x

Iklan

Rudi Fitrianto

Pengamat Kebijakan Publik, Politik dan Hukum
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 4 Juni 2019 00:27 WIB

Selamat Jalan Flamboyan

Kepergian Ibu Ani Yudhoyono membawa duka yang mendalam,beliau banyak meninggalkan kenangan manis bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

''Aku mencintai kehidupan seperti air yang meresap ke dalam tanah. Rasa sayangku kepada segala sesuatu yang diberikan Tuhan, hingga hari ini saripati syukurnya masih kurasakan. Aku mencintai  setiap detik yang mengalir  dalam hidupku, sejak kakiku masih berupa sepasang tungkai mungil yang berlari – lari di pematang sawah. Aku menghirup cinta yang luar biasa dari alam, keluarga, dan lingkungan seperti aku menghisap udara yang jernih. Aku melewati fase dalam hidupku seperti melodi yang berkejaran riang di atas syair indah. Tidak di satu sudut pun aku ingin berhenti dan berpikir untuk melepaskan diri. Bagiku, setiap bagian dalam kehidupan mulai dari masa kecil, masa remaja, masa pernikahan adalah masa – masa emas yang memiliki cahayanya sendiri". ( Ani Yudhoyono: Kepak Sayap Putri Prajurit Hlm. 27)

Kalimat diatas merupakan cuplikan pernyataan mediang Ani Yudhoyono di buku “Kepak Sayap Putri Prajurit”. Jika kita pahami kalimat tersebut dengan baik, maka memiliki makna yang begitu dalam dan sangat menyayat kalbu. Beliau sangat mensyukuri sekali setiap derap langkah kaki dan setiap jengkal perjalanan hidup yang telah dilalui. Dan dari kalimat tersebut beliau mengajarkan kepada kita semua untuk selalu bersyukur atas segala karunia dan nikmat dari Allah SWT, Tuhan YME.

Kristiani Herawati atau sering kerap dipanggil Ani Yudhoyono lahir di Yogyakarta 6 Juli 1952 merupakan salah satu  putri pahlawan nasional yakni Letnan Jenderal TNI (Purn). Alm.  Sarwo Edhie Wibowo dan Ibu Sunarti Sri Hadiyah. Nama Sarwo Edhie telah terukir manis dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia, beliau dikenal sebagai seorang prajurit baret merah yang setia pada Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dikenal dekat dengan para mahasiswa pada zamanya. Nama Sarwo Edhie Wibowo sempat melambung pasca kejadian G 30 S/PKI tahun 1965, beliau salah satu Jenderal yang berhasil menumpas keganasan Gerakan terlarang ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ani Yudhoyono tumbuh ditengah keluarga yang sangat bersahaja dan sangat mencintainya. Beliau merupakan puteri dari seorang prajurit dan pejuang yang dekat dengan masyarakat dan hidup dalam kedisiplinan. Ani telah melewati beberapa fase dalam kehidupanya yakni: menjadi seorang remaja, Istri Prajurit dan Menjadi ibu negara. Setiap fase tersebut mempunyai makna dan nilai tersendiri. 

Hari ini 02 Juni 2019 kita semua, masyarakat Indonesia telah kehilangan sosok yang sangat hangat dan ramah yang telah mewarnai sebagian perjalanan bangsa Indonesia kedepan dan telah setia menemani dalam suka dan duka perjalanan karir Presiden Republik Indonesia ke 6 Jenderal TNI (Purn). Prof. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, M.A. Ani Yudhoyono wafat di National University Hospital (NUH), Singapore pada hari Sabtu, 1 Juni 2019 pukul 10. 55 waktu singapura tepat peringatan hari lahirnya Pancasila yang tengah di rayakan oleh warga masyarakat Indonesia kemarin. Berita duka dari Singapura tersebut tentunya tidak hanya mengaggetkan dan membawa haru seluruh masyarakat Indonesia bahkan dunia Internasional. Banyak para negara sahabat juga memberikan ucapan turut berduka cita yang mendalam atas berpulangnya Ibu negara ke – 6 Republik Indonesia ini. Beliau wafat pada usianya yang ke 67 tahun dikarenakan penyakit kanker darah yang dialaminya dan sempat dirawat intensif di NUH selama empat bulan.

Kisah cinta Ani dan SBY dimulai ketika SBY duduk di tingkat empat Taruna Akademi Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) Magelang, kala itu Ani masih berstatus sebagai mahasiswi Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI) yang tengah berlibur semesteran, beliau berdua bertemu  di Lembah Tidar Magelang ketika Ani sedang berlibur mengunjungi ayahandanya Mayor Jenderal TNI Sarwo Edhie Wibowo yang saat itu menjadi Gubernur Akabri.

Singkat cerita ketika SBY diutus memberi sambutan dalam peresmian balai taruna oleh Gubernur Akabari kala itu, SBY dan Ani pada saat itu pertama kali bertemu dan pandangan mata mereka menyatu. Pertemuan pertama itulah yang menjadi awal dari kisah cinta mereka berdua. Dalam buku “Kepak Sayap Puteri Prajurit” Ani menceritakan alasan bahwa ia jatuh hati pada SBY dikarenakan Presiden RI ke  6 pada waktu itu merupakan salah satu taruna yang mempunyai kharisma tersendiri dan memiliki postur tubuh yang tegap dan tinggi serta pembawaanya yang tenang daripada taruna Akabri pada masa itu. SBY dulu merupakan salah satu Taruna berprestasi terbukti ketika beliau wisuda menjadi salah satu lulusan terbaik Akabri tahun 1973, peraih Adhi Makayasa dan Pedang Tri Sakti Wiratama (Gabungan Mental, Fisik, Intelektual) dan SBY pada saat itu merupakan Komandan Korps Taruna.

Menjadi Istri Prajurit

Hubungan keduanya sempat diuji ketika mereka melakukan Hubungan Jarak Jauh (LDR), Ani mengikuti papiya Sarwo Edhie menjadi Duta Besar Indonesia untuk Korea sedangkan SBY di Jakarta . Dalam Buku Kepak sayap Putri Prajurit diceritakan, sebelum pergi ke Seoul Ani sempat menangis harus berpisah dengan SBY tetapi akhirnya mereka dipersatukan melalui tunangan dan SBY berjanji akan segera memperistri Ani sesegera mungkin. Ketika Ani pulang menemui SBY di Jakarta, SBY malah  dikirim Markas Besar TNI untuk mengikuti Airbone dan Ranger Course di Fort Benning di Amerika Serikat. Walaupun dipisahkan karena jarak dan waktu, cinta mereka tetap terjaga dan terus bersemi. Surat – surat mereka terus melayang antara Amerika dan Korea. Ada sebuah puisi yang sangat manis dan Indah yang dibuat oleh SBY tahun 1975 untuk mengungkapkan rasa cinta seorang Yudhoyono untuk Ibu Ani. Judul puisi beliau berjudul “Flamboyan” yang saat ini banyak mewarnai lini masa dunia twitter maupun facebook untuk melepas kepergian sang Ibu Negara, berikut puisi tersebut:

 Flamboyan

 

Kembang Merah di ujung kota

Menunggu sapa angin utara

Atau langkah kuda penarik kereta

Pembawa berita

Dan simfoni cinta

Flamboyan,

kaulah yang dirindukan sang pengembara

Yang menampaki harinya tanpa huru – hara

Hingga puncak almamater para ksatria

Jika bungamu jatuh berguguran

Dalam semerbak wangi sinar pesona

Kau ucapkan selamat datang

Pada pengembara berpedati tua

Yang tak henti berucap bahagia

Karena perjalanan panjangnya tidak sia – sia

Berakhir di batas kota

SBY dan Ani menikah pada juli 1976, beliau berdua dikarunia dua anak yakni Agus Harimurti Yudhoyono, M.Sc, M.P.A,M.A. dan  Edhie Baskoro Yudhoyono, M.sc. Ani Yudhoyono menjalani sebagai istri prajurit selama 30 tahun lebih lamanya, banyak kisah suka dan duka dari romantika perjalanan cinta beliau berdua. Salah satu peristiwa yang tidak bisa saya bayangkan ialah ketika setelah beberapa hari mereka menikah langsung berpisah, SBY saat itu menjabat sebagai komandan peleton dengan pangkat Letnan Satu, kompi A, Yonif Linud 330. Setelah acara memperkenalkan Ani sebagai istri pada teman – temannya di Linud 330, tiba – tiba SBY langsung dipanggil pimpinanya untuk ditugaskan ke Timor Timur. Anipun kaget dan dengan berbesar hati melepaskan kepergian SBY ke daerah operasi. Bagi pasangan muda dan baru hal ini sangat berat tetapi karena tugas dan panggilan negara akhirnya mereka berpisah untuk beberapa waktu.  Tetapi sebagai istri seorang prajurit saya yakin siapapun akan siap dan tahu konsekuensinya jika suami ditugaskan sewaktu - waktu oleh negara.

Cerita lain yang menarik dan penuh inspirasi di ceritakan SBY dalam bukunya yang berjudul “Selalu Ada Pilihan” saat masih dalam kondisi ekonomi yang pas – pasan ketika menjadi komandan Batalyon, SBY menceritakan bahwa pernah memperoleh jatah makanan tambahan secangkir bubur kacang hijau dari kantor tetapi jatah makanan tersebut tidak beliau langsung menyantapnya. Dengan bersahaja SBY membawanya kerumah dan diberikan Ibu Ani untuk memasaknya kembali dengan menambah santan, gula merah, pandan agar jumlah bubur kacang hijau semakin banyak dan bisa disantap bersama keluarga di rumah.

Menjadi Ibu Negara ke – 6 

Lompatan hidup yang sangat bersejarah bagi keluarga Yudhoyono dimulai tahun 2004, sejak SBY terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia ke – 6 dan dipilih oleh rakyat secara langsung. Periode pertama SBY memimpin Indonesia juga tidak mudah, banyak sekali tantangan dan ujian tetapi juga banyak capian yang Indonesia raih sebut saja awal pemerintahan yang beliau pimpin Indonesia mengalam bencana yang maha dahsyat diawal abadi ke-21 yakni Gempa dan Tsunami Aceh. Ribuan bahkan ratusan ribu nyawa melayang akibat bencana ini serta ratusan infrastruktur rusak dihantam gelombang tsunami. Disinilah naluri kepemimpinan seorang Yudhoyono diuji, sebagai seorang Ibu negara Ani Yudhoyono kala itu terlihat dari layar televisi nampak  sekali aura keibuanya terpancar saat menggendong para bayi – bayi dan anak – anak yang sedang menangis di posko pengungsian. Sosok keibuan Ani yang hangat dan rendah hati juga sangat nampak tidak hanya pada peristiwa gempa dan tsunami di Aceh saja, tetapi di setiap kesempatan dan kunjungan Presiden Yudhoyono di seluruh penjuru tanah air dengan ramah menyapa rakyat Indonesia diberbagai kesempatan.

Selain itu figur Ani bagi masyarakat tidak lepas dari seorang SBY, bagi SBY sosok Ani merupakan bagian dari inspirasi dan semangat yang  terus memberikan energi positif bagi setiap derap langkah kaki Presiden ke – 6 Republik Indonesia. Berbagai Talk Show misalnya SBY selalu menyebutkan Ibu Ani selalu memberikan dorongan moril bagi beliau ketika menghadapi berbagai ujian dan fitnah selama memimpin negeri terinta ini. SBY juga pernah menceritakan Ani sempat meneteskan air matanya dikala hujatan fitnah kepada SBY dan keluarga yang beliau cintai sangat kejam dan tendensius.

Tidak hanya kegiatan kenegaraan, setiap kegiatan Politikpun Ani selalu setia mendampingi SBY, sebut saja Pemilu Presiden 2009 dan Pemilihan Legislatif yang saat itu menghantarkan Yudhoyono menjadi Presiden Indonesia untuk periode ke dua (2009 – 2014) dan menghantarkan Partai Demokrat menjadi pemenang pemilu 2009 dengan perolehan suara 20,40%. Capaian suara SBY dalam Pilpres tahun 2009 (60,80%) menjadikanya salah satu pemimpin yang meraih suara terbanyak di dunia hingga saat ini, bahkan majalah veja asal Brazil menempatkan suara SBY diatas perolehan suara Presiden Obama selama dua periode kepemimpinanya di Amerika, ini menandakan bahwa beliau sangat dicintai oleh rakyat Indonesia.  

Sosok Ani pada periode kedua Presiden Yudhoyono tidak berubah, selalu menemani sang Presiden kemanapun dan kapanpun. Pada periode kedua inilah Ibu Negara mulai membuka diri berinteraksi dengan masyarakat melalui sosial media yakni instagram. Banyak foto – foto jepretan beliau dari kegiatan kenegaraan, kemasyarakatan, nuansa alam hingga budaya nusantara di posting sang ibu negara melalui instagram.

Kita semua tahu Ibu negara ke – 6 Republik Indonesia ini mempunyai hobi fotografi yang membedakan dengan para ibu negara dan pejabat pada umumnya yang kemana – mana hanya menenteng tas bermerk, bagi rakyat sosok Ibu Ani tidak lepas dengan kamera kesayanganya. Konon kamera tersebut hadiah dari para anak dan menantunya yang patungan untuk hadiah ulang tahun Ibunda tercinta. Lensa kamera bagi Ani tidaklah terlalu asing karena pada waktu menikahpun Ayahandanya memberikan kado sebuah kamera yang sangat cantik. Menurut beliau, melalui kamera kita dapat mengabadikan setiap peristiwa dalam kehidupan yang mungkin tidak akan terulang kembali.

Pada kesempatan Talk Show bersama Rosi di Kompas Tv, SBY bercerita bahwa pada saat menjadi Ibu negara Ani pernah memberikan nomor Handphonenya kepada masyarakat dan kemudian tersebar luas. Banyak sekali masukan dan keluhan dari masyarakat mulai dari harga bahan pokok hingga urusan rumah tangga. Dan pada setiap kesempatan Ani selalu membalas setiap sms atau telpon yang masuk secara langsung. SBY bercerita pada suatu ketika Ibu Ani mendapatkan telepon dari seorang istri prajurit TNI yang sedang bercekcok dengan suaminya dan meminta suaminya dikirim ke daerah konflik, singkat cerita Ibu Negara menceritakannya kepada beliau, dan SBY langsung mendamaikan mereka berdua melalui telepon genggam Ibu Ani Yudhoyono dan pada akhirnya kedua pasangan tersebut berdamai.

Bagi saya sosok Ibu Ani sangat ramah dan hangat, beliau selalu memperlakukan siapapun dengan baik dan sopan serta tidak segan untuk ngobrol dalam situasi yang rileks dan cair. Ibu Anipun dengan sabar melayani masyarakat untuk berfoto, seperti teman saya sendiri yang jauh dari Palembang saya ajak dan pertemukan dengan SBY serta Ibu Ani ketika di Solo, padahal pada saat itu kondisi beliau berdua dalam keadaan yang sangat lelah setelah mendaki gunung lawu di Tawang mangu, Karanganyar Jawa Tengah tetapi dengan senang hati beliau melayani dengan ramah untuk berfoto dan mengajaknya ngobrol di ruang tamu hotel.

Sebagai seorang Ibu negara ke – 6 Ani Yudhoyono juga telah mempunyai banyak gagasan dan karya yang menghantarkanya menoreh berbagai penghargaan dari dalam dan luar negeri. Berikut beberapa penghargaan dan karya beliau selama dan pasca menjabat Ibu negara:

  1. Gagasan
  • Pada tahun 2005 membentuk Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu ( SIKIB ) dengan visi membangkitkan semangat dan daya masyarakat untuk memperbaiki hajat hidup di bidang pendidikan, kesehatan, kreativitas, dan lingkungan. SIKIB melalui program Indonesia pintar menghadirkan mobil pintar, rumah pintar, dan kapal pintar yang memberikan askses buku – buku dan komputer dengan internet gratis kepada anak – anak.
  • Pada tahun 2006 mengembangkan UKM dan kredit mikro melalui Perempuan Keluarga Sehat dan Sejahtera (PERKASSA) dan Indonesia Kreatif.
  • Pada tahun 2007 membentuk Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon sejuta pohon .
  1. Karya Buku
  • Kumpulan pidato; Tebar kepedulian dengan cinta dan kasih sayang ( Gramedia, 2011), Keluarga Sehat Investasi Banga (Gramedia 2011), Menanam untuk Hari Esok ( Gramedia, 2011), Bersatu Dalam Kemajuan (Gramedia,2011), Anak Kita Masa Depan Kita (Gramedia,2011)
  • 3500 Plant Species of The Botanic Gardens of Indonesia ( PT Sukarya & Sukarya Pandetama,2013)
  • Batikku – Pengabdian Cinta Tak Berkala (Gramedia, 2010)
  • The Colors of Haromony( Ani Yudhoyono, 2011)
  • Tenunku: Warna – Warni Benang Kearifan Nusantara (Gramedia, 2012)
  • Kepak Sayap Puteri Prajuri (Gramedia, 2013)
  • Ani Yudhoyono: 10 Tahun Perjalanan Hati (Gramedia, 2018)
  1. Penghargaan
  • Tanda kehormatan bintang Republik Indonesia Adipradana, 2011.
  • Pin emas dari M Yunus, pemegang nobel perdamaian tahun 2006 dan pendiri Grameen Bank, Bangladesh tahun 2006 karena komitmen Ibu Negara mendorong UKM dan Kredit Mikro Indonesia melalui program Keluarga Sehat dan Sejahtera dan Indonesia Kreatif ( Perkasa).
  • Penghargaan berupa certificat of global leadership dari the United Nations Enviroment Program (UNEP) untuk kepemimpinan Ibu Negara dalam program  Gerakan Tanam dan Pelihara sepuluh juta pohon di seluruh Indonesia.

Dari berbagai kebijakan atau Gagasan dan penghargaan yang diraih oleh Ani Yudhoyono diatas, menandakan bahwa beliau tidak hanya sebatas seorang  Istri seorang Presiden tetapi seorang wanita yang penuh inspiratif dan inovatif  serta visioner untuk ikut serta memajukan bangsa Indonesia kedepan. Saya kira para wanita Indonesia saat ini patut mencontoh beliau sebagai pribadi yang sangat inspiratif dan sanat peduli dengan sesama. Wanita abad 21 harus mampu adaptif dan inovatif seperti beliau.

Walaupun kini Flamboyan itu telah pergi meninggalkan kita semua dengan sejumlah prestasi nyata sebagai Ibu negara, tetapi kami rakyat Indonesia tidak pernah akan lupa. Insya Allah kami akan selalu mengenangmu dalam doa dan derap langkah kami dalam mengawal perjalanan bangsa Indonesia kedepan. Selamat jalan Flamboyan semoga damai dan tenang disisi Tuhan YME.**

 

Ikuti tulisan menarik Rudi Fitrianto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler