APATIS, cuek, dan cenderung tidak memperdulikan orang lain dalam kehidupan bersosial. itulah penilaian saya kepada seorang remaja putri /ABG yang statusnya dalam jejaring sosial Path yang beritanya baru saya baca. (sumber)
Tak habis pikir saya mengapa sampai sedemikian dengan kelakuan remaja ini. apakah memang sudah luntur rasa empati terhadap kesusahan orang lain? ataukah remaja sekarang sudah “berubah” menjadi manusia-manusia yang egois yang hanya mementingkan dirinya di banding dengan rasa sosial dalam masyarakat?.
Dulu, ketika saya masih duduk di bangku sekolah dasar dididik dan diajarkan toleransi lewat pendidikan Pancasila yang disebut P4 ( Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila) diajarkan menjadi manusia yang menghormati, tenggang rasa, toleransi dan menghargai kepada setiap orang. Terlebih kepada orang tua. Di samping itu dalam etika pergaulan, adat dan budaya timur yang d anut oleh bangsa Indonesia juga banyak diajarkan.
Maka ketika saya membaca berita ini (sumber) , saya jadi bertanya apakah remaja tersebut tidak diajarkan rasa toleransi, sopan santun dan etika dari sekolah atau di lingkup keluarganya? sehingga dengan cuek dia marah-marah kepada ibu hamil yang meminta tempat duduknya di kereta api ?!
Iklan
Biarpun saya seorang lelaki namun bisa tahu dan merasakan bahwa orang yang sedang mengandung itu sungguh berat. Apalagi bila ibu hamil tersebut masih harus bekerja berat. Orang yang sedang hamil bukan urusan sepele. Ribet, berat, sakit, pegal adalah reaksi orang hamil. Belum lagi harus ekstra hati-hati menjaga agar supaya kandungannya tidak terjadi sesuatu .
Bagi gadis remaja pastilah belum mengalami dan merasakan keadaan demikian. namun apakah tidak bisa melihat contoh dalam keluarganya, mungkin? siapa tahu salah satu anggota keluarganya yang hamil dan dia memperhatikan betapa repotnya. Mirisnya lagi yang marah tersebut adalah remaja PUTRI yang suatu saat nanti bakal menikah dan mengandung! bayangkan…
Jika rasa empati dari kaum muda ini sudah luntur dan HILANG, maka pantas saja bila ibu saya yang sudah berusia lanjut/Lansia pernah suatu ketika menggunakan komuter line dari Jakarta ke Depok saat sore hari harus rela berdiri. Iini menurutnya terjadi justru di gerbong khusus wanita. Namun masih menurutnya saat kembali keesokan paginya kembali ke Jakarta, beliau malah di “beri” tempat duduk dalam gerbong campur (pria & wanita ). Katanya, para wanita dalam gerbong yang khusus wanita (yang berisi pekerja kantoran dsb) pura-pura tidur, cuek, pura-pura sibuk main smartphone . Itulah yang terjadi.
Jadi saya berkesimpulan bahwa masyarakat perkotaan di saat sekarang ini benar-benar sudah luntur rasa toleransi dan tenggang rasanya. Menjadi manusia yang individual yang mementingkan diri sendiri.
Padahal kalau kita bicara tentang transportasi umum dan massal, selalu ada semacam peraturan dan himbauan agar mendahulukan kepada orang sakit/cacat, orang tua dan orang hamil. Dan seharusnya hal tersebut diturut bagi semua penumpang.
Kejadian ini cukup menjadi perbincangan di media sosial dan pelaku tersebut banyak mendapat kritikan dari masayarakat. Berkaca dari kejadian ini, kiranya perlu untuk memberi pengertian kembali kepada keluarga dan anak-anak remaja tentang toleransi dan tenggang rasa dalam bersosial masyarakat. Mendidik generasi muda agar jangan menjadi manusia manusia yang apatis dan tidak peka dengan lingkungan dan sosial. sehingga kedepannya akan menjadi lebih baik dan santun.
Selamat Pagi Indonesiana,
Ber Sie , 20140417
Ikuti tulisan menarik Berhane Selassie lainnya di sini.