Pendidikan dari sekolah.
Sekarang ini adalah waktu dimana masyarakat percaya bahwa pendidikan adalah kunci kesuksesan. Masyarakat percaya bahwa manusia yang mengenyam pendidikan sudah memegang kunci sukses dimasa depan, masalahnya apakah kesuksesan sudah menjamin pendidikan yang diterima oleh anak didik kita terasah di dunia yang sedang maraknya keegoisan ini? Apakah dengan menguatkan pendidikan mereka, kita sudah ikut dalam memajukan kebudayaan bangsa atau dalam wadah yang paling kecil, daerah kita?
Sekolah merupakan suatu wadah untuk mendapatkan ilmu, baik ilmu tentang pengolahan angka, pengenalan mengenai bumi, mengenal unsur-unsur atom ataupun mengenal nama latin tumbuhan.
Siswa merupakan harta berharga disekolah, biji matanya sebuah negara, dan pelopor pendidikan dimasa depan. Namun malangnya, apa yang sering kita lihat di televisi adalah tindakan asusila yang sering melibatkan siswa-guru ataupun antar siswa, sangat mengecewakan. Namun setelah kita menonton hal tersebut ada baiknya kita diam sejenak, dan mulai berpikir bukan hanya dari satu sudut pandang tapi dari sudut pandang lain. Mengapa hal itu terjadi? Mengapa ada celah bagi siswa yang masih berdaun muda mampu melakukan tindakan menyimpang? Dimana letak pendidikan yang telah ia terima?
Banyak penyebab yang mampu mendasari tindakan penyimpangan yang dilakukan oleh siswa, lingkungan merupakan jawaban terbesar dari masalah ini. Siswa merupakan robot polos yang merekam semua aktivitas sekitarnya tanpa mampu untuk menyaring hal yang baik ataupun buruk. Akibatnya tindakan menyimpang seperti yang belakangan ini populer di televisi maupun media sosial menjadi karya yang seharusnya tidak dilakukan oleh generasi kita.
Lalu bagaimana jalan keluar bagi penerus bangsa kita ini?
Guru, adalah jalan keluar yang tepat setelah keluarga melaksanakan pekerjaan rumahnya dalam melimpahkan kasih dalam diri anak dan menemani mereka untuk meraih mimpi. Hampir setengah hari siswa menghabiskan waktunya disekolah, belajar, bermain dan membangun jati diri. Guru yang katanya adalah sang pahlawan tanpa tanda jasa mampu menjadi keluarga kedua yang membentengi siswa dari pengaruh lingkungan yang buruk. Bagaimana caranya? Dengan menyadari bahwa setiap anak punya potensi masing-masing bahwa anak yang cerdas bukanlah anak yang pandai sains atau mampu menghapal seluruh nama latin tumbuhan disekolahnya. Anak yang cerdas adalah anak yang memiliki karakter. Dan guru yang berhasil adalah guru yang mampu menjadi teman bagi anak didiknya, guru yang mampu membuat si anak menceritakan kesusahannya, guru yang mampu berdiri di depan sebagai contoh sekaligus pelindung, berdiri di belakang sebagai pendukung dan berdiri disamping anak didiknya sebagai pendengar, karena pendidikan dibangun dari sekolah.
Jika kita sebagai guru, mau dan mampu membimbing anak didik kita untuk menemukan hobinya terlepas dari ketidak mampuannya menghapal unsur kimia atau ketidak mampuannya dalam menyelesaikan soal logaritma, setidaknya biji mata negara kita kita ini mampu menjadi anak didik yang berkarakter dan mempunyai pendidikan meskipun hanya sebatas membuang sampah pada tempatnya atau saling berbagi bekal untuk temannya yang kelaparan saat makan siang tanpa memandang warna kulit atau agama. Sehingga anak didik kita mampu menjauhi dan tidak menciptakan karya yang menyimpang semasa mudanya. Karena pendidikan tidak selalu tentang matematika atau ilmu fisika, perkenalkanlah pendidikan sebagai teman mereka untuk meraih mimpi dimasa depan.
Ikuti tulisan menarik risna afriani purba lainnya di sini.
