x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 31 Juli 2019 19:28 WIB

Sandi, Free Agent yang Mulai Move-on

Sandi tampaknya sepakat dengan keinginan sebagian masyarakat bahwa harus ada yang berdiri di luar pemerintahan untuk memberikan masukan yang kritis dan konstruktif. Ketika ia mengatakan, sungguh bermartabat apabila hal itu diperankan oleh pihak yang belum terpilih, posisinya sudah jelas.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Apa yang ‘hilang’ dari penampilan Prabowo Subianto di muka publik setelah gugatan di Mahkamah Konstitusi kandas ialah [penampilan] Sandiaga Uno. Dalam dua pertemuan penting Prabowo yang jadi perhatian luas, Sandi tidak tampak bersama Prabowo. Ketika bertemu dengan Joko Widodo di stasiun MRT, naik kereta, dan makan bersama, Sandi tidak terlihat. Begitu pula ketika Prabowo bertamu ke rumah Megawati di Teuku Umar, Sandi tidak ikut menikmati nasi goreng bersama petinggi Gerindra.

Entah apa makna kedua pertemuan itu bagi Sandi, entah pula bagaimana perasaan Sandi. Namun, walau tidak diajak bertemu dengan Jokowi dan Megawati, Sandi mengaku bahwa ia merasa tetap dihargai sebab Prabowo menelponnya dan memberitahu: “Pertemuan ini tidak melibatkanmu.” Sandi barangkali merasa Prabowo bersikap terbuka dengan langkah politiknya, walaupun di saat yang sama ia juga mulai tahu bahwa posisinya sebagai pasangan Prabowo sudah selesai.

Kini Prabowo lebih banyak bergerak sendiri bersama pengurus Gerindra. Sandi memang bukan lagi orang Gerindra dan kini menjadi—dalam istilah Sandi sendiri—‘free agent’. Beberapa partai politik sudah menyatakan membuka pintu bagi Sandi jika ingin bergabung, tapi ia tampaknya masih ingin menjadi ‘orang bebas’ agar langkahnya tidak terikat oleh partai.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kelihatannya, Sandi juga mulai move-on dari isu-isu pemilihan presiden, sebagaimana ia juga mengatakan kepada para pendukung Prabowo yang kecewa karena Prabowo bertemu Jokowi. Dengan sumber daya ekonomi yang dimilikinya, Sandi bisa leluasa bergerak tanpa harus meminta-minta jabatan. Ia dapat mewujudkan ide-idenya untuk  memberdayakan masyarakat, khususnya anak-anak muda, dengan bertumpu pada kekuatannya sendiri.

Barangkali karena merasa tidak enak dengan Sandi yang seolah ditinggalkan begitu pilpres usai, pengurus Gerindra menawarkan dukungan bila isteri Sandi berminat untuk mencalonkan diri dalam pemilihan walikota Tangerang Selatan. Mungkin ini sebagai penghibur lara, tapi dari jenis yang berpotensi menjebak Sandi ke dalam kerepotan yang mungkin akan menyita waktu dan sumberdayanya.

Sebagai ‘free agent’, Sandi lebih bagus berkonsentrasi pada program-program pemberdayaan ketimbang memenuhi tawaran dan bujukan itu. Apa lagi jika Sandi masih berminat untuk maju lagi ke gelanggang pilpres 2024, yang kelak membutuhkan perhatian jauh lebih besar sebab pertarungan ini akan diminati oleh generasi yang lebih muda. Mereka mestinya mampu memberi tawaran yang lebih mencerahkan bangsanya ketimbang generasi yang akan berlalu—lebih visioner, lebih kreatif, lebih adil, dan lebih jujur.

Seandainya isterinya terjun dalam kontestasi pemilihan walikota dan kemudian terpilih, Sandi pasti ikut kecipratan repot yang niscaya akan mengurangi konsentrasi perhatiannya menuju pilpres 2024. Tawaran bagi isterinya ini sekaligus merupakan godaan bagi Sandi apakah ia silau akan kekuasaan: jika yang besar tak tertangkap, yang kecil pun tak apa.

Apa yang penting saat ini ialah sikap yang jelas menghadapi wacana koalisi-oposisi yang sarat transaksi. Sandi tampaknya sepakat dengan keinginan sebagian masyarakat bahwa harus ada yang berdiri di luar pemerintahan untuk memberikan masukan yang kritis dan konstruktif. Ketika ia mengatakan, sungguh bermartabat apabila hal itu diperankan oleh pihak yang belum terpilih, posisinya sudah jelas.

Lantaran itu, di tengah ketidaktegasan sikap partai pengusungnya pasca kekalalan pilpres, pilihan Sandi menunjukkan bahwa sejauh ini ia tidak silau oleh kursi kekuasaan. Entah di waktu kemudian. Dengan sikap politiknya untuk berada di luar pemerintahan, Sandi memang harus punya panggung sendiri bila ingin maju ke pilpres lima tahun mendatang. Sebagai ‘free agent’, ia mungkin merasa bisa lebih bebas bergerak sembari menunggu ke arah mana angin politik bertiup. >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

22 jam lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

22 jam lalu