’an suroh al qoshos ayat 77 yang artinya “dan carilah pada apa yang telah Allah anugerahkan kepada mu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagian mu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada mu”.(Al qoshos : 77)

 Untuk kehidupan dunia, falah mencakup tiga pengertian, yaitu kelangsungan hidup, kebebasan berkeinginan, serta kekuatan dan kehormatan. Sedangkan untuk kehidupan akhirat, falah mencakup pengertian kelangsungan hidup yang abadi, kesejahteraan abadi, kemuliaan abadi, dan pengetahuan abadi ( bebas dari segala kebodohan).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 sejahtera dunia di artikan sebagai segala sesuatu yang memberikan kenikmatan hidup indrawi, baik fisik, intelektual, biologis maupun material. Dapat dikatakan bahwa, sejahtera dunia adalah terpenuhinya segala kebutuhan yang menyangkut kehidupan di dunia. Sedangkan kesejahteraan akhirat di artikan sebagai kenikmatan yang akan diperoleh setelah kematian manusia. Perilaku manusia di yakini akan berpengaruh terhadap kesejahteraan di akhirat kelak, karena sifat ataupun sikap yang kita lakukan didunia akan mencerminkan bagaimana kehidupan kita kelak di akhirat nanti. Semua yang kita lakukan di dunia akan mendapatkan balasan sesuai dengan perbuatan kita di dunia.

 Dalam upaya mewujudkan kesejahteraan manusia menghadapi kendala pokok yaitu, kurangnya sumber daya yang bisa digunakan untuk mewujudkan kebutuhan manusia, karena kebutuhan manusia yang terbatas akan tetapi kebutuhan dan keinginan manusia yang cenderung tidak terbatas. Akan tetapi  Allah telah menciptakan alam semesta ini dengan sumber daya yang memadai untuk mencukupi kebutuhan manusia. Namun, dengan adanya ketidakmerataan distribusi sumber daya dan dengan berbagai keterbatasan manuisa, serta munculnya konflik antar tujuan duniawi dan ukhrowi, hal inilah yang menyebabkan hal  tersebut menjadi pokok permasalahan.

Falah dapat terwujud apabila terpenuhi kebutuhan- kebutuhan hidup manusia secara seimbang sehingga tercipta maslahah. Falah berasal dari bahasa arab dari kata kerja aflaha- yuflihu yang berarti kesuksesan, kemuliaan dan kemenangan. Sedangkan maslahah adalah segala bentuk keadaan, baik material ataupun non material, yang mamapu meningkatkan kedudukan manusia sebagi makhluk yang paling mulia. Istilah falah menurut islam diambil dari kata- kata al qur’an, yang sering dimaknai sebagai keberuntungan jangka panjang, dunia dan akhirat, sehingga tidak hanya memandang aspek material namun justru lebih ditekankan pada aspek spiritual. Maslahah dasar bagi kehidupan manusia terdiri dari lima hal, yaitu agama (dien), jiwa (nafs), intelektual (‘aql), keturunan (nasl), harta (maal).

Namun, Terdapat tiga aspek utama yang harus diselesaikan oleh ekonomi agar falah tercapai yaitu

  1. Masyarakat harus tau dan memutuskan , komoditas apa yang di butuhkan, dalam jumlah berapa, kapan diperlukan, sehingga maslahah dapat terwujud. Pada dasarnya sumber daya dapat digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia, jadi terdapat beberapa pilihan agar sumber daya dapat dimanfaatkan sebaik- baiknya agar falah dan maslahah benar- benar dicapai.
  2. Produksi, bagaiman output yang dihasilkan dapat memberikan kemaslahatan bagi bagi orang banyak.
  3. Distribusi, bagaimana sumber daya dan output didistribusikan agar setiap individu mendapatkan maslahah yang maksimal.

 

             Falah mencakup aspek yang lengkap dan menyeluruh bagi kehidupan manusia. Aspek ini secara pokok meliputi spiritulitas dan moralitas, ekonomi, social dan budaya, serta politik. Misalnya, untuk memperoleh suatu kelangsungan hidup, maka dalam aspek mikro manusia membutuhkan : (a). pemenuhan kebutuhan seperti kesehatan , (b). faktor ekonomis seperti, memiliki sarana kehidupan. Dan (c). faktor social, misalnya adanya persaudaraan dan hubungan pertemanan yang harmonis. Dalam aspek makro, kesejahteraan menuntut adanya manajemen lingkungan hidup, dan kerja sama antar anggota masyarakat. Faktor- faktor tersebut akan lengkap jika manusia juga terbebas dari kemiskinan serta memiliki kekuatan dan kehormatan.

              Akhirat merupakan kehidpan yang diyakini nyata- nyata ada dan akan terjadi, memiliki nilai kuantitas dan kualitas yang lebih berharga dari pada kehidupan dunia. Karena itulah kehidupan akhirat akan diutamkan manusia dihadapkan pada kondisi harus memilih antara kebahagiaan akhirat dan kehidupan dunia. Meskipun demikian, falah mengandung makna kondisi maksimum dalam kehidupan kebahagiaan di dunia dan akhirat. dalam praktik kehidupan di dunia, kehidupan di akhirat tidak dapat di observasi, namun perilaku manusia di dunia akan berpengaruh terhadap kehidupan dan kebahagiaan di akhirat.

            Imam Ghazali mengatakan bahwa tujuan utama syariah adalah memelihara kesejahteraan manusia yang mencakup perlindungan keimanan, kehidupan, akal , keturunan dan harta mereka ( ad dien, an nafs, al aql, anashl, al maal). Segala hal yanga menjamin terlindungnya lima perkara ini adalah maslahat bagi manusia, jika di cermati, maka terlihat adanya dua hal yang menjadi tuntutan islam dalam kehidupan di dunia yaitu : menjaga hubungan dua arah, arah vertical, dan arah orizontal. Arah vertical adalah hubungan dengan Allah SWT ( hablum minallah) dan  arah horizontal dengan sesama manusia ( hablum min annas). Hubungan vertikal dengan Allah akan menjadi semacam mekanisme yang yang dapat mengendalikan perilaku manusia dalam menjalin hubungan horizontal dengan sesama manusia.

 

Daftar pustaka

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam. 2008. Ekonomi Islam. Jakarta. PT Rajagrafindo Persada.

Jusmaliani, dkk. 2005.  Kebijakan Ekonomi dalam Islam. Yogyakarta. Kreasi Wacana

Izzan, Ahmad. Syahri tanjung. 2006. Referensi Ekonomi Syariah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

 

Ikuti tulisan menarik aisyah azis lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler