x

Iklan

Yuliana Dina

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

SBY di Pusaran Republik Ketoprak HAM

Ini republik ketroprak. Seorang diserang, sekompi dirangkul. Demi kekuasaan, sah-sah saja kata elit, tapi rakyat ya ketawa guling-guling

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tertawa saya pas baca pernyataan Agum Gumelar yang menyinggung penculikan aktivis 1997/1998 dan pemecatan Prabowo. Apalagi Agum sampai-sampai bawa nama SBY. Soalnya pernyataan politisi senior itu tidak proporsional dan tendensius.

SBY kan bukan capres, kenapa malah dia yang diserang? Agum sebenarnya mau menembak Prabowo pakai tangan SBY. Nabok nyilih tangan. Meminjam istilah anak-anak milenial, sebelum negara api menyerang, politisi pasti malu main begini. Tapi ya itu, demi merusak karakter Prabowo, Agum tidak sungkan merusak karakter SBY. Hubungan baik dibunuh demi ambisi politik.

Padahal kalau mau, Agum bisa pinjam tangan orang-orang sekubunya. Toh di kubu rival Prabowo itu ada Jenderal TNI (Purn) Subagyo HS yang sama-sama dengannya duduk sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Jokowi. Subagyo HS adalah Ketua DKP yang mengusut kasus Prabowo. Agum dan SBY jadi anggotanya saat itu. Di atas mereka ada Wiranto, Panglima ABRI/Menghamkam yang membawa rekomendasi itu ke Presiden BJ. Habibie. Nah, ketoprak banget ini!

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kocaknya, publik sudah paham kalau isu penculikan aktivis sebenarnya isu lima tahunan. Isu yang dipelihara, digoreng-goreng pas pemilu saja. Jadi, waktu Agum muncul ke permukaan, publik pun langsung ketawa: nah, satu lagi politikus tua cari panggung! Tapi ya itu dia, di negeri ketoprak bahkan politisi senior siap dicibir sejagat supaya dapat poin di mata penguasa.

Untuk SBY tidak kebawa arus. Kalem, mantan presiden itu bilang dia malu kalau harus ribut sama Agum di depan publik. Apalagi dalam kondisi Indonesia yang sedang panas-panasnya begini. Syukur deh, SBY lagi-lagi bisa kasih contoh baik.

Makanya Ketua Umum Rumah Gerakan 98, Bernard Ali Mumbang Haloho, keluar buat mainkan lagi isu ini, publik langsung tertawa guling-guling. Ada lagi yang mengejar poin di mana Jokowi. Lha, disidik saja. Isu receh ini sudah tenang, kok malah dipanas-panasi lagi.

Rumah Gerakan 98 semerbak aroma dukungan ke kubu Jokowi-Ma;ruf Amin. Rumah Gerakan 98 pernah cari poin dengan memberikan penghargaan “perawat kebangsaan” kepada 7 tokoh yang orang “pemerintahan” semua. Dua diantaranya adalah Jokowi-Ma’ruf Amin.

Apakah Jokowi-Ma’ruf Amin layak disebut tokoh “perawat kebangsaan” sangat mungkin diperdebatkan. Seperti kita bisa memperdebatkan kenapa orang-orang semacam Luhut Binsar Pandjaitan, Wiranto, AM. Hendropriyono, Muchdi Pr yang semerbak aroma terlibat peristiwa pelanggaran HAM besar malah diberi tempat istimewa di sekeliling kubu Jokowi-Ma’ruf Amin.

Ya, ini republik ketroprak. Seorang diserang, sekompi dirangkul. Demi kekuasaan, sah-sah saja kata elit, tapi rakyat ya ketawa guling-guling. Apa boleh buat!

Makanya SBY tidak mau ambil pusing dengan orang-orang yang lagi cari panggung ini.

Ikuti tulisan menarik Yuliana Dina lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler