Miris, Puan Maharani Sampai Marah karena Kasus Ini

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

puan maharani merasa miris dengan hal ini

Hutan, rupanya tidak hanya persoalan alam. Ia sudah bergeser menjadi urusan kemanusiaan. Ia menjadi tempat hidup sebagian rakyat untuk mencari makan, dan merusaknya akan mengakibatkan masalah kemanusiaan. Ketika terjadi kebakaran hutan, misalnya, berapa juta orang yang terganggu dengan asapnya? Berapa banyak manusia yang menderita penyakit dikarenakannya? Tak termasuk kerugian negara dan harga diri bangsa yang “tercemar” ketika asap kebakaran menyebar kemana-mana; ke negeri tetangga.

Banyaknya illegal loging membuat hutan rusak sedemikian rupa. Ekosistem yang ada menjadi berantakan. Flora menjadi tak berupa, sementara faunanya melakukan migrasi ke berbagai tempat, termasuk kawasan yang dihuni manusia. Kita sering mendengar bagaimana kera “menyerbu” pemukiman warga. Hutan yang rusak akan menyebabkan mudahnya banjir dan longsor karena serapan terhadap air sangat minim. Eksploitasi yang berlebihan akan menyebabkan ledakan penyakit akibat perubahan ekologis. Lagi-lagi, apa yang terjadi pada hutan akan mengakibatkan masalah kemanusiaan.

Inilah yang menjadi kekhawatiran Puan Maharani sebagai Menko PMK, yang menjadikan pertimbangan kemanusian dalam menilik persoalan hutan. Puan Maharani merasa miris terhadap nasib Taman Nasional Lorentz di Papua Barat dan Taman Nasional Tropical Rainforest Heritage Sumatera (TRHS), yang keduanya masuk dalam endangered list.

Sehingga untuk menyelesaikan atau meminimalisasi permasalahan yang berkaitan dengan hutan, maka adanya revolusi mental dalam konteks lingkungan hidup perlu digalakkan, yaitu meningkatkan kapasitas masyarakat untuk lebih peduli pada isu kebersihan dan lingkungan hidup, termasuk peningkatan kapasitas untuk melakukan mitigasi bencana.

Pentingnya revolusi mental sebagai sebuah gerakan, bisa dilaksanakan dengan –salah satunya- gotong royong untuk bersama-sama menjaga hutan, tidak bisa dipungkiri sebagai bagian penting untuk merawat dan menjaga kekayaan alam Indonesia.

Meski masih konseptual, tapi gagasan dan pendangan Puan Maharani tentang revolusi mental dalam konteks untuk menyelesaikan masalah hutan di Indonesia merupakan ide dan kerja cerdas. Artinya, revolusi mental harus dijadikan sebagai acuan dalam mengawal permasalahan hutan sehingga tidak terjadi berulang kali. Revolusi mental akan memberikan dorongan secara psikologis sebagai sebuah gerakan untuk bersama-sama dan bergotong royong menjaga hutan, dan kekayaan alam lainnya.

Konsentrasi pemikiran inilah yang digalakkan oleh Puan Maharani melalui kerja produktif karena menyadari, bahwa persoalan hutan bukan hanya sebatas persoalan alam saja, tapi juga bergeser menjadi persoalan kemanusiaan.

Begitulah cara pandang cerdas Puan Maharani tentang hut

Bagikan Artikel Ini
img-content
Samsul Khairuman

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler