Jalan Panjang Keluar dari Middle-Income Trap

4 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Kota Jakarta. Foto: Tulus Wijanarko/Tempo
Iklan

Fenomena middle-income trap yang dihadapi oleh banyak negara berkembang setelah mencapai status pendapatan menengah.

***

Di dunia yang semakin terhubung dan kompetitif, banyak negara berkembang yang telah berhasil melangkah keluar dari kemiskinan dan memasuki kategori pendapatan menengah. Namun, untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju status pendapatan tinggi, mereka kini menghadapi tantangan yang lebih berat terperangkap dalam apa yang dikenal sebagai middle-income trap atau perangkap pendapatan menengah. Fenomena ini tidak hanya soal stagnasi ekonomi, tetapi lebih pada kelemahan struktural yang terpendam, yang membatasi potensi suatu negara untuk berkembang lebih jauh.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bisa dibuat perandaian,  sebuah negara yang telah mencapai tahap pendapatan menengah. Negara ini memiliki infrastruktur yang cukup baik, tingkat pendidikan yang meningkat, dan ekonomi yang berkembang pesat. Namun, seiring berjalannya waktu, pertumbuhannya melambat. Negara itu  menghadapi kenyataan pahit bahwa strategi lama yang pernah membawa kesuksesan kini sudah mulai usang. Berulang kali kita melihat negara-negara yang terjebak dalam perangkap ini, mereka tidak dapat melangkah lebih jauh, meski sudah berusaha keras. Pertanyaannya adalah, apa yang sebenarnya menghambat mereka? Pada dasarnya, middle-income trap terjadi ketika negara-negara yang sebelumnya tumbuh pesat terhenti di tengah jalan, tak mampu melanjutkan perjalanan mereka ke tingkat pendapatan tinggi.

Pada fase ini, ekonomi mereka seringkali terlalu bergantung pada sektor-sektor yang relatif tidak bernilai tambah tinggi, seperti industri manufaktur berbasis tenaga kerja murah atau ekstraksi sumber daya alam. Ini adalah jebakan yang sangat sulit dihindari. Mengapa? Karena setelah mencapai titik tertentu, negara-negara ini tidak lagi dapat bertumpu pada keuntungan dari biaya murah dan kapasitas produksi massal. Untuk menjadi lebih maju, mereka perlu berinovasi dan inilah titik di mana tantangannya mulai muncul.

Masalah pertama yang dihadapi banyak negara di tengah pendapatan menengah adalah kesulitan dalam mengalihkan model ekonomi mereka dari yang berbasis industri sederhana menuju ekonomi berbasis pengetahuan dan teknologi. Banyak negara yang pernah mendapatkan kemajuan pesat dengan memanfaatkan tenaga kerja murah atau sumber daya alam yang melimpah, kini menghadapi kesulitan dalam merambah sektor-sektor yang lebih kompleks dan membutuhkan keahlian tinggi. Tanpa kemampuan untuk berinovasi, mereka terjebak dalam pola yang tidak berkembang. Negara-negara ini sering kali kekurangan investasi dalam riset dan pengembangan, dan ketika inovasi gagal berkembang, mereka tidak mampu menciptakan lapangan kerja yang bernilai tambah tinggi, yang pada gilirannya menghambat pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.

Masalah kedua yang tak kalah penting adalah kualitas pendidikan dan keterampilan tenaga kerja. Walaupun banyak negara telah berhasil meningkatkan tingkat partisipasi dalam pendidikan dasar dan menengah, kualitas pendidikan dan relevansi keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja sering kali tidak sejalan dengan tuntutan pasar global. Kesenjangan antara keterampilan yang dibutuhkan oleh ekonomi modern dan keterampilan yang dimiliki oleh banyak pekerja masih besar. Di banyak negara berkembang, sistem pendidikan masih terlalu terfokus pada model pendidikan yang lama dan tidak sesuai dengan kebutuhan industri yang cepat berkembang.

Akibatnya, meskipun banyak orang terdidik, mereka tidak dapat beradaptasi dengan ekonomi berbasis teknologi dan inovasi. Lalu ada masalah kebijakan yang tidak fleksibel. Negara yang terjebak dalam perangkap ini sering kali terperangkap dalam cara-cara lama dalam merumuskan kebijakan ekonomi. Ketika dunia berubah dengan cepat, kebijakan yang sudah usang atau terlalu birokratis menjadi penghambat. Banyak negara tidak mampu mengubah kebijakan mereka dengan cepat untuk beradaptasi dengan tantangan global yang terus berkembang. Kebijakan fiskal dan moneter yang tidak tepat dapat memperburuk ketergantungan pada sektor-sektor yang tidak produktif, dan menciptakan kebuntuan dalam sistem ekonomi. Pada akhirnya, tanpa kebijakan yang progresif dan berorientasi jangka panjang, upaya negara untuk keluar dari perangkap ini akan terhambat.

Sementara itu, ketergantungan pada sumber daya alam juga merupakan faktor penghambat. Negara-negara yang banyak mengandalkan ekspor komoditas seperti minyak, gas, atau mineral sering kali berisiko lebih tinggi terjebak dalam perangkap pendapatan menengah. Ketika harga komoditas dunia turun atau ketika sumber daya alam mereka semakin menipis, ekonomi negara tersebut menjadi lebih rentan. Tanpa upaya untuk mendiversifikasi ekonomi, mereka terjebak dalam siklus yang tidak menguntungkan. Jadi, apa yang harus dilakukan negara-negara ini untuk keluar dari middle-income trap? Tidak ada jawaban instan. Ini adalah jalan panjang yang membutuhkan transformasi besar dalam berbagai sektor.

Negara yang ingin berkembang lebih jauh harus mampu meninggalkan pola-pola lama dan beralih ke model ekonomi yang lebih berbasis pengetahuan, teknologi, dan inovasi. Negara harus mampu berinvestasi dalam riset dan pengembangan, menciptakan lingkungan yang mendukung wirausaha dan start-up, dan memperkenalkan kebijakan yang mendorong daya saing global. Pendidikan juga harus diubah untuk mempersiapkan tenaga kerja dengan keterampilan yang relevan di era teknologi yang berkembang pesat. Selain itu, negara harus lebih berhati-hati dalam mengelola ketergantungan pada sumber daya alam.

Diversifikasi ekonomi adalah langkah yang sangat penting. Negara tidak boleh hanya mengandalkan sektor yang terbatas dan rentan terhadap fluktuasi global, tetapi harus berupaya mengembangkan sektor-sektor baru yang lebih stabil dan bernilai tambah tinggi. Namun, yang terpenting adalah pemahaman bahwa keluar dari middle-income trap bukanlah proses yang cepat atau mudah. Ini adalah perjalanan panjang yang memerlukan konsistensi, visi jangka panjang, dan kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Negara yang berhasil melangkah keluar dari perangkap ini akan menikmati tidak hanya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, tetapi juga peningkatan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Tetapi, bagi negara-negara yang gagal beradaptasi, perangkap ini mungkin akan terus menahan mereka pada zona pendapatan menengah dan itu adalah tantangan yang tidak bisa dianggap enteng

Bagikan Artikel Ini
img-content
Waode Nurmuhaemin

Kolumnis, Penulis dan Peneliti

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler