x

Iklan

Muara Alatas

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

M. Hatta: Riwayat dan LDR Zaman Pergerakan

Hatta dikagumi oleh kebanyakan orang karena menjadi 'pengisi kekurangan' dari Bung Karno. Namun bagaimana ceritanya bila keduanya terpisah secara harfiah ?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

      Cara terbaik Hindia Belanda untuk menghentikan perlawanan adalah mensabotase setiap koneksi antar pemberontak yang sekarang kita kenal sebagian besar sebagai Pahlawan Nasional. Mereka membatasi setiap bentuk-bentuk komunikasi yang dinilai memiliki unsur kebencian terhadap negara, dan cara pembatasannya bisa dengan proses sensor pada media komunikasi hingga penahanan alat komunikasi atau pembredelan penerbitan media. Ini memang banyak dirasakan oleh berbagai media yang disinyalir berseberangan dengan kebijakan dan kekuasaan Orba dan dipraktekkan juga dahulu oleh Pemerintahan Hindia Belanda agar kebijakan politik etis mereka tidak menjadi kacau akibat keringanan terhadap hak-hak warga nusantara saat itu.

          Mohammad Hatta adalah orang yang bisa dibilang sering lolos dalam proses komunikasi dengan Soekarno, baik itu lewat media cetak maupun surat menyurat. Hal itu karena pergerakan Hatta tidaklah terlalu garang ketimbang Soekarno dan PNI-nya yang begitu berapi-api hingga Soekarno ditahan di Bandung. Agar koneksinya dengan Hatta di Belanda berjalan lancar, seringkali bung Karno menyurati Hatta menggunakan nama samaran, dan nama samarannya adalah Pak Rachmin.

     Hatta yang memang bergerak memperjuangkan hak-hak merdeka para warga nusantara di Belanda mendirikan Perhimpunan Indonesia (PI), namun ia terkesan dengan figur seorang Soekarno. Orator ulung nan berbakat menjadi julukan yang lekat dalam ingatan Hatta jika berbicara tentang PNI dan Soekarno. Kabar-kabar tentang Soekarno pun sering ia dapat dari koran-koran di Belanda, kabar dari sesama anggota PI dan juga surat dari Soekarno sendiri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

     Marcel Koch, seorang anggota studi klub yang didirikan Soekarno menjadi satu dari beberapa orang yang mengetahui hubungan antara keduanya. Ia pun mengatakan bahwa mereka berdua memang benar-benar nyambung karena ketertarikan yang sama, yaitu sejarah. Soekarno selalu menggunakan fakta-fakta sejarah dan menjadikannya sebagai materi pidato, sementara Hatta memang sangat cerdas dalam bidang ini dan seringkali mengajarkan ilmu-ilmu sejarah tersebut pada anaknya yaitu Halida Nuria Hatta.

     Beberapa Anggota PNI pun menjadi saksi atas peran Hatta dalam membantu organisasi yang didirikan oleh Soekarno tersebut. Hatta berperan sebagai “Penasehat” bagi organisasi tersebut untuk memberikan saran-sarannya perilah agenda pergerakan dari PNI ini di Indonesia. Namun, caranya bukanlah langsung pada Soekarno namun langsung pada anggota PNI via surat kabar Persatuan Indonesia.

     Selain dari pergerakan dan organisasi yang baik dan terarah, peran Soekarno-Hatta juga terletak dari penegasan nama Indonesia sebagai suatu nama pengganti dari “Hindia Belanda”. Soekarno menggunakan kata “Indonesia” dalam sebuah rapat besar PNI tahun 1922 –meskipun pada akhirnya mendapat peringatan dari otoritas Hindia Belanda, karena saat itu sangat dilarang, sementara Hatta pernah menulis tulisan yang di dalamnya tersurat kata “Indonesia” yang diambil dari ucapan dua etnolog, yaitu James Richardson Logan dan Adolf Bastian.

 

     Peran mereka berdua sebelum bertemu memang seru untuk dilacak secara kronologis apalagi sangat muda dinikmati oleh yang mengerti jalan ceritanya. Ternyata, meskipun komunikasi tidak secanggih dan sebebas sekarang namun mereka tetap dapat bertukar pikiran meskipun dibayangi ancaman “pengasingan komunikasi” oleh pihak penjajah. Disini mereka mengajarkan bahwa jika kita bisa mengenal dengan baik lawan bicara kita, maka berbagai cara berkomunikasi yang digunakan akan sangat lancar dan cepat dimengerti oleh satu sama lain.

 

Untuk lebih mengenal Hatta lebih detail, saya lampirkan biodata beliau :

  • Nama Asli                   : Muhammad Athar
  • Tempat Tanggal Lahir   : Bukittinggi (Sumatera Barat), 12 Agustus 1902
  • Tempat Tanggal Wafat  : Jakarta, 14 Maret 1980
  • Pasangan                    : Siti Rahmiati
  • Anak                          : Meutia Hatta, Gemala Hatta, Halida Hatta
  • Jabatan                      : Wakil Presiden pertama Indonesia (18 Agustus 1945 – 1 Desember 1956); Perdana Menteri ke-3 (29 Januari 1948 – 5 September 1950); Menteri Pertahanan (29 Januari 1948 – 15 Juli 1948).
  • Tanggal resmi sebagai Pahlawan Nasional : 7 November 2012

 

Sumber foto : https://id.pinterest.com/pin/621074604837860719

Referensi :

1. id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Hatta
2. De Jonge, W.W. (2015). Soekarno-Hatta Bukan Proklamator Paksaan. Yogyakarta: Galang Pustaka

Ikuti tulisan menarik Muara Alatas lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler