x

Iklan

Andik Setyawan (PB)

Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Jember
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menulislah untuk Keabadian

Literasi, Minat Baca dan Bangsa Indonesia

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

            Literasi-Menulis menjadi pekerjaan berat bagi kebanyakan orang, karena membubuhkan kosakata yang berada di fikiran ke dalam sebuah tulisan butuh kreativitas. Sedangkan kreativitas itu ditunjang oleh beberapa hal diantaranya adalah bakat, data/referensi, latihan. Sering kita dengan alibi seseorang yang tidak mau menulis dengan alasan tidak mempunyai bakat menulis. Saya ingin menjawab, bahwa mungkin di dalam ilmu biologi ada istilah gen turunan yang memungkinkan suatu keahlian orang tua akan diwariskan secara biologis kepada keturunannya. Dalam buku PSIKOLOGI karya Carlos Wade dan Carol Tavis menungkapkan bahwa ada kemungkinan bakat atau sifat orang tua itu diwariskan kepada anaknya, namun hal tersebut akan pudar dan lebih dominan akan terbentuk sifat sesuai dengan lingkungan tempat seseorang berada. Sehingga bagi saya, bakat sebenarnya tidak begitu signifikan dalam menentukan keahlian seseorang terhadap suatu pekerjaan. Termasuk di dalam menulis.

       Setelah kita menyadari bahwa aktivitas menulis adalah bukan semata dapat dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai bakat saja, ada kesulitan lain yang kerap dihadapi yaitu bagaimana untuk mulai, tidak punya panduan dan kurangnya referensi kosakata. Pada era dengan akses informasi yang demikian luas dan cepat, seharusnya alasan ini tidak dapat lagi dipakai, karena ribuan postingan di Internet layak untuk kita akses sebagai bahan belajar, bahkan jika ingin mencari tau spesifik tulisan tentang kiat menulis sekali klik jutaan link akan terhampar baik link blog, website maupun chanel video.

      Agar pembaca lebih tertarik lagi untuk membaca tulisan ini sampai selesai, saya ingin memberikan wejangan-wejangan beberapa tokoh yang menekankan tentang pentingnya aktivitas menulis ini. Yang paling viral adalah wejangan punya Pramoerdya Ananta Toer, bahwa “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”. Kemudian Imam Ghozali juga berpesan bahwa “Jika kamu bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah”. Terahir Adelays juga menuturkan “Tulislah ! Maka dunia akan mengenalmu melampaui masa hidupmu”.

      Saya sedang tidak ingin berdialegtika dan mendiskusikan berkenaan dengan tafsir daripada wejangan-wejangan diatas. Sekedar ingin mengajak para pembaca sekalian untuk merenungkan benarkah?? Penting tidak sih? Jawabnya tentu relative antara saya dengan pembaca, maupun pembaca dengan pembaca lainnya. Aktivitas yang menjadi bagian dari budaya literasi ini kian tidak digemari oleh para masyarakat Indonesia, menilik data World's Most Literate Nations, yang disusun oleh Central Connecticut State University tahun 2016, peringkat literasi kita berada di posisi kedua terbawah dari 61 negara yang diteliti! Indonesia hanya lebih baik dari Bostwana, negara di kawasan selatan Afrika. kalau boleh kita analogikan dengan populasi satwa, Itu menunjukkan bahwa sejatinya budaya literasi di negeri ini hampir punah. Sehingga penting untuk kita lestarikan bersama-sama. Kemudian saya tidak ingin memperlebar bahasan tentang pentingnya literasi untuk berbagai lainnya, silahkan membaca mencari dari sumber lain di buku maupun internet yang jumlah penggunanya di Indonesia mencapai 88,1 juta pada 2014. Pasti banyak sekali.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

        Agar tidak merupa seruan yang konsepsional, sedikit saya akan membagikan bagaimana untuk dapat berkontribusi melestarikan budaya literasi di negeri ini. Berdasar pengalaman, yang paling penting untuk dapat memproduksi suatu tulisan adalah mulailah dengan membaca. Banyak membaca akan menambah koleksi kosakata didalam ingatan kita, kita dapat membaca dari sumber manapun baik internet maupun di buku. Saya utamakan untuk membaca buku, bukan karena apa tapi kalau merujuk dari data CNN Indonesia tercatat ada 800 ribu situs hoax di Indonesia, ini berbahaya karena apa yang belum tentu jelas kebenarannya menjadi pedoman pembaca sekalian manakalah referensi tulisannya juga bersumber dari internet. Berdasarkan pengalaman pribadi, yang termuat di buku cenderung apik baik dari segi subtansi maupun redaksional. Karena seperti kita tahu, sebelum diterbitkan buku melalui beberapa tahapan editing agar layak untuk dipublikasi. Sedangkan internet kecenderungannya adalah merupa opini dengan data yang kurang valid, bahkan HOAX. Membaca buku akan dapat membuat kerangka pikir kita lebih luas dan tidak mudah termakan oleh tulisan-tulisan HOAX. Membaca juga akan membuat kita mendapatkan data baru, dan yang lebih penting Robet Kyosaki menyampaikan bahwa hasil membaca, dapat merubah sifat dan sikap seseorang. Pilihlah buku-buku baik yang dapat mendorong para pembaca sekalian untuk juga ikut menjadi baik. Kaitannya dengan tulisan, menulis dan membaca sebenarnya berhungan timbal balik dan saling membutuhkan. Orang membaca untuk menulis dan orang menulis untuk menguatkan apa yang telah dibacanya. Meskipun tidak semuanya untuk tujuan itu.

         Kemudian di dalam menulis, hal penting lainnya adalah memberbanyak data, baik berupa data angka-angka, gambar, tulisan maupun yang lainnya. Data yang paling penting di dalam tulisan adalah teori dan angka, gambar juga penting sebenarnya, tapi membutuhkan banyak tempat. Sehingga jarang dipakai kecuali untuk tulisan di koran/media cetak. Lagi-lagi yang paling baik untuk memenuhi storage di dalam fikiran kita adalah dengan membaca. Beberapa hari yang lalu seorang dokter spesialis syaraf yang memberikan kajian di sebuah lembaga penelitian memberikan ilustrasi otak berkaitan dengan otak manusia. Jadi begini, yang aktivitasnya banyak digunakan untuk membaca buku kerutan di otaknya cenderung banyak banyak sedangkan yang lebih banyak aktivitasnya digunakan untuk menonton TV, jumlah kerutannya sedikit. Beliau menjelaskan, kerutan itu merupakan data-data yang tersimpan di dalam otak manusia.

            Kondisi itulah yang akan terjadi. Namun tidak demikian gampang di dalam realisasinya, sering membaca juga tidak menjamin seseorang akan bisa menghafal, atau memahami dalam waktu yang lama sesuatu yang diperolehnya dari hasil membaca. Berdasarkan pengalaman pribadi penulis, seringkali pada saat ditimpali dengan pengetahuan atau ingatan baru hal tersebut akan menghilang dan terlupakan. Salah satu jalan yang bisa digunakan untuk mengingat data tersebut dalam waktu lama adalah dengan menuliskannya, baik itu dituliskan dalam bentuk poin, maupun dalam bentuk narasi.

           Bubuhkanlah dalam bentuk tulisan data yang kita punya tadi, hal tersebut berguna untuk memperkuat ingatan kita. Selain itu juga untuk memberikan informasi kepada orang lain dan kalau merujuk kalimat Pramoedya agar kita tidak hilang dalam sejarah.

           Tulisan ini saya buat, sebenarnya yang pertama adalah untuk mencurahkan kegelisahan tentang alotnya memulai menulis kembali. Bagi saya yang sudah beberapa kali membuat tulisan saja alot untuk kembali menulis, setelah dalam tempo yang cukup lama tidak menulis. Apalagi teman-teman yang belum pernah sama sekali, nah hal ini saya jadikan sebagai informasi bahwa sangat penting bagi para pembaca untuk menjadi productive dan kontinu di dalam membuat tulisan. Hal tersebut untuk merawat kemampuan menulis kita, karena seperti bakat tadi. Se-ahli apapun seseorang dalam satu bidang, kalau tidak dilatih akan hilang bakat tersebut. Kemudian yang kedua adalah mengajak para pembaca sekaligus memberikan gambaran tentang bagaimana untuk memulai menulis, sedikit berbagi tips bagaimana untuk memulai, evaluasi tentang pentingnya merawat kemampuan menulis dan terpenting adalah menyerukan bekerja bersama untuk keabadian !

Ikuti tulisan menarik Andik Setyawan (PB) lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler