Manusia Terancam Mesin Cerdas?
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBManusia harus berperan di tataran imajinasi, analisis kreatif, dan pemikiran strategis.
“The human mind is subtle and extraordinary. You cannot tell a robot to be creative.”
Akankah mesin-mesin cerdas menggusur manusia dan menggantikan perannya di berbagai lapangan kehidupan? Sebagian visioner mengungkapkan kecemasan mereka tentang kemungkinan bahwa hal itu terjadi. Di pabrik-pabrik, sudah banyak tenaga kerja manusia dilepas dan digantikan perannya oleh robot. Mesin bekerja dengan tingkat presisi yang tinggi: memeriksa kualitas produk, mendeteksi kegagalan, maupun mengurangi volume limbah sehingga efisien dalam pemakaian material.
Otomatisasi sudah lama berjalan dan peran manusia berangsur-angsur berkurang. Pekerjaan akuntansi pun mulai dikerjakan oleh peranti lunak—di kafe dan restoran, pesanan hidangan langsung tercatat dalam jurnal harian dan kemudian direkapitulasi dalam sekejap. Dalam hitungan menit, manajer operasional dapat membaca makanan dan minuman apa saja yang terjual, berapa nilai penjualan hari itu, apa saja stok bahan makanan yang masih tersisa di dapur.
Begitu mencemaskankah nasib manusia di masa dekat? Elon Musk, yang mendapat julukan ‘space and automotive titan’, mengingatkan bahwa mesin-mesin merupakan ancaman eksistensial terbesar bagi manusia. Mendiang Stephen Hawking juga menyampaikan peringatan serupa bahwa manusia terancam oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence).
Ancaman mesin terhadap manusia bukan sekedar menggantikan tugas-tugas rumit di pabrik, menghitung nilai penjualan dan stok bahan di restoran, atau mengangkat barang-barang berat. Ancaman itu mengarah kepada eksistensi manusia—jika banyak hal dikerjakan oleh mesin dan robot cerdas, lantas apa peran manusia dalam kehidupannya sendiri? Lihatlah, bahkan untuk memilih buku atau film yang layak ditonton sekalipun, algoritma sudah memilihkannya untuk manusia. Situs amazon.com akan menunjukkan produk apa yang mungkin Anda inginkan setelah algoritma tersembunyinya menganalisi perilaku Anda selama berada di situs ini—melihat-lihat produk apa, membeli apa.
Adopsi teknologi baru ke dalam organisasi (perusahaan) memang menimbulkan persoalan tersendiri. Di satu sisi, manusia mencari cara yang tepat untuk mengintegrasikan teknologi baru itu ke dalam aliran kerja yang sudah berjalan. Bagaimana caranya agar tidak timbul gejolak? Di sisi lain, masuknya teknologi baru juga menimbulkan persoalan emosional pada manusia yang sudah lebih dulu bekerja di organisasi itu. Barangkali, ada sejenis perasaan bahwa teknologi baru itu ‘musuh’ yang akan mengambil alih pekerjaan saya. Ketidakmampuan organisasi mengatasi masalah ini akan membuat pekerja merasa gelisah.
Jika kita telusuri bagaimana ancaman mesin itu dapat muncul, tak lain karena kita (manusia) telah menempatkan diri pada tataran taktis, sebagai alat produksi seperti halnya mesin itu sendiri. Apa yang kita lupakan ialah manusia seharusnya berperan pada tataran strategis, sedangkan di tataran taktis biarlah mesin-mesin bekerja. Semakin teknis pekerjaan, biarlah mesin yang mengerjakannya.
Telaah McKinsey menunjukkan bahwa jenis pekerjaan yang paling adaptif terhadap otomasi adalah pekerjaan yang bersifat teknis. Karena itu, ketika mesin cenderung menjadi aplikasi teknis, manusia harus mengambil peran yang lebih strategis. Manusia harus mengambil peran yang menuntut derajat imajinasi yang tinggi, kemampuan analisis yang lebih kreatif, maupun tataran pemikiran strategis yang kian sukar diotomatisasi.
Pada akhirnya, teknologi harus diletakkan pada porsi yang semestinya, yakni sebagai alat atau peranti. Manusialah yang menentukan bagaimana ia memakai teknologi itu dengan cara terbaik. Bukanlah robot dan komputer yang membuatmu menganggur, melainkan orang-orang di jajaran manajemen perusahaanlah yang melakukannya, sebab merekalah yang menentukan apa peran robot dan komputer dan apa peran Anda dalam perusahaan. (sumber foto ilustrasi: akuaroworld) **
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Pemimpin Ghosting, Jadi Teringat Lagunya Dewa
Rabu, 4 September 2024 11:28 WIBAda Konflik Kepentingan di Klab Para Presiden
Kamis, 9 Mei 2024 12:38 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler