x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Rabu, 21 Agustus 2019 01:25 WIB

Berani Berucap, Berani Tanggung Jawab

Zaman now, makin banyak orang yang berani berucap tapi gak berani tanggung jawab. Ibarat berani memulai tapi gak berani mengakhiri ...

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tuntas itu ketika kita berani berucap, maka berani tanggung jawab. Berani tanam berani cabut, itu namanya tuntas. Kira-kira begitu kata wong ndeso. Tukang kebun, gitulah ibaratnya. Ada saat tanam, ada saat cabut. Karena apapun, ada konsekuensinya ada risikonya. Biar semuanya kelar, tuntas. Jangan sepotong-sepotong.

 

Tapi zaman now memnag beda. Banyak orang berani memulai tapi gak mampu selesaikan. Berani berucap tapi gak berani tanggung jawab. Akhirnya, kebanyakan klarifikasi. Mencari pembenaran sendiri. Lalu kenapa, kemarin-kemarin berani ngomong?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berani memulai tapi gak pernah dituntaskan. Berani ngomong begini begitu. Tapi nyatanya gak dilakonin. Banyak yang sudah baik niatnya. Tapi saat dikerjakan tidak pernah tuntas. Pantes, masalah ada melulu. Kerjanya ekspos masalah. Lalu berharap tuntas dengan sendirinya. Keren.

 

Berani tanam, berani cabut. 

Mungkin bisa disamakan dengan pepatah beken, “berani berbuat berani bertanggung jawab”. Berani ngomong berani tanggung risiko. Gitulah kira-kira. Susah kalo banyak omong terus diklarifikasi. Mendiangan diam. Itu jauh lebih dari cukup. Makanya, kaloberani berbuat ya berani tanggung jawab. Gitu doang gampang kan…

 

Berani tanam berani cabut. 

Berani ngomong berani tanggung risiko.

Secara bahasa sih gak ada yang istimewa. Lugas dan sangat jelas. Semua orang juga paham dan itu baik. Memamg zaman now, makin susah cari diksi yang menyejukkan. Maunya dibikin panas, bikin hot. Entah akibat apa?

 

Berani tanam ya harus berani cabut. Biar TUNTAS. Jangan berani tanam, tapi ditinggal kabur. Giliran panen, mau duluan. Jadi kata saya, bahwa biang masalah itu adalah ketidak-tuntasan. Kata orang tua zaman dulu bilang, “setengah-setengah”. Tidak tuntas, di manapun sering jadi masalah.

 

Jadi, apapun bikin tuntas. Jangan mau enaknya doang, giliran sepah-nya gak mau. Katanya berani berbuat maka harus berani bertanggung jawab.

 

Berani Tanam Harus Berani Cabut, begitulah seharusnya. Agar manusia hati-hati. Tidak asal ceplos. Apalagi dirasuki kebencian dan sejenisnya. Semua urusan itu harus hati-hati. Gak boleh “sembrono” kata wong ndeso. TANAM banyak-banyak benih yang positif. Terus CABUT akar-akar yang negatif. Insya Allah bisa tuntas, alias beres.

 

Kita kadang lupa, nilai dari sebuah kehebatan itu adalah tanggung jawab.

 

Nah paling terakhir. Bila sudah berani tanam berani cabut. Maka fokus kita jangan pada masalahnya. Tapi fokus pada Allah, karena DIA yang memberi solusi. Dan yang terpenting, cerita yang ditulis Allah untuk hamba-Nya pasti dan selalu happy ending. Jika tidak, berarti cerita itu belum tuntas … ciamikk #BeraniTanamBeraniCabut #TGS

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu