x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Senin, 18 November 2019 14:20 WIB

Festival Literasi Gunung Salak Usung Budaya Lokal untuk Tradisi Baca

Budaya membaca main ditinggalkan di era digital. Maka perlu cara kretaif membangun tradisi baca dan budaya literasi untuk hormati budaya lokal

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bertajuk “Membaca Budaya Lokal”, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor usai menggelar #2 Festival Literasi Gunung Salak sebagai ajang kreativitas anak-anak pembaca aktif usia sekolah dan ibu-ibu berantas buta aksara, Minggu 17 November 2019. Dihadiri 350 pegiat dan pemerhati literasi, acara ini dibuka oleh Yustinus Ivan, Corporate Secretary Bank Sinarmas sekaligus menyerahkan bantuan CSR pembangunan kebun baca lentera, perangkat komputer, dan buku bacaan.

Di tengah gempuran era digital dan revolusi industri, “membaca budaya local” menjadi penting di ke depankan. Agar nilai kearifan lokal dan adab yang dimiliki anak-anak tetap terpelihara. Sebagai bekal menyongsong masa depan yang diberkahi. Karena hari ini, berapa banyak budaya lokal yang kian tersingkir dari pribadi-pribadi orang Indonesia.

Maka tradisi baca dan budaya literasi harus tetap tegak di anak-anak Indonesia. Seperti kata bijak “Kita tidak harus membakar buku untuk menghancurkan budaya. Tapi cukup membuat orang berhenti membacanya”. Itulah titik kematian budaya …

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Maka melalui #2 Festival Literasi Gunung Salak, TBM Lentera Pustaka mengajak masyarakat untuk mengkampanyekan akan pentingnya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat Indonesia. Demi tegaknya nilai-nilai budaya local sesuai aslinya yang tetatp harus dihormati dan dijunjug tinggi.

Kemeriahan #2 Festival Literasi Gunung Salak bukan hanya dihadiri ratusan pegiat literasi, namun mampu menyajikan acara yang kreatif dan menarik. Deni tegaknya tradisi baca dan budaya literasi. Diawali tarian massal “jaran goyang” dan “senam literasi khas TBM Lentera Pustaka”, semua bergerak bersenam ria sebagai simbol semangat membaca di kalangan anak-anak dan ibu-ibu.

Mengusung budaya local, Festival Literasi Gunung Salak kali ini pun menamilkan pentas musik dari KMJ Band, Goesrax Band, dan  Bayu & Friend Band serta Pesulap Nasrul Magic dari AJ Tugu Mandiri. Makin ciamik dengan aksi panggung mahasiswa Unindra, IPB, dan Unpam sebagai pemerhati budaya literasi. Aksi Literasi pun dibawakan anak-anak TBM Lentera Pustaka yang menampilkan 6 tarian lokal dan performa ibu-ibu buta aksara sebagai potret aktivitas membaca yang selalu dilakukan di TBM Lentera Pustaka, di samping apresiasi kepada anak-anak yatim, anak-anak pembaca terbaik, dan murid terbaik gerakan berantas buta aksara.

Pendiri TBM Lentera Pustaka, Syarifudin Yunus, pun membacakan puisi “sajak tiga lentera” yang dipersembahakan kepada seluruh tamu dan anak-anak pembaca, di samping bersama mahasiswanya meluncurkan 2 buah buku, yaitu “Negeri Hancur Akibat Korupsi” karya liputan jurnalistik semester 5 PBI Unindra dan “Apa Enaknya Sih Jadi Koruptor” karya artikel ilmiah kuliah menulis ilmiah semester 7 PBI Unindra.

Semua tamu dan peserta yang hadir di Festival Literasi Gunung Salak pun mendapatkan kupon “jajanan kampung gratis” untuk menikmati jajanan kampung yang berjualan di sekitar acara, di samping sajian organ tunggal tunggal sebagai hiburan kepada warga. Semuanya dilakukan tentu utuk memberi spirit agar anak-anak selalu rajin dan tekun membaca.

Festival Literasi Gunung Salak digelar sebagai rangkaian peringatan 2 tahun berdirinya TBM Lentera Pustaka. Sekaligus membangun tradisi baca masyarakat kampung. Agar jangan ada lagi anak putus sekolah, di samping menghormati budaya lokal yang kini mulai terpinggirkan.

"Festival Literasi Gunung Salak kali ini mengusung budaya lokal. Agar anak-anak tetap mau membaca dan akrab dengan buku. Sambil menghormati budaya lokal melalui pementasan seni dan budaya baca. Luar biasa, animo dan antusiasme pegiat literasi terbukti sangat besar di acara ini" ujar Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka sekaligus Pegiat Literasi Indonesia.

Patut diketahui, TBM Lentera Pustaka diusianya ke-2 tahun telah menjadi tempat membaca 65 anak pembaca aktif yang terbiasa membaca 5-8 buku per minggu. Dengan jam baca 3 kali seminggu. TBM Lentera Pustaka dikenal sebagai taman bacaan yang unik dan kreatif, sehingga sering menjadi narasumber di DAAI TV dan TV Parlemen serta beberapa media cetak lainnya.

Maka di tengah maraknya hoaks dan ujaran kebencian, tradisi baca dan budaya literasi menjadi penting dilestarikan, khususnya di kalangan anak-anak usia sekolah. Agar anak-anak tidak tergilas oleh zaman yang serba digital di masa depan. Maka, tradisi baca dan budaya literasi harus tetap tegak di bumi Indonesia.

Maka, membacalah dan hormati budaya local. Karena anak-anak yang tidak membaca dan tanpa pengetahuan tentang sejarah masa lalu, asal-usul, dan budaya. Mereka bagai pohon tanpa akar…  #FestivalLiterasiGunungSalak #TBMLenteraPustaka #BudayaLiterasi

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler