x

Iklan

Resti Siti Saleha

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Siapkan Bambu Runcing untuk Membela Petani yang Dijajah

Liberalisasi pangan telah mencabik-cabik kesejahteraan petani yang dibayar dengan rupiah yang rendah,

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tiada yang lebih agung dari kesejahteraan bagi seorang petani, digemburnya tanah merah itu dengan harapan dapat mengepulkan dapurnya meskipun penuh keringat di bawah matahari yang terik. Namun sekarang kesejahteraan mereka tengah dijajah, akankah kita siapkan bambu runcing itu lagi?

Petani ada di mana-mana, mereka dapat memproduksi bahan pangan lengkap untuk memenuhi kebutuhan khalayak masyarakat. Namun, impor bahan pangan mengalahkan dan menyeret produk negeri sendiri ke ambang batas terendah. Petani kita sedang dijajah, diperas keringatnya dan dibuang hasil jerih payahnya, lalu kalah.  

Apakah ini hasil dari gegabahnya pemerintah meliberalisasikan bahan pangan? Bagai nasi telah menjadi bubur, apa yang seharusnya Indonesia lakukan? 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Perdagangan bebas yang telah menyentuh sendi-sendi kehidupan bangsa mengalir hingga pelosok tanpa melihat siapa-siapa. Kerja sama antar negara yang bertujuan untuk menyatukan dan mengeratkan telah berbelok ke arah yang salah, perdagangan bebas tidak terkontrol dan mengalami penyebaran bagai kanker yang berada pada stadium akhir. Negeri dan bangsa kita sedang dirusak tanpa memiliki pertahanan.  

Bea dan cukai ditarif serendah-rendahnya di angka 0-5 % saja. Maka, produk impor menjamur dan lebih disenangi untuk dimiliki. Harga yang murah dan kualitas yang tinggi telah mengalihkan fokus masyarakat untuk lebih memilih produk impor dibandingkan lokal. Maka, inilah penjajahan yang sesungguhnya, yakni ketika bangsa negari sendiri tidak menyadari tengah ikut-ikutan menjajah saudara setanah airnya yang bekerja sebagai petani. 

Untuk terbebas dari malapetaka liberalisasi pangan yang merenggut hak petani, semua orang yang mengaku lahir di tanah bumi pertiwi tanpa terkecuali perlu mengetahui bahwa perdagangan bebas tidak selayaknya masuk hingga bahan-bahan dapur. Mari pahami bersama bahwa akibat dari pembelian produk pangan impor telah melemahkan perekonomian bangsa, merenggut mata pencaharian petani, meremehkan karya pangan negeri yang tumbuh di tempat kelahiran sendiri. Jangan biarkan Indonesia menjadi negara darurat rasa peduli dengan membiarkan penjajahan berlangsung pada para petani.

Masyarakat dan pemerintah harus bersatu, buktikan bahwa pangan Indonesia dapat menjadi kebanggaan nomor satu negeri, menjadi benar-benar berdaulat dan berkeadilan. Selain itu, para petani juga harus membuktikan bahwa kualitas pangan Indonesia dapat sejajar bahkan lebih dengan kualitas pangan impor melalui perbaikan terus-menerus dan mengembangkan formula dalam pembibitan, penumbuhan, dan pemanenan. Sehingga petani layak diperjuangkan habis-habisan.

Saatnya masyarakat melek dengan konsekuensi, bukan hanya menjadi sekadar mengonsumsi tanpa tahu dampak buruk dari pembelian barang-barang impor yang merenggut kesejahteraan petani dengan beralih membeli produk-produk lokal yang tak kalah eksistensi. Peralihan daya jual masyarakat tersebut perlu difasilitasi oleh pemerintah dengan mendesak perdagangan bebas agar lebih manusiawi, batalkan perjanjian yang merugikan negeri sendiri, lawan jika desakan semakin tak kenal batasan. Jika petani terus-terusan menjadi korban, pemerintah dan masyarakat perlu ambil tindakan, mari siapkan bambu runcing, buktikan bahwa Indonesia bisa melawan.                

 

Sumber:

http://igj.or.id/wp-content/uploads/2017/10/bookletpanduanwtodanfta-140321084917-phpapp02.pdf

Gambar:https://www.merdeka.com/peristiwa/nu-dorong-jokowi-wujudkan-tanah-gratis-untuk-petani-miskin.html

Ikuti tulisan menarik Resti Siti Saleha lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler